Tukang becak di Banyuwangi kini makin pede. Mereka tak lagi bilang yes dan no saat mengantar turis asing. Sebab, sebagian dari mereka telah dibekali bahasa Inggris untuk percakapan sehari-hari. Selama ini para tukang becak di Banyuwangi sering dikeluhkan oleh para wisatawan mancanegara (wisman). Para bule merasa para penarik becak kurang ramah. Tak jarang, tukang becak memberlakukan tarif terlalu tinggi.
Padahal, para turis telah mengan tongi daftar harga transportasi. Oto matis mereka tahu harga yang berlaku secara umum di Kota Gandrung. Selain itu, kebanyakan tukang becak pasif saat mengantar wisman menuju lokasi yang dituju. Namun, bermacam keluhan itu akan menjadi cerita lama. Sebab, kini para penarik becak, kusir dokar, dan sopir angkot di Banyuwangi telah dibekali bahasa Inggris. Sebelumnya, mereka hanya sebatas tahu kata yes dan no.
Kini, selain bisa mengantar para wisman ke objek wisata di Banyuwangi, mereka juga akan menawarkan beberapa tempat me narik di Banyuwangi kepada para turis asing yang mereka antar. Setidaknya itu hasil pelatihan bahasa Inggris selama empat hari. Selama pelatihan, me reka diajari praktik-praktik khusus bahasa Inggris. Disebut khusus karena materi yang mereka terima akan membantu mereka saat melayani turis di Banyuwangi.
Di harapkan, melalui para tukang becak, sopir angkot, dan kusir dokar tersebut, keberadaan tempat wisata dan lokasi penting di Banyuwangi bisa dipromosikan ke pada para wisman. Dengan demikian, konsep city tour yang digagas Dinas Kebudayaan dan Pariwisata bisa berjalan di Banyuwangi. Kemampuan yang ditargetkan kepada mereka sebenarnya cukup sederhana. Selain say hello kepada para turis, mereka juga diajari percakapan dasar untuk menunjukkan letak-letak objek wisata di Banyuwangi, terlebih lokasi kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.
Selain dibekali bahasa asing, mereka juga dibekali pemahaman mengenai etika dalam berkomunikasi dengan orang asing. Salah satu tukang becak yang mengikuti pelatihan adalah Suharyanto, warga Kelurahan Tukangkayu. Dia mengaku makin percaya diri mengantar turis. Dulu dia cenderung pasif saat melihat wisman melintas di jalanan Banyuwangi.
Setidaknya, Suharyanto sekarang sudah memiliki niat mencari penumpang turis asing. Laki-laki yang genap berusia 33 tahun pada satu Januari 2014 mendatang itu merasa kemampuannya bertambah setelah mengikuti pelatihan bahasa Inggris. Bersama para tukang becak lain, dia berkesempatan mengikuti pelatihan yang dilaksanakan di ELC di Kelurahan Kampung Mandar. Berkat kesungguhannya, dia merasakan manfaat pelatihan yang di adakan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi itu.
Sebelum mengikuti pelatihan tersebut, Suharyanto hanya mengandalkan pemasukan dari orang-orang yang berbelanja di pasar. Ka laupun ada turis yang naik becaknya, itu karena ada guide. Uang yang diperolehnya pun pas. Setiap hari, Suharyanto mulai mang kal sejak sekitar pukul 07.00 sampai pukul 21.00. Beberapa kali Suharyanto mengantar tu ris asing ke Klenteng Hoo Tong Bio di Ke lurahan Karangrejo. Atas jasa mengantar turis itu, dia mengaku diupah Rp 15 ribu.
Yang dia sukai adalah ketika turis yang dia an tar itu memberi tips. “Sebelum pelatihan ini, saya sesekali mengantar bule. Kini saya lebih semangat jika ada turis asing,” ujarnya. Usai mengikuti pelatihan, kini sulung empat bersaudara itu mulai fasih mengu capkan beberapa kata dalam bahasa Ing gris. Saat Jawa Pos Radar Banyuwangi mencoba menyapa, laki-laki yang mengidolakan Akshay Kumar itu dengan per caya diri menjawab, ”Can I help you?”.
Meski terdengar masih kaku, tapi pelafalannya benar. Penggemar nasi goreng itu berkeinginan terus meningkatkan kemampuan bahasa Inggris-nya. Dia menga kui, berbekal kemampuan berbahasa asing, selain menambah kepercayaan diri, dia juga yakin rezeki akan lebih mudah di dapat. “Saya semakin percaya diri dan akan meningkatkan kemampuan bahasa Inggris,” katanya. (radar)