Detik.com
Jakarta –
Peristiwa terdamparnya paus sperma di Pantai Yeh Malet, Desa Antiga Kelod, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem Bali, Rabu (5/4/2023) lalu sempat membuat heboh warga sekitar.
Sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan warga setempat mencoba menyelamatkan paus sperma tersebut ke laut. Namun sayang, paus itu kembali terdampar dan ditemukan mati.
Menanggapi hal ini, Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga (Unair) mengirimkan tim khusus untuk mencari tahu penyebab hewan raksasa itu bisa terdampar dan tak kembali ke laut.
Dengan bantuan alat berat, drh Bilqisthi Ari Putra Msi dan enam mahasiswanya melakukan proses autopsi dan penguburan.
Melalui proses autopsi inilah, ditemukan seluruh informasi dan penyebab mengapa paus sperma tersebut bisa terdampar dan mati di Pantai Yeh Malet, Bali.
Proses Autopsi
Dikutip melalui laman resmi Unair, Rabu (12/4/2023) proses autopsi paus sperma ini dilakukan dengan menggunakan berbagai sampel seperti gigi, lambung, usus, paru, testis, saraf, kulit, dan darah.
Sementara, tim khusus Unair menjelaskan bila paus sperma tersebut memiliki bobot lebih dari 10 ton, panjang 17,6 meter, panjang lengkung 18,2 meter dan memiliki jenis kelamin jantan.
Untuk penyebab kematian, tim khusus belum bisa mengungkapkan secara pasti karena hasil autopsi resmi baru akan keluar dengan jangka waktu 14 hari.
Namun hingga saat ini ditemukan adanya pendarahan di paru-paru, usus, dan indikasi diare sebelum paus sperma itu mati. Selain itu ditemukan adanya cacing di lambung dan usus yang terkonfirmasi sebagai jenis nematoda.
Penjelasan Cacing Nematoda
Dikutip dari laman Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, cacing nematoda adalah cacing yang berbentuk bulat panjang seperti benang.
Berhubungan dengan paus sperma, ternyata nematoda sangat mudah ditemukan di laut bahkan sampai ke laut yang dalam.
Cacing ini hidup dengan memakan sampah organik, bangkai, kotoran hewan, tanaman yang membusuk, jamur dan berbagai hewan kecil lainnya.
Namun seringkali hewan ini hidup sebagai parasit di hewan lain, manusia, dan tumbuhan. Hal ini mungkin yang menjadi penyebab mengapa cacing nematoda ditemukan di bangkai paus sperma.
Saat ini, sampel paus sperma akan diuji lebih lanjut di Laboratorium Patologi FKH Unair. Hal ini dilakukan untuk memastikan sebab terdampar dan kematian yang lebih rinci dari paus sperma.
Penerjunan tim khusus FKH Unair ini ternyata bukanlah yang pertama. Sebelumnya, tim ini menanggapi berbagai fenomena soal hewan lainnya.
Contohnya terkait kematian anjing di Sirkuit Mandalika, terdamparnya paus di Bangkalan, bom ikan di Banyuwangi dan penyelamatan penyu di Pulau Lusi.
Terkait aksinya kali ini, tim khusus dikirim langsung oleh Dekan FKH Unair, Prof Dr Mirni Lamid drh MP usai mendapat surat dari BPSPL Denpasar.
Nantinya, publik bisa melihat hasil autopsi karena akan diumumkan setelah prosesnya selesai.
Simak Video “Lagi-lagi Paus Sperma Ditemukan Terdampar di Pantai Bali“
[Gambas:Video 20detik]
(nwy/nwy)