BANYUWANGI, KOMPAS.com – Berbagai cara dilakukan oleh warga untuk meminta kepada Sang Pencipta agar menurunkan hujan di tengah kemarau panjang. Di Banyuwangi, Jawa Timur, warga menggelar ritual adat tiban.
Pantauan Kompas.com, di Desa Tamanagung, Kecamatan Cluring, dua orang warga saling beradu cambuk di atas arena ring bambu seluas 3×3 meter.
Baca juga: Kemarau Panjang, Warga Bengkulu Mandi Sehari Sekali demi Hemat Air
Diiringi alunan musik tradisional, keduanya berlenggak-lenggok mengatur strategi menyabetkan cambuk ke tubuh lawan.
Mereka melakukan itu sebagai bagian dari upaya meminta berkah hujan kepada sang maha pencipta.
Ketua Panitia Tradisi Tiban, David Gia Ade mengatakan, tradisi tiban digelar karena kemarau panjang mengancam warga.
“Karena kemarau sangat panjang dan banyak sawah warga nyaris kekeringan. Terlebih air irigasi mulai surut debitnya,” kata David, Rabu (4/10/2023).
Baca juga: 14 Kecamatan di Ende Berstatus Awas Kekeringan, Risiko Kebakaran Hutan Meningkat
Kembali digelar setelah 15 tahun
Menurut David, tradisi tiban sudah 15 tahun tak diselenggarakan. Karena banyak keluhan soal kekeringan dari petani, maka tradisi ini kembali digelar.
“Tradisi ini sudah 15 tahun tidak digelar. Jadi ada obrolan warga tentang bagaimana tradisi ini digelar kembali, karena musim kemarau,” ujar David.
Setelah dimusyawarahkan bersama, akhirnya warga sepakat untuk digelar kembali.
“Yang ikut banyak ternyata. Bukan cuma diikuti warga Banyuwangi, juga dari Blitar, dan Jember juga ada,” ungkap David.
Baca juga: Kemarau Panjang, Pemkab Banyuwangi Minta Petani Hemat Air dan Lapor jika Kekurangan
Dia mengatakan, tidak ada tujuan lain dari tradisi ini selain meminta hujan kepada sang pencipta. Tradisi tersebut rencananya digelar hingga 17 Oktober 2023.
Makna dan aturan
Nama tradisi ini diambil dari bahasa Jawa tiban yang artinya tiba-tiba ketiban (kejatuhan). Sama seperti masyarakat yang berharap hujan tiba-tiba jatuh dari langit.
“Tradisi ini juga seakan menjadi obat kerinduan bagi warga dan pemuda Desa Tamanagung,” tuturnya.