Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Mengunjungi Korea Selatan ketika Winter Sedang Seru-serunya (6). Berhanbok Susuri Gyeongbok Palace, Salat di Seoul Central Mosque

mengunjungi-korea-selatan-ketika-winter-sedang-seru-serunya-(6).-berhanbok-susuri-gyeongbok-palace,-salat-di-seoul-central-mosque
Mengunjungi Korea Selatan ketika Winter Sedang Seru-serunya (6). Berhanbok Susuri Gyeongbok Palace, Salat di Seoul Central Mosque

Bukan hanya Hanok Bukchon (Kampung Tradisional), jejak sejarah Korsel juga terasa di Gyeongbok Palace dan Masjid Itaewon, Seoul.

SAMSUDIN ADLAWI, Seoul, Korea Selatan.

GYEONGBOK Palace adalah kawasan istana Dinasti Joseon. Dinasti terakhir di Korea dan berkuasa paling lama. Sejak 1392 hingga 1897. Didirikan oleh Jenderal Yi Seong-gye. Setelah menggulingkan dinasti Goryeo.

Kawasan Istana Gyeongbok masih utuh. Beberapa bangunan bersejarahnya masih lestari. Seperti balairung pertemuan raja dan para menterinya dan taman bersantai untuk jamuan makan. Persis seperti yang kita saksikan dalam drama-drama sejarah kerajaan Joseon. Baik di televisi maupun channel YouTube atau yang lain.

Menyusuri seluruh sudut kawasan Istana Gyeongbok seperti menapaktilasi sejarah Korea lama. Terasa bukan wisata biasa. Apalagi, wisatawan diberi kesempatan menjadi keluarga besar kerajaan. Bisa tampil menjadi raja, penasihat raja, para menteri, putra mahkota, permaisuri, ibu suri, selir, dan pangeran.

Baca Juga: Mengunjungi Korea Selatan ketika Winter Sedang Seru-serunya (5). City Tour Keliling Kampung Tradisional di Tengah Kota Seoul

Caranya sangat mudah. Sebelum masuk ke kawasan istana, wisatawan bisa menyewa hanbok. Pakaian tradisional masyarakat Korea. Letak tempat penyewaan hanbok berada di seberang benteng istana. Kita bisa memilih hanbok sesuai selera. Yang pengin menjadi raja tinggal pilih pakaian raja. Pun pakaian pejabat yang lain. Banderol sewanya tidak mahal. Dihitung per jam. Minimal enam jam dengan harga sewa Rp 285.000. Untuk sehari Rp 380.000. Jika belum puas bisa sewa dua hari dengan banderol Rp 475.000. Tapi, enam jam muter-muter istana pakai hanbok sudah cukuplah. Capeknya naudzubillah. Istananya sangat luas. Bangunannya sangat banyak.

Boks-6-3793779394.jpeg

MEGAH: Penampakan Seoul Central Mosque dari luar. (SAMSUDIN ADLAWI)

Kecuali kalau datang dengan niatan khusus. Seperti bikin konten. Waktu enam jam akan terasa kurang. Apalagi, sengaja datang bersama kekasih untuk membuat foto pre-wedding. Bisa-bisa dua hari tidak kelar. Apalagi, spot yang dipilih begitu banyak. Belum lagi pakaian yang dikenakan. Pakaian raja dan permaisuri saja ada beberapa jenis. Warnanya dan coraknya pun macam-macam. Tergantung selera.

Baca Juga: Mengunjungi Korea Selatan ketika Winter Sedang Seru-serunya (4). Tertegun dalam Perpustakaan Terbesar di Tengah Mall

Mengeksplorasi Istana Gyeongbok mengenakan hanbok sebaiknya jangan saat winter. Apalagi ketika suhunya minus. Ribet. Begitu keluar dari tempat persewaan hanbok dengan memakai hanbok, tubuh langsung dihajar oleh hawa super dingin. Terpaksa sepanjang jalan menuju kawasan istana hingga menyusuri seluruh sudutnya memakai jaket. Lucu juga sih jadinya. Tapi apa boleh buat. Daripada tubuh membeku. Setelah menemukan spot yang cocok untuk foto, jaket tebal dicopot. Itu pun harus buru-buru dipakai lagi. Nemu spot bagus, buka jaket, lalu foto. Begitu seterusnya.

Sumber: Jawa Pos Radar Banyuwangi


Page 2

Mengunjungi Korea Selatan ketika Winter Sedang Seru-serunya (6). Berhanbok Susuri Gyeongbok Palace, Salat di Seoul Central Mosque

Selasa, 11 Februari 2025 | 20:24 WIB


Page 3

Tak lengkap menyusuri sejarah Korsel sebelum berkunjung ke Seoul Central Mosque. Bagi saya, mengunjungi Masjid Raya/Masjid Jami’/Masjid Agung-nya Korsel itu fardhu ’ain. Seperti halnya saat bepergian di kota atau negara lain, saya selalu menyempatkan waktu mencari masjid utamanya. Hatta negara nonmuslim sekaligus. Meski hanya untuk salat tahiyatul masjid.

