Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Rela Dipecat asal Bisa Nonton Persewangi

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Persewangi beruntung memiliki suporter fanatik dan militan. Dia adalah Mohamad Usman Marzuki, 61. Selama puluhan tahun, warga Jalan Serayu 48, Kelurahan Panderejo, Banyuwangi, itu all out mendukung The Lasblang (Laskar Blambangan), julukan Persewangi.

-NIKLAAS ANDRIES, Banyuwangi-

BERKUNJUNG ke rumah Pak Usman susah-susah gampang. Susah mungkin bagi orang yang belum mengenal betul letak rumah pria empat anak itu. Tetapi, mudah bagi mereka yang sudah hafal rumah pensiunan PT. Pabrik Kertas Basuki Rahmat (PKBR) Banyuwangi tersebut. Kesulitan pun sempat dirasakan wartawan koran ini saat mencari posisi rumah Pak Usman yang beralamat di Jalan Serayu.

Untuk bisa ke sana, harus melalui jalan kecil (gang) tidak jauh dari jalan utama. Setelah melalui gang, rumah suami Masita itu sudah terlihat. Sebab, di pintu rumahnya sudah tertera lengkap namanya. Pak Usman yang mengenakan kaus warna putih pun langsung melemparkan senyum ramah sebagai sambutan selamat datang.

Tidak ada yang istimewa saat kali pertama sampai di rumah tersebut. Di bagian depan rumah tersebut terpampang stiker supporter Persewangi, Laros Jenggirat. Saat masuk ke ruang berukuran lumayan besar dan luas, barulah nuansa sepak bola benar-benar terasa. Sebuah bannerbergambar pen dukung Persewangi di era Bu pati Samsul Hadi terpasang de ngan jelas di ruang tamu.

Di dinding yang lain, bendera merah hitam sebagai warna ke besaran Persewangi ter pampang. Tu lisan Laros Jenggirat dan Persewangi menjadi ornamen di bendera berukuran standar. Yang mengundang penasaran, se buah bannerberukuran sedang bertuliskan nominal Rp 30 juta. Banner itu terpasang di atas ben dera merah hitam ter sebut.

Di bagian lain banner tersebut bertuliskan kompetisi Divisi II Nasional tahun 2007. Pe mandangan itu dipertegas dengan tulisan juara II yang berukuran agak besar dibanding huruf lain. Tak dinyana, banner itu merupakan banner penyerahan simbolis PSSI atas Persewangi yang menjadi runner up Divisi II di tahun itu.

Dari mana Pak Usman mendapatkannya? Pria kelahiran Lumajang itu ternyata mendapatkannya secara langsung di partai final yang digelar di Sta dion Gelora Bung Karno, Se nayan. “Saya jauh-jauh ke Jakarta untuk mendukung Persewangi, dan banner itu sebagai kenang-kenangan,” kenangnya. Berkelana untuk mendukung Per sewangi bukan kali itu saja di lakukan Pak Usman.

Sejak 1982, dia sudah aktif mengikuti laga awayyang dijalani tim ke sayangannya tersebut. Beberapa kota pernah menjadi saksi militansi dan fanatiknya dalam mendukung Persewangi. Siapa nyanabila sebelum mengucap ikrar setia mendukung Persewangi, Pak Usman pernah menjadi bagian dari suporter Persebaya.

Mulai tahun 1978, dia sudah kental dengan atribut Green Force. Di Surabaya inilah dia banyak belajar mengenai militansi dalam mendukung tim kesayangan di arena sepak bola. Semangat itu mendarah da-ging hingga saat ini. Meski sudah berganti hati menjadi ba gian dari pendukung Persewangi. Se mangat Pak Usman se b agai supporter militan tidak berhenti.

Saking fanatiknya, dia rela me ninggalkan pe ker-jaannya. “Tidak masalah dipecat asal bisa nonton Persewangi,” tegasnya. Beruntung hingga masa baktinya di PT. PKBR, Pak Usman tidak dipecat. Tahun 2011 lalu dia resmi pensiun. Demi mendukung Persewangi, dia kerap mengajukan cuti dan izin.

Totalitas yang diperlihatkan Pak Usman seolah tidak tergantikan. Dalam beberapa ke sempatan, dia menjadi bagian penting dalam perjalanan sup porterPersewangi. Tengok saja aksinya saat mendukung Persewangi di atas tri bun. Usia yang sudah tidak muda lagi tidak membuatnya minder dan kalah dengan generasi muda. Bahkan, Pak Usman di kenal sebagai sosok suppor terdengan aksesori dan logistik yang lengkap.

Selain ak sesori pendukung, seperti ben dera dan atribut yang biasa di guna kan supp or ter, Pa k Usman juga membawa serta logistik yang jarang dibawa supporterdi lapangan. Tengok saja ada jarum jahit, jarum sepatu, benang, korek api, obat-obatan, dan balsem. Barang itu dibawa sebagai antisipasi per soalan non-teknis yang di-hadapi supporter.

“Kalau baju sobek tinggal jahit, kalau sa kit perut juga ada obatnya, dan siapa butuh korek untuk merokok juga ada,” ujar pria yang tidak merokok itu. Militansi yang ditunjukkan Pak Usman, di antaranya me ngoleksi pernak-pernik Persewangi. Itu ditunjukkan de ngan membawa steoroform simbol penyerahan hadiah yang diterima Persewangi. Jarak yang jauh, Jakarta-Banyuwangi, bukan hambatan. Semua itu demi tim tercinta dan kenang-kenangan. (radar)