BANYUWANGI – Banyuwangi merupakan satu-satunya kabupaten di Jawa Timur yang memiliki banyak terminal kendaraan angkutan umum. Hingga tahun 2013, jumlah terminal yang tersebar di beberapa tempat mencapai delapan unit dengan beberapa tipe. Dari delapan unit itu, tipenya mulai A hingga C. Tipe C sebanyak enam unit, sisanya tipe A dan B. Dua terminal bertipe A dan B itu adalah terminal induk Sritanjung (A) yang berlokasi di Desa Ketapang, Kecamatan Kaliporo.
Sedangkan terminal tipe B adalah terminal Brawijaya yang berlokasi di Kelurahan Kebalenan, Kecamatan Banyuwangi. Sementara terminal yang bertipe C adalah Terminal Wiroguna di Genteng; Terminal Jajag Kecamatan Gambiran; Terminal Muncar, dan terminal Rogojampi Selain itu, terminal Blambangan yang ada di Kelurahan Lateng, Kecamatan Banyuwangi juga tergolong terminal tipe C. Begitu juga dengan terminal Sasak Perot yang ada di Kelurahan Bakungan, Kecamatan Glagah.
“Semua terminal itu berfungsi meski tidak maksimal, kecuali terminal Wiroguna yang sama sekali tidak berfungsi,” ungkap Kepala Dishubkominfo Banyuwangi, Suprayogi. Terminal Wiroguna merupakan terminal paling baru diantara tujuh terminal lainnya. Kendati baru, namun tidak ada kendaraan angkutan umum yang masuk terminal. Karena tidak ada angkutan umum yang masuk, maka secara otomatis juga tidak penumpang yang masuk.
Beberapa terminal yang dimiliki Banyuwangi itu, memiliki luas yang cukup. Terminal Sritanjung yang ada dibangun pada era Bupati Purnomo T Shidiq memiliki luas 62.920 meter persegi; terminal Brawijaya seluas 10.000 meter persegi; terminal Wiroguna Genteng seluas 11.120 meter persegi; terminal Jajag 2.690 meter persegi; terminal Muncar seluas 10.460 meter persegi; terminal Rogojampi 1.966 meter persegi.
Terminal Blambangan dan Sasak Perot, luasnya sekitar 560 meter persegi. Dari delapan terminal itu, tidak seluruhnya ada angkutan bus antar kota. Hanya ada sekitar lima terminal yang melayani penumpang bus, yakni Sritanjung, Brawijaya, Muncar, Jajag dan Genteng. Sedangkan sisanya hanya melayani penumpang angkutan kota dan angkutan pedesaan saja. Fasilitas yang ada di beberapa terminal bus, tidak seluruhnya berfungsi secara maksimal.
Seperti fasilitas kios yang ada di Terminal Sritanjung, puluhan kios yang ada di terminal yang dibangun pada era orde baru itu kini banyak yang menganggur, bahkan mulai rusak karena tidak terawat. Beberapa kios di sisi utara terminal Sritanjung, kini berubah menjadi tempat tinggal beberapa warga. Sebagian lagi, beberapa kios kosong tidak berpenghuni.
Dalam beberapa tahun ini, lahan terminal Sritanjung sisi utara digunakan sebagai pasar agro oleh pemerintah Desa Ketapang. Hal yang sama juga terjadi pada fasilitas yang ada di terminal Wiroguna. Jika terminal Sritanjung masih ada aktivitas, terminal Wiroguna sama sekali tidak aktivitas. Lahan terminal sering kali berubah fungsi sebagai lahan sirkuit balasan sepeda motor dan lokasi untuk acara dangdutan yang gelar warga. (radar)