Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Tumpukan Batu Besar Diyakini Makam Sayyid Abdullah

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

makamDI HUTAN jati di Dusun Tangkup, Dcsa Watukebo, Kecamatan Wongsorejo, itu tim ekspedisi ternyata tidak hanya menemukan pecahan porselen, tembikar, uang kepang, dan berbagai macam batu. Di hutan tersebut ternyata juga ada sebuah makam yang hanya ditandai dengan tumpukan batu hitam.

Orang-orang sekitar, bahkan orang Situbondo kerap mengunjungi makam yang ditandai dengan tonggak kayu berukuran besar tersebut. Lokasi makam itu cukup sulit dijangkau. Jalan menuju makam itu hanya bisa dilewati satu orang alias jalan setapak.

Kanan-kiri jalan menuju makam banyak tumbuhan berduri. Beruntung, tim membekali diri dengan senjata tajam jenis parang dan sabit. Andai tidak membawa sajam, rasanya sulit bisa sampai di makam tersebut. Butuh setengah jam dari jalan makadam menuju makam tersebut.

“Kurang sedikit lagi kita sampai,” kata jumari, salah satu tim ekspedisi asal Kecamatan Wongsorejo. Setelah berjalan cukup melelahkan, tim sampai di tempat yang dituju. Saat dicek lewat GPS telepon seluler, posisi makam itu berada pada 320 BL, 7,924 Lintang Selatan dan 114,366 Bujur Timur. Sepintas memang bukan seperti makam. Sebab, batu nisan yang menandai makam tersebut berserakan begitu saja.

Di samping utara makam tersebut terdapat sebuah pohon besar. Di sekitar batu penanda makam tersebut banyak terdapat dupa dan sesaji bekas orang semedi. “Banyak yang semedi di sini. Dari luar kota juga banyak,” kata Pak Kadus Badolan, Jumadi, meyakinkan.

Tidak lama setelah berbincang dan melihat sekitar makam, tepatnya pukul 10.30, datanglah seorang bersarung dan berpeci. Dia mengendarai motor. Ternyata orang berpeci tersebut adalah kiai Ahmad Fanani.

“Dia sering melakukan semedi dl sini,” tambah Jumadi. ”Assalamualaikum” ujar Kiai Fanani menyapa rombongan tim ekspedisi di sekitar makam. Kiai Fanani pun menyalami satu per satu seluruh anggota ekspedisi.

“Sebelum ramai orang datang ke sini, saya sudah sering semedi di sini,” aku Kiai Fanani. Dia meyakini tempat tersebut adalah makam Sayyid Abdullah. Menurut Fanani, penentuan nama makam itu berdasar salat istikharah.

”Orangnya tinggi besar, tidak berjenggot.” aku Kiai Fanani. Menurut dia, di lokasi tersebut ada tiga makam, yakni makam Sayyid Abdullah beserta anak dan istrinya. “Tidak tahu dia dari mana. Cuma dia bilang namanya Sayyid Abdullah,” tambah Kiai Fanani.

Booming batu akik akhir-akhir ini juga mengakibatkan makam di dalam hutan itu ramai pengunjung. Banyak orang yang sengaja datang ke makam itu hanya untuk mencari batu-batu akik berkelas. Bahkan, Kiai Fanani juga sering mendapatkan batu-batu akik saat melakukan semedi di makam tersebut.

Ada berbagai macam batu yang didapat di sekitar makam tersebut secara mistis. Sebut saja pirus kura-kura, pirus hijau, pirus hitam, dan lain-lain. Kiai Fanani pun menunjukkan batu- batu yang didapat dari semedi kepada tim ekspedisi.

Wapimred Jawa Pos Radar Banyuwangi, Syaifudin Mahmud, Gerda Sukarno, dan Tautik Ferdiansyah, pun mendapatkan batu akik secara gratis dari Kiai Fanani. “Batu-batu yang saya kasih itu dapat di sekitar makam.

Dulu dapatnya ya bongkahan. Ini sudah saya gosok,” aku Kiai Fanani. Demam batu akik memang sudah melanda siapa pun. Anggota tim ekspedisi pun banyak yang gila batu akik. Sampai-sampai tujuan awal tim mengorek infomasi tentang makam tiba-tiba terlena dengan cerita batu dari Kiai Fanani.

Tim belum sepenuhnya yakin makam siapa di dalam hutan jati tersebut. Butuh kajian mendalam dari pakar arkeologi dan forensik untuk memastikan makam yang ditandai tumpukan batu dan tonggak kayu tersebut. (radar)