Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Sumber Mata Air Watu Gedek Dijaga PNS

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

sumberPUKUL 11.00, tim ekspedisi kembali mengawali start dari tempat parkir kendaraan di sekitar air terjun Lider. Sebelum bergerak ke lokasi Watu Gedek, tim ekspedisi melepas dahaga dengan mampir di perkampungan di kawasan PT. Tirta Harapan Perkebunan Bayu Kidul, tepatnya di Dusun Lider, Desa Sumberarum, Kecamatan Songgon. Personel ekspedisi yang berjumlah 25 orang itu memang membutuhkan asupan makanan. Sebab, stamina mereka terkuras setelah menjelajah wisata air terjun Lider dengan medan yang berat dan menantang.

Kali ini menu makanan khas kampung perkebunan dengan nasi jagung hangat plus sayur itu dilengkapi tiga jenis sambal. Tersedia sambal pedas, sambal ekstra pedas, hingga sambal super-pedas. Kombinasi menu itu juga dilengkapi lauk ikan asin yang terasa menggigit lidah. Satu jam kemudian, tim kembali melanjutkan perjalanan. Tim ekspedisi bergerak menuju wilayah Kecamatan Sempu. Setelah memasuki Dusun Jaengan, Desa Jambewangi, Kecamatan Sempu, rombongan berbelok kanan. 

Jika hendak pulang, tim harus lurus ke selatan. Tetapi, kali ini, rute belok ke arah ke arah barat. Jalur yang kami tempuh tetap menyusuri tengah hutan pinus. Perjalanan dari Jaengan menuju ke mata air Watu Gedek membutuhkan waktu sekitar 10 menit. Medan jalan tetap sama, jalan tanah yang rusak. Meski begitu, nuansa hutan yang asri membuat rasa penat hilang. Setelah tiba di lokasi, ternyata wisata Watu Gedek adalah salah satu sumber mata air dengan debit yang lumayan besar.

Di sekitar mata air tersebut itu, terdapat beberapa batuan yang besar yang tersusun di tebing. Menariknya, batu-batu tersebut tersusun dengan baik dan menyerupai bentuk dinding anyaman bambu. Orang Jawa menyebut dinding anyaman bambau itu dengan sebutan gedek. Karena itulah, lokasi itu disebut Watu Gedek. Selama ini, sumber air Watu Gedek digunakan PDAM untuk memenuhi kebutuhan air berbagai desa di Kecamatan Sempu. Bahkan, pengelolaan mata air itu sudah ada kesepakatan antara Perhutani, PDAM, dan pemerintah setempat. 

Sebagai simbol kerja sama, di sana ada bibit pohon yang ditanam ADM KPH Banyuwangi Barat, Direktur PDAM Banyuwangi, dan Camat Sempu. Sejak ada kerja sama tersebut, mata air Watu Gedek itu kini berubah. Jika dulu kurang terawat, kini sudah terlihat bersih. Mata air itu tampak jernih dan dingin. Sebab itulah, di sana juga ada sedikit tanaman sayur selada. Sekadar tahu, sayur selada tumbuh subur di dataran tinggi yang berair dan bersuhu udara dingin. Sayur selada yang tumbuh bisa untuk memastikan kondisi air tersebut benar-benar jernih.

Yang mencengangkan, meski berada di hutan yang sepi dan jauh dari permukiman, tapi sumber Watu Gedek itu dijaga. Bukan main-main, penghuninya adalah seorang yang tercatat sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Bahkan, PNS yang kerap disapa Pak Jan itu membuat gubuk di tempat yang paling ujung sumber Watu Gedek. Untuk menjangkau lokasi tersebut, butuh perjuangan mendaki tumpukan batu besar.  

Mata air Watu Gedek itu memang besar. Sampai saat ini, air tersebut mampu memenuhi kebutuhan di berbagai desa. Bahkan, memasok air bersih antar-kecamatan. Selain memenuhi beberapa desa di Kecamatan Sempu, sumber mata air itu juga bisa memenuhi kebutuhan air warga Kecamatan Genteng. Camat Sempu, Lukman Hakim menyebut, jika mata air tersebut bisa memenuhi kebutuhan air bersih di berbagai desa.

Selain di Desa Jambewangi, mata air itu juga memenuhi kebutuhan di Desa Karangsari, Kecamatan Sempu. ‘’Sumber mata air itu juga memenuhi kebutuhan di Kecamatan Genteng,’’ jelasnya.  Hanya, terang Lukman, pengelolaan berbeda. Khusus Desa Jambewangi dikelola Hipam setempat. Di luar desa itu dikelola PDAM Banyuwangi. ‘’Hal itu mulai diberlakukan sejak ada MoU tahun 2013 lalu. Sampai sekarang, mata air di kawasan Perhutani itu masih besar,” terangnya. (radar/bersambung)