Radarbanyuwangi.id – Satu keluarga nelayan asal Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Bali nyaris tenggelam di perairan Selat Bali, Sabtu (22/6) pagi. Beruntung, berkat kesigapan personel Lanal Banyuwangi dan siswa Kodiklatal, penumpang perahu berhasil diselamatkan.
Kejadian bermula saat personel Lanal Banyuwangi mendapatkan laporan terkait sepasang suami istri nelayan bernama A. Ramdani, 40, dan Hartina, 38, bersama anaknya Ahmad Wahyono, 3, mengalami kecelakaan laut.
Perahu yang dinakhodai Muadi, nelayan dari Pantai Cemara, tersebut nyaris tenggelam akibat diterjang ombak besar di Selat Bali. Ketiganya tercatat sebagai warga Banjar Munduk, Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana.
Begitu mendengar laporan tersebut, Danlanal Banyuwangi Letkol Laut (P) HafidZ langsung menghubungi anggotanya. Pada waktu yang bersamaan, tengah berlangsung kegiatan tanam mangrove di Pantai Cemara, Kelurahan Pakis yang diikuti siswa Kodiklatal bersama personel Lanal Banyuwangi.
Seketika, prajurit yang tengah mengikuti kegiatan tersebut langsung membubarkan diri dan melakukan aksi evakuasi. Ratusan siswa Kodiklatal berenang ke laut untuk menyelamatkan perahu nahas tersebut yang tak jauh dari wilayah Pantai Cemara. Mereka akhirnya berhasil mengevakuasi kapal kayu nelayan dan membawanya ke tepi pantai.
“Saat melakukan kegiatan penaman mangrove, kami menerima laporan dari nelayan terkait insiden perahu yang hampir tenggelam. Anggota langsung kami perintahkan meninggalkan kegiatan dan menuju lokasi kejadian,” kata Danlanal Banyuwangi Letkol Laut (P) Hafidz.
Ketiga penumpang perahu berhasil diselamatkan. Mereka lalu dibawa ke tempat yang lebih aman dan nyaman. Dari keterangan korban, mereka naik perahu dari Pengambengan untuk menghadiri hajatan keluarganya di Banyuwangi. Pada saat akan merapat ke pantai, perahu mereka dihantam ombak dari belakang. “Perahu kemasukan air dan hampir tenggelam,” jelasnya.
Hafidz mengpresiasi kesigapan prajurit Lanal Banyuwangi dan siswa Kodiklatal yang telah berhasil mengevakuasi dan menyelamatkan korban. Sehingga kehadiran TNI AL benar-benar bermanfaat bagi masyarakat. “Setiap prajurit TNI AL, khususnya Lanal Banyuwangi di manapun berada harus bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan sekitar,” tandasnya.
Diperoleh informasi, perahu nahas tersebut milik Muadi, nelayan di Pantai Cemara. Setelah dihantam ombak, perahu berbahan kayu miliknya mengalami kerusakan di segala sisi. Akibatnya, Muadi mengalami kerugian mencapai Rp 40 juta. “Perahunya sudah tidak bisa dipakai, biaya perbaikannya banyak,” ujar Muadi.
Kejadian bermula ketika dia hendak menyandarkan perahunya ke tepi pantai. Namun, tidak jadi sandar karena ombaknya cukup tinggi. Muadi kemudian memutuskan kembali ke tengah laut. “Sempat mengurungkan niat, dikarenakan keburu ingin pulang akhirnya saya menepikan perahu,” katanya.
Saat sudah menepi itulah, perahu dihantam ombak besar hingga menghantam batu di tepi pantai. “Perahunya hancur, semua sisi rusak dan tidak bisa digunakan lagi,” terangnya.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Banyuwangi telah mengeluarkan peringatan dini gelombang tinggi. BMKG meminta masyarakat dan kapal-kapal yang akan melakukan aktivitas melaut mempertimbangkan kondisi cuaca dan memantau informasi yang dikeluarkan BMKG untuk menghindari resiko tinggi pelayaran. ”Update terus informasi cuaca dan gelombang dari BMKG,” ujar prakirawan BMKG Banyuwangi, Rezky P Hartiwi.
Rizky mengungkapkan, tinggi gelombang ombak mencapai 1,25 meter hingga 2,5 meter dan berpotensi terjadi di Selat Bali bagian selatan, Selat Badung, hingga laut Sumbawa. Masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di pesisir sekitar area yang berpeluang terjadi gelombang tinggi diimbau tetap meningkatkan kewaspadaan.
