ROGOJAMPI – Ritual petik laut yang dilaksanakan oleh para nelayan di Pantai Blimbingsari, Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi, ternyata berbeda dengan daerah pesisir pantai lainnya. Dalam ritual yang digelar setiap tahun ini, mereka tidak melaksanakan larung sesaji ke te ngah laut. Ribuan pengunjung yang datang dalam ritual petik laut ini, sebagian menonton hiburan pentas musik dangdut di bagian utara kawasan tersebut.
Sedang pengunjung lain nya, terlihat mandi, naik perahu, naik kuda, dan dokar di pantai bagian selatan. Puncak kegiatan petik laut di Pantai Blimbingsari yang dilaksanakan kemarin (24/11), juga tidak terlihat ada kegiatan ritual sama sekali. Seharian, panitia lebih banyak menyuguhkan hiburan. “Kegiatan petik laut di Blimbingsari tidak ada larung sesaji,” cetus salah satu panitia pelaksana petik laut Blimbingsari, Supadmo.
Menurut Supadmo, setiap me laksanakan petik laut seper ti ini, para nelayan di Blimbingsari awalnya juga melaksanakan larung sesaji ke tengah laut. Ritual itu, jelas dia, tidak beda dengan petik laut di daerah pesisir lainnya. “Sekarang sudah tidak ada larung sesaji,” katanya. Menghilangkan larung sesaji dalam ritual petik laut ini, merupakan kesepakatan para nelayan dan masyarakat. Tentu nya, jelas Supadmo, setelah mempertimbangkan saran dari para tokoh masyarakat dan to koh agama. “Bagi nelayan dan masyarakat, tidak masalah tanpa larung sesaji,” terangnya.
Sebagai ganti dalam larung sesaji ini, jelas dia, dilaksanakan istighotsah dan pengajian agama. Untuk kegiatan keagamaan ini, telah di laksanakan pada Kamis (21/11) malam lalu. “Larung sesaji diganti dengan kegiatan isti ghotsah,” ungkapnya pada Jawa Pos Radar Banyuwangi kemarin. Meski tanpa ada ritual larung sesaji ini, suasana petik laut di Pantai Blimbingsari terlihat meriah. Ribuan pengunjung, ter lihat tumplek blek di sepanjang pantai yang dikenal dengan kuliner ikan bakar ini. “Ada musik dangdut,” sebut Supadmo. (radar)