Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Songgon Ranking Teratas TBC

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

BANYUWANGI – Ini peringatan bagi masyarakat agar mewaspadai penyebaran penyakit tuberkolosis (TBC). Dinas Kesehatan (Dinkes) Banyuwangi mengimbau masarakat agar lebih hati-hati terkait penyebaran penyakit yang disebabkan virus mycobacterium tuberculosis tersebut.

Bila menderita batuk tidak sembuh-sembuh selama lebih dari dua minggu, perlu segera periksa ke puskesmas atau dokter. Termasuk, jika berat badan menurun, berkeringat di malam hari, dan sesak napas.

Berdasar data yang dirilis Dinkes Jatim, selama tahun 2014 Banyuwangi menempati peringkat keenam penderita TBC se-jatim dengan jumlah penderita 1.868 orang. “Jumlah tersebut berdasar beberapa pemeriksaan di 24 kecamatan di Banyuwangi,” ujar Plt. Kadinkes Banyuwangi dr. Wiji Lestariono melalui Kasi Pemberantasan Penyakit Sudarto Setyo kemarin.

Jumlah 1.868 penderita tersebut terhitung sampai tanggal 31 Desember 2014. Pendataan penderita TBC dilakukan tiap tiga bulan sekali. Untuk meliltat naik-turunnya jumlah penderita harus melihat sampai akhir maret.

Jika dipetakan di tingkat desa, kelurahan dan kecamatan, Songgon menempati peringkat teratas dengan 63 kasus. Disusul di bawahnya Desa Tembokrejo 43 kasus, Gladak 38 kasus, Kedungrejo 38 kasus, dan Kelurahan Sobo 31 kasus.

Dinkes Banyuwangi sudah berhasil menurunkan angka penderita sampai 96 persen. Namun, ke depan, akan ada kerja sama dengan masyarakat, seperti PKK, dokter swasta, dan dasawisma. “Selanjutnya pemeriksaan TBC akan kita ikuti dengan tes VCT, sehingga bisa melihat batuk yang terjadi karena virus TBC ataukah HIV,” kata Sudarto.

Lebih lanjut Sudarto mengatakan, tingginya jumlah penderita tersebut karena pemeriksaan dilakukan secara menyeluruh oleh tim kesehatan. Darto menjelaskan, di setiap wilayah telah ditentukan jumlah target secara nasional.

Misalnya, dalam satu wilayah berpenduduk berjumlah 1000 jiwa dan ada 100 penderita TBC, maka target yang harus ditemukan tim kesehatan mencapai 1.000 orang. Dinkes telah mencatat penderita TBC, baik yang dirawat inap di rumah sakit maupun yang rawat jalan.

“Saat ada satu penderita positif TBC kita kembangkan pemeriksaan terhadap keluarganya dan masyarakat. Hal itulah yang membuat jumlah penderita TBC banyak, karena tim bekerja lebih luas,” jelasnya. Terkait kasus TBC, Darto menjelaskan, jika penderita atau suspect yang ditemukan banyak, maka akan lebih baik.

Dalam kasus TBC ringan, penderita harus mengonsumsi obat secara rutin selama enam bulan tanpa henti. Kasus yang sudh akut, butuh waktu dua tahun sampai benar-benar sembuh. “Penyakit ini banyak disebarkan melalui udara, bisa melalui batuk dan bersin.

Bisa juga melalui dahak yang dibuang sembarangan,” jelasnya. Di Banyuwangi, lanjut Darto, ada tiga metode pemeriksaan suspect TBC yang dilakukan layanan kesehatan. Khusus anak-anak menggunakan metode scoring, yaitu dengan memberikan pertanyaan.

Khusus orang dewasa dilakukan tindakan medis yang lebih teliti, seperti pemeriksaan dahak di laboratorium dan rontgen paru-paru. (radar)