Selama tahun 2025 ini, sebanyak 125 rumah telah dibangun dalam program bedah rumah. Program ini merupakan kerja sama Pemkab Banyuwangi dan Baznas. Pembangunan masing-masing rumah berbeda-beda. Tergantung pada kondisi rumah masing-masing. Ada rumah yang direhab total karena kondisinya sudah parah. Tapi ada juga yang hanya direnovasi.
“Kami ingin program bedah rumah bisa terus berlanjut sehingga menjangkau lebih banyak lagi rumah-rumah tidak layak huni milik warga yang masuk kategori prasejahtera,” kata Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani, Kamis, 19 Juni 2025.
Ketua Bidang Distribusi Baznas Banyuwangi Herman Suyitno menambahkan, Baznas Banyuwangi mentargetkan 250 rumah tidak layak huni dibedah sepanjang tahun ini. Jumlah tersebut lebih banyak dari total rumah yang dibedah pada tahun lalu.
“Pada 2024, program bedah rumah kerja sama Pemkab Banyuwangi dan Baznas menyentuh 200 rumah warga,” jelasnya.
Program bedah rumah memberikan bantuan sekitar Rp10 juta untuk pembangunan atau renovasi tiap hunian. Bantuan tersebut turut dibantu dengan swadaya masyarakat setempat. Selain bedah rumah, Pemkab juga menginisiasi penyaluran bantuan bagi warga kurang mampu lainnya. Bantuan diberikan melalui pihak-pihak lain baik swasta maupun lembaga lainnya.
Salah satu rumah yang dibedah adalah milik Hawiyah, 53 tahun, di di Desa Bedaweng, Kecamatan Songgon, Kabupaten Banyuwangi. Rumah berukuran 6 meter x 8 meter itu berdiri tegak setelah dibangun atas kerja sama antara Pemkab dan Baznas Banyuwangi.
Hawiyah bekerja serabutan dengan penghasilan yang sekadarnya. Suaminya sudah bertahun-tahun tidak bekerja karena sakit. Dengan uang yang terbatas, cukup sulit bagi mereka untuk membenahi rumah secara mandiri.
Baca Juga
Kediaman Hawiyah dan suaminya, Miseri, 58 tahun, dikunjungi Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani di sela acara Bupati Ngantor di Desa (Bunga Desa), Kamis siang. Bupati ingin memastikan rumah yang telah dibangun layak untuk ditinggali pasangan tersebut.
“Kemarin bocor semua. Rumahnya sudah hampir hancur. Sekarang sudah bagus. Alhamdulillah,” kata Hawiyah.
Sebelum dibedah, rumah Hawiyah mayoritas berdinding triplek dan lantai tanah. Atapnya genting kayu-kayu penyangganya sudah rusak. Sekarang, penampakannya berubah 180 perajat. Rumah pasangan berumur itu berdiri tegap dengan dinding bata dan lantai semen. Atapnya fiber semen yang tertutup rapat.
“Saya sudah 25 tahun tinggal di sini. Baru sekarang rumahnya bagus,” ungkapnya.
Selain bangunan yang lebih kokoh, rumah kecil tersebut juga kini memiliki kamar. Kamar mandi juga telah siap dibangun secara permanen.
“Matur nuwun rumah kami sudah dibangun seperti sekarang,” katanya.
Like