Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Pitung Dino, Tikus Nono

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

pitungGLAGAH – Pemberantasan tikus sawah (rattus argentiventer) yang digagas oleh H. Ibnu Taji bersama-sama PPL, POPT, Kecamatan Glagah beserta petani dan kelompok tani membuahkan hasil. Dalam 17 hari, hama tikus benar-benar sirna. Areal padi seluas 236 hektare pun bisa diselamatkan. Pemberantasan tikus secara masal melibatkan 35–45 petani. Mereka membawa umpan beracun.

Selanjutnya petani bergerak menyebar dipimpin oleh para koordinator lapangan (korlap) dan dikawal anggota tim pemberantas tikus. Gerakan masal  pemberantasan berlangsung sangat cepat, areal 52 ha dalam waktu dua jam selesai. ”Cukup dengan slogan pitung dino, tikus nono, tanaman padi terselamatkan,’’ kata Ibnu Taji. Tikus pada malam hari, 95% meninggalkan lingkungan tempat hidupnya (habitat), bergerak pulang balik menuju areal tempat pakannya (tanaman padi), lalu melewati jalur-jalur yang telah dibuatnya.

”Jalur-jalur inilah dicegat dengan umpan beracun. Jadi  liang tikus tidak perlu dibongkar, diempos (diubub) atau apapun yang namanya gropyokan,’’ kata Ibnu Taji. Dengan pengumpanan beracun sebanyak 3 kali berturutturut selama 3 hari serangan tikus sudah berhenti. Umpan beracun dihidangkan dibungkus kertas koran berukuran 10×10 cm, lalu dilipat seperti bungkus kesumba, diisi ½ sendok makan tiap bungkusnya. Bisa juga umpan beracun diletakkan begitu saja pada titiktitik yang telah ditentukan.

Tiap titik peletakkan umpan bisa diberi 2–3 bungkus umpan beracun, atau 2-3 sendok makan umpan beracun yang tidak dibungkus. Umpan beracun diletakkan pada jalurjalur perjalanan pulang balik antara habitat menuju areal pakan tikus, pemberantasan menggunakan umpan beracun dilaksanakan secara bersamasama (berkelompok) dalam cakupan areal yang luas misalnya wilayah kelompok tani, bisa dalam satu blok.

Dalam pelaksanaannya melibatkan petani secara aktif, berkelanjutan serta terkoordinir dengan baik, pemberantasan tikus yang dilaksanakan secara sendiri-sendiri tidak akan mendapatkan hasil yang efektif. Hal tersebut disebabkan oleh mobilitas tikus sawah yang tinggi, sehingga daerah yang telah diberantas akan segera terisi oleh tikus yang berasal dari daerah sekitarnya (ekologi kompensasi).

Pemberantasan dilakukan secara dini, intensif dan berkelanjutan dengan memanfaatkan teknologi pengendalian yang sesuai dan tepat waktu. Cara mencampur umpan: beras baru panen 5 on, beras jagung 1 on, konsentrat pakan ayam 1 ons diberi sedikit air, ketiga bahan tersebut dicampur, ditambah minyak goreng 2 sendok makan, kemudian aduk lagi, baru ditambahkan racumin 20 gram, aduk lagi, umpan sudah siap digunakan.

Ibnu Taji menuturkan, hari ini pemberantasan tikus dikerjakan serentak di 5 kelompok tani. Yakni Saniman, Dondong, Duku, Kelapa, dan Basata. Lima kelompok tani itu mencakup areal seluas 177 ha. ”Adaikata ini sebuah pertempuran, kami kekurangan amunisi,’’ kata Ibnu Taji. (radar)