Radarbanyuwangi.id – Hari Raya Idul Adha, menjadi berkah tersendiri bagi pelaku usaha penggilingan daging untuk dibuat pentol bakso dan menu olahan kuliner lainnya. Mereka kebanjiran pesanan dari warga yang baru dapat daging kurban
Salah satu penggiling daging, Sopyan, 40, yang membuka usaha selep daging di Pasar Tradisional Rogojampi mengaku penggilingan selep daging miliknya ini biasanya sudah buka usai salat subuh hingga sore. “Khusus untuk Idul Adha buka setelah salat Id,” ungkapnya.
Untuk penggilingan daging, kata Sopyan, tidak hanya daging sapi saja. Tapi juga daging ayam, atau ikan dengan ditambah beberapa bahan bumbu yang dibutuhkan, diantaranya bawang goreng, penyedap rasa, garam, lada, micin, serta es batu.
“Biasanya ada pelanggan yang sebagian sudah membawa bumbu atau perlengkapannya, dan sebagian juga ada yang hanya membawa daging saja dan minta diracikan bahan-bahannya, jadi mereka menunggu jadi saja,” ujar bapak dua anak ini.
Selama Idul Adha ini, terang dia, yang paling banyak daging sapi. Tarif dalam penggilingan berikut dengan bumbunya, untuk satu kilogram daging Rp 35 ribu, tergantung berapa banyak dan berapa macam adonan yang diinginkan.
Setiap proses penggilingan, kata Sopyan, itu berbeda-beda, tergantung dari kemauan pemesan. Misalkan ada yang satu kilogram daging campurannya tidak sampai sekilo, atau untuk para penjual pentol atau cilok satu kilogram daging campuran tepung dan kanjinya lebih banyak.
“Berbeda lagi ongkosnya, karena banyak campuran dan es batu yang diperlukan saat penggilingan,” terangnya.
Sejak jam 10.00, belasan orang tampak antre sambil menenteng kantong plastik berisi daging. Selain itu, tampak pula belasan bahkan puluhan kantong plastik berisi daging berjejer, lengkap dengan tepung dan beragam bumbu untuk digilingkan.
Hal senada juga diungkapkan Ninik, 38, pemilik selep penggilingan daging lainnya. Jika hari biasa hanya melayani para pedagang bakso dan ibu rumah tangga, saat Idul Adha sebagian besar pelanggan justru warga biasa dan datang setelah salah duhur. “Kalau pagi hewan kurban masih disembelih, dan biasanya selepas duhur baru dibagikan,” katanya.
Warga yang ingin menggiling daging, lanjut dia, berdatangan setelah duhur. Mereka itu sepertinya juga bari dapat pembagian daging kurban. “Yang menggiling daging banyak, saya tidak bias menghitung bherapa banyak ini,” katanya.
Sementara itu, Nur Azizah, 39, salah seorang warga Desa Karangbendo, Kecamatan Rogojampi mengaku sudah mengantre jasa selep daging sejak selepas duhur. “Setiap tahun saya rutin memasak olahan daging menjadi pentol bakso, karena bisa lebih banyak dan bisa dimakan ramai-ramai. Selain itu juga awet hingga tahan beberapa hari,” pungkasnya.(ddy/abi)







