Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Pemutihan Gigi, Amankah?

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

TUNTUTAN terhadap kesehatan dan keindahan gigi semakin meningkat. Trend pemutihan tidak hanya ditujukan pada kulit saja, tetapi juga merambah ke gigi. Banyak manusia modern merasa giginya terlalu kuning. Sehingga merasa perlu sentuhan dari bleaching (pemutihan). Berbagai macam cara dilakukan untuk memperbagus gigi antara lain untuk gigi yang berubah warna. Hanya saja, nampaknya perkembangan tersebut masih secara parsial. Dalam arti bahwa hanya faktor estetis saja yang lebih diperhatikan.

Sedangkan faktor-faktor lain yang berkaitan dengan fungsi gigi itu sendiri jarang menjadi perhatian. Masyarakat pun kemudian berlomba-lomba memutihkan gigi mereka seperti layaknya bintang iklan pasta gigi. Namun, yang jarang menjadi perhatian bagi para konsumen adalah efek samping dari penggunaan bahan pemutih gigi itu sendiri. Sebetulnya, bagaimanakah efek dari pemutih gigi terhadap gigi itu sendiri? Apakah setiap diskolorisasi (perubahan warna) gigi harus diperbaiki dengan bleaching?

Pemutihan atau bleaching pada gigi, pada dasarnya menggunakan bahan pengoksidasi (oxidizing agents) yaitu hydrogen peroxide atau carbamide peroxide. Bahan yang berbentuk gel ini dioleskan pada permukaan gigi geligi dan perlahan-lahan dia akan meresap ke dalam ’pori-pori’ email gigi yang berbentuk batang-batang kristal. Dan selanjutnya juga mencapai lapisan dentin yang terletak di bawah lapisan email.

Sebelumnya, harus diketahui bahwa warna normal gigi permanen adalah kuning keabu-abuan, putih keabu-abuan, atau putih kekuning-kuningan. Dengan bertambahnya usia, email dapat menjadi lebih tipis dan dentin dapat menjadi lebih tebal karena adanya proses fisiologis yang terjadi di dalam gigi. Oleh karena itu, gigi orang tua biasanya berwarna lebih kuning atau kebau-abuan atau abu-abu kekuningkuningan dari pada gigi orang muda. Adapun faktor-faktor yang dapat menyebabkan pewarnaan gigi antara lain faktor dari luar.

Misalnya saja noda tembakau pada orang yang merokok, minuman seperti teh atau kopi, atau bahan tambal gigi berupa amalgam. Faktor yang kedua adalah faktor-faktor dari dalam yang dapat menyebabkan diskolorisasi gigi. Antara lain dari penggunaan antibiotik tetrasiklin, adanya perdarahan di dalam pulpa gigi (proses nekrosis/kematian gigi), dan gangguan pada saat tumbuh kembang gigi geligi. Sesuai dengan penyebab dari diskolorisasi gigi, maka teknik bleaching juga ada dua macam. Yaitu teknik bleaching eksternal dan internal.

Efek samping dari teknik ini adalah rasa terbakar pada jaringan lunak dan sensitivitas gigi juga mungkin ada hubungannya dengan penggunaan bahan-bahan tersebut. Teknik yang kedua adalah teknik bleaching internal. Pada teknik ini, bahan pemutih dimasukkan ke dalam kamar pulpa yang sebelumnya telah dirawat saluran akar. Berdasarkan sejumlah laporan klinis dan pemeriksaan secara histologis menunjukkan bahwa pemutihan secara internal dapat merangsang adanya proses resorpsi akar di daerah leher gigi.

Selain itu, teknik bleaching internal juga dapat menyebabkan peningkatan kerapuhan struktur bagian mahkota gigi. Setelah mengetahui penyebab diskolorisasi gigi, teknik bleaching, serta efek samping yang ditimbulkan dari bleaching, maka diharapkan masyarakat dapat lebih bijaksana lagi dalam mengambil keputusan untuk memutihkan gigi. Sesungguhnya, gigi yang sehat bukan hanya dilihat dari putih atau tidaknya gigi tersebut. Tetapi apakah gigi tersebut dapat berfungsi sebagaimana mestinya atau tidak.

Apa gunanya gigi yang putih bersinar tetapi mudah berlubang? Hal yang terpenting sekarang adalah menjaga kebersihan gigi dan mulut seoptimal mungkin. Dan juga kontrol secara rutin ke dokter gigi untuk mendeteksi secara dini adanya kelainan-kelainan pada gigi. Perlu diingat, prosedur pemutihan gigi tidak dijamin manjur untuk semua kasus. Tidak semua perubahan warna pada gigi dapat diperbaiki dengan prosedur bleaching.

Gigi dengan tetracycline stain berat mungkin warnanya bisa lebih terang tapi garis khas yang terlihat di permukaan gigi yang berubah warna akibat antibiotik ini tidak akan dapat dihilangkan. Gigi dengan fluorosis berat juga tidak dapat diperbaiki dengan bleaching. Pada keadaan tersebut dokter gigi seharusnya menjelaskan kepada pasien agar tidak kecewa dengan hasil perawatan, dan memberi alternatif perawatan lain seperti pembuatan mahkota tiruan atau dengan restorasi lain seperti labial veneer. (radar)