RadarBanyuwangi.id – Tiga titik api di lereng Gunung Raung berhasil dipadamkan oleh para porter, pemandu wisata, dan relawan, Senin (21/10) . Itu setelah mereka dua hari berjuang untuk melakukan pemadaman. Tapi, jalur pendakian melalui Dusun Wonorejo, Desa Kalibaru Wetan, Kecamatan Kalibaru belum dibuka lagi.
Sekretariat Pendakian Gunung Raung jalur Dusun Wonorejo, Desa Kalibaru Wetan, Eko Wahyudiyanto menyatakan, api berhasil dipadamkan setelah dua hari tim gabungan kerja keras. Tim itu terdiri porter, ojek, dan relawan yang bahu-membahu di medan yang sulit. “Beruntung pada hari ketiga turun hujan di daerah Kalibaru, sehingga api padam total,” katanya.
Medan yang terjal, terang dia, menjadi tantangan terbesar bagi tim, karena titik api yang tersebar di banyak punggungan daripada perkiraan awal. Mulanya, tim menduga titik api ada di dua punggungan, tapi kenyataannya berada di enam punggungan. “Medan yang sulit membuat kami kesulitan menjangkau titik api,” ujarnya.
Menurut Eko, kebakaran ini diduga kuat akibat aktivitas manusia yang tidak bertanggung jawab. Menurutnya, kebakaran kemungkinan besar bermula dari sisa pembakaran. “Titik api muncul akibat aktivitas pembakaran oleh warga di sekitar lokasi,” cetusnya.
Baca Juga: Bibit Cabai Merah Sepi dan Kurang Menguntungkan, sedangkan Bibit Tomat Laris di Karangsari Banyuwangi
Meski api sudah berhasil dipadamkan, pihaknya belum dapat memastikan kapan jalur pendakian Gunung Raung akan dibuka kembali. Penutupan jalur ini, dilakukan untuk memastikan keamanan para pendaki. “Kami belum bisa menentukan kapan pendakian akan dibuka lagi,” ungkapnya.
Agen Informasi Bencana (Agisena) TRC BPBD Jawa Timur, Ismanto melaporkan titik api terpantau di wilayah Krikilan, Kecamatan Glenmore. Asap tipis terlihat dari lereng Gunung Raung, namun posisinya jauh dari pemukiman. “Titik asap berada jauh di lereng gunung, sehingga tidak mengancam pemukiman,” ujarnya.
Fenomena kebakaran seperti ini, jelas dia, sering terjadi di Gunung Raung setiap musim kemarau, terutama saat cuaca ekstrem. Kondisi kering dan angin kencang, membuat lahan ilalang dan pepohonan kering rentan terbakar. “Ini kejadian yang biasa terjadi selama musim kemarau, terutama dengan adanya fenomena El Nino,” katanya.
Ismanto menyebut tidak menutup kemungkinan kebakaran itu dipicu oleh kelalaian manusia di sekitar lahan garapan. Ada dugaan pembakaran lahan oleh warga sekitar, tidak diawasi dengan baik dan akhirnya memicu kebakaran. “Kemungkinan warga lupa mematikan api setelah bekerja di lahan garapannya,” katanya.(rei/abi)








