Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Pesantren Gratis untuk Anak Yatim dan Duafa

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

pesantrenMaterinya Memadukan Agama dan Wirausaha
BELUM banyak warga yang tahu keberadaan Pondok Pesantren Ar-Raihan di jalan Ikan Paus, Kelurahan Karangrejo, Kecamatan Banyuwangi. Lokasi ponpes tersebut memang berada di dalam kompleks perumahan Ar-Raihan. Ya, jika dilihat sepintas, bangunan pesantren itu tidak seperti bangunan pesantren umumnya yang cenderung tertutup. Pendiri Pondok Pesanuen, H.Harun, memang sengaja mengusung konsep berbeda.

Bangunan pesantren yang didirikan tahun 2012 itu didesain lebih terbuka. Tidak ada pagar di ponpes tersebut. Ruang kelas yang terletak di sebelah barat lahan pun dirancang layaknya balai bengong (gazebo). masjid dibangun persis ditengah-tengah lahan pondok pesantren. Di sebelah selatan terdapat deretan asrama santri, dan sebelah utara terdapat lapangan sepak bola. Khusus di sebelah timur, hamparan kolam ikan menjadi penyejuk ketika bersantai di masjid. 

Tidak hanya konsep bangunan yang berbeda, konsep pendidikannya juga lebih inovatif. Tidak hanya dibekali pengetahuan agama, santri juga dibekali skill berwirausaha. “Selama ini kita tahu santri belajar di ponpes berorientasi agama saja, tanpa menghiraukan skill hidup,” ujar M. Gufron, pengasuh Pondok Pesantren Ar-Raihan. Oleh karena itu, selain fasilitas utama, seperti ruang kelas, asrama, kamar mandi, dan masjid, pihak juga ponpes membangun kolam ikan yang cukup luas.

Kolam tersebut dimanfaatkan untuk beternak ikan bandeng, gabus, dan nila. Ada pula lahan yang cukup luas untuk betemak ayam atau bebek. Uniknya lagi, di bawah ruang kelas yang di desain berbentuk gazebo ituterdapatkolam ikan lele. “Semua itu merupakan fasilitas pendukung untuk santri dalam melaksanakan praktik wirausaha,” jelas Giliran. Setiap santri diberi kesempatan memilih keahlian yang di minati. 

“Jadi, kami menyeleksi mereka sesuai minat mereka masing-masing,” terang salah satu pengajar Abdul Halim. Sekarang para santri ada yang memiliki keterampilan beternak ikan, ayam, dan bebek. Ada juga yang terampil membuat teltu’ asin dan keahlian memotong rambut. “Untuk mendorong mereka agar lebih maju, kami memberikan imbalan sekian persen atas penghasilan yang mereka geluti. Kalau mereka diam saja, ya tidak dapat apa-apa.

Dengan begitu mereka akan terus berikhtiar dan berpacu meningkatkan usaha,” terang Abdul Halim. Saat ini 24 santri menghuni dua asrama ponpes tersebut. Menurut Gufron, santri tersebut mayoritas datang dari Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Walaupun begitu, ada juga santri lokal yang berasal dari Kecamatan Rogojampi, Kecamatan Glagah, dan warga sekitar Kelurahan Karangrejo. 

Para santri itu semua hidup dan mengenyam pendidikan secara gratis. “Kami tidak memungut biaya apa pun,” ujar Gufron. Sementara itu, biaya hidup para santri tersebut di ambilkan dari hasil usaha pendiri ponpes. Seluruh santri tersebut memang memiliki latar belakang yang sama dari segi ekonomi. Oleh karena itu, segenap pendidik dan pengurus Ponpes Ar-Raihan berniat mengantarkan mereka menuju masa depan yang lebih baik. Caranya, membekali mereka ilmu agama dan keterampilan wirausaha.

Tidak tanggung- tanggung 24 santri yang terdiri atas siswa SD, SMB dan SMA, tersebut dididik enam guru lulusan universitas berkualitas. Gufron mengatakan, empat dari guru pendidik merupakan lulusan universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir. Salah satunya malah merupakan lulusan Flinders University of Adelaide, Australia. Para pendidik juga sengaja rutin mendatangkan sejumlah wirausahawan yang sukses di bidangnya Untuk memberikan motivasi dan trik kepada para santri. “Kami berharap, setalah pulang ke kampung halaman nanti, mereka tidak pulang dengan tangan kosong,” kata Gufron. (radar)