Apalagi, Seoul Central Mosque tercatat sebagai masjid pertama sekaligus tertua di Korsel. Masjid Raya Seoul resmi digunakan sejak 1976. Berdasar keputusan presiden Korsel pada Mei 1969. Masjid tersebut merupakan satu-satunya masjid di ibu kota negara. letaknya di Distrik Yingsan, Itaewon, Seoul.

Baca Juga: Mengunjungi Korea Selatan ketika Winter Sedang Seru-serunya (3). Beruntung Punya Kesempatan Melihat Langsung Gunung Putih

Sayang sekali, saat sampai di Masjid Raya Seoul salat Jumat baru selesai. Kepancal Jumatan. Meski sudah buru-buru menembus hujan salju yang begitu deras. Lewat jalur khusus. Lift milik Black Label. Lift khusus yang dibangun label musik terkenal di Korsel sebenarnya memotong waktu sangat banyak. Dan, tidak banyak yang tahu. Termasuk para jemaah dan wisatawan yang akan salat ke masjid.

Mereka harus menapaki ratusan anak tangga untuk mencapai halaman masjid. Tangga itu dibuat agak zigzag. Agar jemaah tidak ngeri saat menapakinya. Maklum, Seoul Central Mosque memang berada di lokasi yang tinggi. Seperti di pucuk perbukitan. Itu terlihat jelas dari lanskapnya saat berada di area masjid.

Meski sudah memotong waktu lewat lift khusus, sekali lagi, saya masih kepancal Jumatan. Saat memasuki halaman, saya berpapasan dengan ratusan jemaah yang keluar dari masjid. Melihat raut wajah dan posturnya, sebagian besar bukan orang Korsel. Mayoritas bertampang Timur Tengah. Ya, Islam di Korsel adalah agama minoritas. Jumlah muslimin di Korsel sekitar 200 ribuan orang. Itu pun sekitar 70 hingga 80 persennya adalah warga negara asing.

Alhamdulillah, saya bisa salat di dalam Seoul Central Mosque. Langsung salat jamak Duhur dan Asar.

Baca Juga: Mengunjungi Korea Selatan ketika Winter Sedang Seru-serunya (2). Hujan Salju Merusak Romantisme Winter Sonata Nami Island

Saya sengaja berlama-lama di dalam masjid. Usai menjamak-qasar (jamak taqdim), saya memilih menikmati suasana dalam masjid. Melihat-lihat ornamen dan kaligrafi di dindingnya. Juga mihrab dan mimbar tempat khotbahnya. Mengingatkan saya dengan masjid-masjid di Turkiye.

Kecurigaan Saya benar. Teman Korsel saya, Yoon Jong-won, menjelaskan, Masjid Raya Seoul memang terkait dengan Turkiye. ”Selain Amerika, saat Korea Selatan berperang melawan Korea Utara, bangsa kami juga dibantu oleh Turkiye,” ucap Jong-won.

Perang Korsel melawan Korut terjadi pada 1950–1953. Setelah perang usai, Korsel membalas jasa. Amerika Serikat minta lokasi untuk membangun markas dan pangkalan Angkatan perang. ”Sementara tentara Turkiye hanya minta tempat untuk membangun masjid. Selain untuk salat mereka sendiri, juga untuk kaum muslim Korsel,” tuturnya.

Senang dan bahagia. Bisa salat di masjid bersejarah di Kosel. Seoul Central Mosque alias Masjid Raya Seoul tampak megah. Berdiri di atas bukit. Diapit dua menara menjulang di depan. Ada kaligrafi ”Allahu Akbar” sangat besar di atap masjid. Masjidnya sangat besar. Punya tiga lantai. Lantai dasar untuk ruang pertemuan dan kantor Federasi Muslim Korsel. Lantai dua untuk salat jemaah laki-laki. Untuk sampai ke lantai dua, dari depan masjid harus menaiki lumayan banyak anak tangga. Lantai tiga untuk jemaah perempuan.

Baca Juga: Mengunjungi Korea Selatan ketika Winter Sedang Seru-serunya (1). Tak Selamanya Musim Dingin Diguyur Hujan Salju

Sama dengan di Turkiye, tempat wudu dan toiletnya berada di depan luar masjid. Lembaga pendidikan mulai madarasah hingga institut penelitian kebudayaan Islam juga ada di sana.

Yang membuat Seoul Central Mosque istimewa adalah letaknya di bukit. Dari halaman masjid kita bisa melihat pemandangan kota dan Sungai Hangang. Indah sekali. ”Pilihan dan permintaan lahan yang tepat sekali dari para tentara Turkiye,” pikir saya tak henti-henti mengucap syukur dalam hati.

Sumber: Jawa Pos Radar Banyuwangi