Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Sering Jadi Jujugan Masyarakat Bali

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
TERAWAT: Singgasana (pendileman) Prabu Prabu Tawang Alun di Dusun Cungking, Gombolirang, Kecamatan Kabat.

GOMBOLIRANG – Siapa yang tidak mengenal nama Prabu Tawang Alun? Singgasana Pemimpin Kerajaan Macan Putih itu diyakini berada di Dusun Cungking, Desa Gombolirang, Kecamatan Kabat.

Dulu, sebelum dibangun, masyarakat sekitar menyebut singgasana Prabu Tawang Alun itu dengan sebutan pendileman. Tidak jelas apa arti dan asal kata pendileman. Kondisi pendileman saat ini terawat dengan baik. Sebelum dibangun Pak Mustareh, dulu pendileman hanya berupa tumpukan batu. Kini pendileman lebih dikenal dengan nama petilasan.

Sampai kini tempat itu masih sering menjadi  jujugan warga luar Banyuwangi. Salah satunya warga Bali. Meskipun bukan makam, pengunjung yang datang ke pendileman menganggap dirinya berziarah. Namun, ada pula yang memahami bahwa mereka lebih tepatnya melakukan napak tilas. “Sebab, kerajaan Macan Putih di Bumi Blambangan ini dulu memiliki hubungan baik dengan kerajaan di Bali. Itulah sebabnya banyak warga Bali yang datang ke pendileman  ini,” ujar Samsul, warga sekitar Dusun Cungking.

Mereka yang berkunjung tidak hanya melakukan napak tilas, tapi juga melakukan ritual doa. Doa tersebut ditujukan untuk Prabu Tawang Alun. “pernah ditemukan Alquran di bawah fondasi keraton. Orang tua-tua dulu menduga Tawang Alun Islam, walau kerajaan yang dipimpinnya adalah kerajaan Hindu. Katanya, Tawang Alun dan leluhurnya telah diislamkan Maulana Ishaq. Itu kepercayaan orang-orang dulu,” beber Samsul.

Pendileman merupakan salah satu situs Kerajaan Macan Putih yang letaknya masih bisa ditelusuri hingga kini. Sebetulnya masih banyak peninggalan-peninggalan kerajaan yang tersebar di Dusun Cungking, Desa Gombolirang, Kecamatan Kabat. Namun, kebanyakan masyarakat Banyuwangi hanya mengetahui pendileman saja.

“Ada juga yang mengira pendileman  ini merupakan makam, padahal bukan. Orang-orang tua dulu menyebut, pendileman  itu adalah singgasana atau tempat duduk raja,” imbuhnya. Dengan banyaknya masyarakat dari daerah lain yang mengunjungi pendileman, Desa Gombolirang memiliki aset wisata religi.

Buktinya, pada hari-hari tertentu, pengunjung yang datang tidak hanya menggunakan kendaraan kecil, melainkan bus. “Kalau  pas ramai, tempat parkir dipadati kendaraan pengunjung. Tapi sekarang mobil saja tidak bisa masuk, karena jalan ancur,”  pungkas Samsul. (radar)