“Tingkatkan kewaspadaan, karena cuaca saat ini memang tidak menentu karena masuk musim peralihan dari penghujan ke kemarau,” pungkasnya. (fre/rio/aif)
Page 2
Senin, 24 Juni 2024 | 01:30 WIB
Page 3
Radarbanyuwangi.id – Satu keluarga nelayan asal Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Bali nyaris tenggelam di perairan Selat Bali, Sabtu (22/6) pagi. Beruntung, berkat kesigapan personel Lanal Banyuwangi dan siswa Kodiklatal, penumpang perahu berhasil diselamatkan.
Kejadian bermula saat personel Lanal Banyuwangi mendapatkan laporan terkait sepasang suami istri nelayan bernama A. Ramdani, 40, dan Hartina, 38, bersama anaknya Ahmad Wahyono, 3, mengalami kecelakaan laut.
Perahu yang dinakhodai Muadi, nelayan dari Pantai Cemara, tersebut nyaris tenggelam akibat diterjang ombak besar di Selat Bali. Ketiganya tercatat sebagai warga Banjar Munduk, Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana.
Begitu mendengar laporan tersebut, Danlanal Banyuwangi Letkol Laut (P) HafidZ langsung menghubungi anggotanya. Pada waktu yang bersamaan, tengah berlangsung kegiatan tanam mangrove di Pantai Cemara, Kelurahan Pakis yang diikuti siswa Kodiklatal bersama personel Lanal Banyuwangi.
Seketika, prajurit yang tengah mengikuti kegiatan tersebut langsung membubarkan diri dan melakukan aksi evakuasi. Ratusan siswa Kodiklatal berenang ke laut untuk menyelamatkan perahu nahas tersebut yang tak jauh dari wilayah Pantai Cemara. Mereka akhirnya berhasil mengevakuasi kapal kayu nelayan dan membawanya ke tepi pantai.
“Saat melakukan kegiatan penaman mangrove, kami menerima laporan dari nelayan terkait insiden perahu yang hampir tenggelam. Anggota langsung kami perintahkan meninggalkan kegiatan dan menuju lokasi kejadian,” kata Danlanal Banyuwangi Letkol Laut (P) Hafidz.
Ketiga penumpang perahu berhasil diselamatkan. Mereka lalu dibawa ke tempat yang lebih aman dan nyaman. Dari keterangan korban, mereka naik perahu dari Pengambengan untuk menghadiri hajatan keluarganya di Banyuwangi. Pada saat akan merapat ke pantai, perahu mereka dihantam ombak dari belakang. “Perahu kemasukan air dan hampir tenggelam,” jelasnya.
Hafidz mengpresiasi kesigapan prajurit Lanal Banyuwangi dan siswa Kodiklatal yang telah berhasil mengevakuasi dan menyelamatkan korban. Sehingga kehadiran TNI AL benar-benar bermanfaat bagi masyarakat. “Setiap prajurit TNI AL, khususnya Lanal Banyuwangi di manapun berada harus bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan sekitar,” tandasnya.
Diperoleh informasi, perahu nahas tersebut milik Muadi, nelayan di Pantai Cemara. Setelah dihantam ombak, perahu berbahan kayu miliknya mengalami kerusakan di segala sisi. Akibatnya, Muadi mengalami kerugian mencapai Rp 40 juta. “Perahunya sudah tidak bisa dipakai, biaya perbaikannya banyak,” ujar Muadi.
Kejadian bermula ketika dia hendak menyandarkan perahunya ke tepi pantai. Namun, tidak jadi sandar karena ombaknya cukup tinggi. Muadi kemudian memutuskan kembali ke tengah laut. “Sempat mengurungkan niat, dikarenakan keburu ingin pulang akhirnya saya menepikan perahu,” katanya.
Saat sudah menepi itulah, perahu dihantam ombak besar hingga menghantam batu di tepi pantai. “Perahunya hancur, semua sisi rusak dan tidak bisa digunakan lagi,” terangnya.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Banyuwangi telah mengeluarkan peringatan dini gelombang tinggi. BMKG meminta masyarakat dan kapal-kapal yang akan melakukan aktivitas melaut mempertimbangkan kondisi cuaca dan memantau informasi yang dikeluarkan BMKG untuk menghindari resiko tinggi pelayaran. ”Update terus informasi cuaca dan gelombang dari BMKG,” ujar prakirawan BMKG Banyuwangi, Rezky P Hartiwi.
Rizky mengungkapkan, tinggi gelombang ombak mencapai 1,25 meter hingga 2,5 meter dan berpotensi terjadi di Selat Bali bagian selatan, Selat Badung, hingga laut Sumbawa. Masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di pesisir sekitar area yang berpeluang terjadi gelombang tinggi diimbau tetap meningkatkan kewaspadaan.
“Tingkatkan kewaspadaan, karena cuaca saat ini memang tidak menentu karena masuk musim peralihan dari penghujan ke kemarau,” pungkasnya. (fre/rio/aif)