Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Tampo Fair 2023: Ribuan Pengunjung Menyaksikan Pesona UMKM dan Ekspresi Seni Desa Tampo, Banyuwangi

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

BANYUWANGI, Jurnalnews – Desa Tampo, Kecamatan Cluring, Banyuwangi, menjadi saksi kesuksesan pemerintah setempat dalam mendukung Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Tepat selama tiga hari, kegiatan bertajuk Tampo Fair berhasil menarik perhatian ribuan warga setempat.

Pasar rakyat UMKM ini, dijuluki Tampo Fair, tahun ini menjadi sorotan dengan keberhasilannya menggaet perhatian masyarakat. Para pedagang, mulai dari penjual batik hingga kuliner tradisional, merasakan kehangatan animo pembeli yang membludak.

Salah satu pedagang jajanan dan minuman tradisional mengungkapkan kegembiraannya. Dalam sehari, ia berhasil meraih keuntungan lebih dari 1 juta rupiah. Kesuksesan ini menjadi bukti nyata bahwa upaya pemerintah Desa Tampo dalam mendukung UMKM telah membuahkan hasil yang positif.

Selain menjadi tempat belanja yang menarik, acara ini juga menjadi ajang promosi yang efektif bagi para pelaku UMKM. Dengan demikian, tidak hanya memperkuat ekonomi lokal, tetapi juga memberikan peluang lebih luas bagi para pelaku usaha kecil untuk berkembang.

Tidak hanya menjadi panggung bagi pelaku usaha kecil, Tampo Fair tahun ini juga menjadi wadah bagi para seniman dan bakat-bakat terpendam untuk bersinar. Dari susunan acara yang digagas oleh panitia Tampo Fair, kita dapat melihat keberagaman yang memukau, mencakup seni jaranan, hadrah, terbangan khas Banyuwangi, hingga lomba tari yang diperuntukkan bagi para anak-anak SD.

“acara tahunan ini tidak hanya sekadar pasar rakyat UMKM, melainkan sebuah panggung kreativitas dan ekspresi seni. Keikutsertaan pelaku seni dan bakat lokal memberikan nuansa berbeda yang menambah keceriaan Tampo Fair. Dari kehebohan seni jaranan hingga keanggunan lomba tari anak-anak, semuanya terpampang komplit di sini,” ungkap Kepala Desa Tampo, Dr. Hasim Ashari.

Foto : Berbagai perlombaan salah satunya lomba memasak jajanan tradisional. nampak dewan juri dari perlombaan memasak meneliti indahnya krasi dan mencicipi lejatnya jajanan tradisional. (Dok. Rony)
Foto : Berbagai perlombaan digelar salah satunya lomba memasak jajanan tradisional. nampak dewan juri dari perlombaan memasak meneliti indahnya krasi dan mencicipi lejatnya jajanan tradisional. (Dok. Rony)

Tidak ketinggalan, panitia Tampo Fair juga memasukkan lomba membatik dan masakan tradisional serta kontes hewan ternak, khususnya domba asli Banyuwangi, dalam deretan acara tahunan mereka. Inisiatif ini membuktikan bahwa Tampo Fair bukan hanya sekadar pasar tradisional, tetapi sebuah perayaan yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat, termasuk para seniman dan pecinta hewan serta kuliner.

Dengan begitu, Tampo Fair tidak hanya menjadi ajang belanja dan bisnis, melainkan juga sebuah wadah untuk merayakan keberagaman budaya, seni, dan bakat yang ada di Banyuwangi kususnya di Kecamatan Cluring.

Kepala Desa Tampo, Dr. Hasim Ashari, merasa bangga dan bersyukur atas kesuksesan Tampo Fair tahun ini yang berhasil menyedot perhatian ribuan warga. Dengan 70 tenda kerujut dan 55 stan pedagang tanpa tenda, acara ini sukses digelar dengan semarak, siang dan malam.

“Panitia telah menyediakan sebanyak 70 tenda kerujut dan 55 stan pedagang di luar tenda, semuanya penuh, dan dagangan mereka laris manis. Keberhasilan ini tidak hanya dirasakan oleh pedagang kecil, tetapi juga oleh para pelaku seni yang merasa bangga bisa tampil dalam acara tahunan ini,” ungkapnya.

Hasim, menambahkan bahwa keberhasilan kegiatan ini tidak hanya memberikan dampak positif bagi pelaku usaha kecil, tetapi juga merangsang seluruh sektor elemen masyarakat, termasuk pelaku seni. Ia berharap bahwa keberhasilan Tampo Fair dapat dijadikan contoh oleh desa-desa lain sebagai langkah dalam mendukung pemulihan ekonomi dan kehidupan seni setelah dampak pandemik covid – 19.

“Pasca pandemi, tidak dapat dipungkiri bahwa seluruh pengusaha dan pelaku seni merasakan dampaknya, seperti kesulitan mendapatkan pembeli dan kurangnya peluang pekerjaan bagi para seniman. Oleh karena itu, kegiatan semacam Tampo Fair menjadi inspirasi untuk membangkitkan semangat ekonomi dan seni di tingkat lokal,” tambahnya.

Foto : Ribuan pengunjung memadati pentaseni diacara Tampo Fair. (Dok Rony).
Foto : Ribuan pengunjung memadati pentaseni diacara Tampo Fair. (Dok Rony).

Tampo Fair, sebuah event tahunan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Desa Tampo, tidak hanya sekedar meriahkan warga setempat. Acara ini memiliki akar yang dalam, lahir dari Desa Tampo yang dikenal sebagai sentra kerajinan Batik di Kabupaten Banyuwangi.

Desa Tampo, menjadi rumah bagi sekitar enam pelaku usaha kecil di bidang batik, seperti Batik Najiha, Tompo Sentono, Tresno, Yoko, Tatsaka, dan Virdes, yang menjadi pusat perhatian dalam setiap penyelenggaraan Tampo Fair. Setiap tahunnya, event ini tidak hanya menjadi ajang promosi bagi produk batik lokal, tetapi juga menjadi panggung untuk memperkenalkan potensi ekonomi desa kepada masyarakat lebih luas.

Tidak hanya terkenal sebagai sentra batik, Desa Tampo juga diakui sebagai Desa Festival. Pemerintah Desa Tampo secara konsisten menggelar berbagai macam festival untuk memajukan desa, menarik minat wisatawan, dan secara bersamaan, meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. Beberapa di antaranya adalah Festival Permainan Tradisional, Lampion Terbang, Sepeda Sehat Tour de Tampo, Gerak Jalan, Kirab Budaya, Tampo Fair, Deso Rijig, Jaranan, Baritan, dan Festival Wayang Kulit. (Rony//JN).

source