Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Santri Ponpes INSAT Muhammadiyah Banyuwangi Ciptakan Robot Pemadam Kebakaran

Foto: jatimtimes
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Foto: jatimtimes

BANYUWANGI – Santri Pondok Pesantren (Ponpes) Internasional Sains dan Teknologi (INSAT) Muhammadiyah Banyuwangi mampu menciptakan robot untuk membantu dan mempermudah pekerjaan manusia.

Dilansir dari jatimtimes, robot buatan santri yang rata-rata berumur 14 tahun tersebut memiliki fungsi ganda, yakni bisa memadamkan api sekaligus memungut sampah.

“Pembuatan robot pemadam kebakaran dan pemungut sampah ini berawal dari peristiwa kebakaran yang terjadi di lingkungan kita. Jika terjadi kebakaran ada kalanya petugas kebakaran yang turut menjadi korban,” kata Ustaz Ajuslan Kerubun, Direktur Ponpes INSAT Muhammadiyah Banyuwangi, Rabu (1/5/2019).

“Atas keprihatinan itulah muncul ide untuk menggantikan tugas-tugas yang dilakukan petugas pemadam kebakaran dengan robot,” imbuhnya.

Proses pembuatan robot ini membutuhkan waktu sekitar 2 bulan lamanya. Satu robot dikerjakan lima orang santri yang masih duduk di kelas VIII. Langkah awal adalah pembuatan desain robot dengan aplikasi di komputer. Setelah desain selesai kemudian mulai dilakukan perakitan.

“Biaya untuk dua robot ini sekitar Rp 7 juta. Bahan-bahannya ada yang dibeli, ada juga yang dibuat oleh anak-anak sendiri dari bahan-bahan bekas. Sehingga bisa lebih menghemat biaya,” kata Ustaz Ajuslan Kerubun.

Secara umum robot ini terbagi dalam empat bagian penting. Pertama, bagian utama untuk memberikan perintah kepada robot.

Kedua, bagian kontrol yang berfungsi untuk mengontrol robot sesuai keinginan. Ketiga, bagian- bagian penjepit yang berfungsi untuk mengambil sampah dan bagian terakhir adalah pemadam api.

“Pondok Pesantren INSAT Muhammadiyah memang memberikan Sains dan Teknologi agar anak Indonesia khususnya yang di Pondok Pesantren mengenal tekhnologi. Karena saat ini tren yang berkembang di Pondok Pesantren itu cuma mengaji dan membaca kitab. Kami berusaha mencoba mengembangkan tekonologi dengan robot,” terangnya.

Bima Hatta (14) salah seorang santri yang ikut menciptakan robot ini menyatakan, pembuatan desain robot dilakukan untuk menentukan penempatan komponen-komponen robot. Agar posisi peletakan komponen tidak memakan tempat dan tidak membuat bingung.

“Kemudian dilakukan perakitan hingga menjadi bentuk robot seperti ini,” ujarnya.