Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Upacara Pembukaan Lebih Mirip Suasana Pengajian

DUDUK: Ratusan penderita tuna netra se-Jatim berkumpul di depan Gesibu Blambangan kemarin (21/10).
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Pernah membayangkan bagaimana jika para penyandang tuna netra menggelar jambore? Nah, momen unik tersebut terjadi di Banyuwangi. Uniknya lagi, panitia jambore tersebut adalah orang-orang yang sudah tua.

DUDUK: Ratusan penderita tuna netra se-Jatim berkumpul di depan Gesibu Blambangan kemarin (21/10).

RATUSAN orang duduk di bahu Jalan Diponegoro, tepatnya di depan Gelanggang Seni dan Budaya (Gesibu) Blambangan pagi itu (21/10). Tua-muda, laki-laki, dan perempuan tampak membaur di atas karpet warna hijau yang dibentangkan di lokasi tersebut.

Mereka begitu khusyuk mendengarkan lantunan ayat suci yang dibacakan oleh seorang pemuda melalui pengeras suara. Sekilas, memang tidak ada yang istimewa dari momen tersebut. Namun, setelah memperhatikan spanduk yang terpampang di dinding Gesibu, baru disadari bahwa peristiwa itu cukup menarik.

Ya, spanduk berukuran cukup besar tersebut bertuliskan “Jambore Tuna Netra 2012 se-Jawa Timur (Jatim). Kita Buta Mata, tapi Tidak Buta Hati demi Indonesiaku.” Benar saja, setelah diperhatikan lebih seksama, sekitar 90 persen dari orang-orang yang duduk lesehan, itu ternyata para penyandang tuna netra.

Mereka berasal dari 18 kota dan kabupaten se-Jatim. Lantunan ayat suci Alquran itu adalah salah satu rangkaian upacara pembukaan jambore tersebut. Belakangan diketahui, jambore para penyandang tuna netra itu diselenggarakan dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda sebagai tonggak lahirnya Bangsa Indonesia Tema “Kita Buta Mata tapi Tidak Buta Hati demi Indonesiaku”.

Dipilih lantaran selain sebagai ajang silaturrahmi, jambore kali ini juga bertujuan mempererat rasa persahabatan dan persaudaraan antarsesama tuna netra. Tujuan lain yang tak kalah penting adalah sebagai wahana untuk tukar-menukar informasi untuk bersama-sama meraih masa depan yang lebih baik.

Namun, lantaran peserta jambore tersebut berkebutuhan khusus, jangan bayangkan upacara pembukaannya diwarnai baris-berbaris, pengibaran bendera merah putih, dan lain sebagainya. Yang bisa mereka lakukan untuk menggelorakan semangat persatuan adalah dengan menyanyikan lagu bertema perjuangan, persatuan, dan kesatuan.

Di antaranya lagu kebangsaan Indonesia Raya, dan lagu Satu Nusa Satu Bangsa. Ketua panitia penyelenggara Jambore Tuna Netra se-Jatim 2012, Ny. Soeherman mengatakan, tujuan jambore adalah memupuk tali persaudaraan dan persahabatan antara para penyandang tuna netra se-Jatim. “Ajang ini kami gelar dalam rangka memperingati hari sumpah pemuda sekaligus menyambut hari raya Idul Adha,” ujarnya.

Dikatakan, sebelum acara pokok dimulai, selama mengikuti jambore tersebut, para tuna netra juga disuguhi beragam hiburan, misalnya karaoke, dan beberapa macam permainan. “Kita sudah tua, kita sudah tidak ingin yang macam-macam. Kita hanya ingin berbagi kegembiraan dengan para tuna netra,” kata wanita yang juga aktif sebagai anggota Persatuan Istri Veteran RI tersebut.

Ketua Jambore Tuna Netra se-Jatim, Ahmad Janji mengatakan, mengingat sebagian besar peserta jambore bekerja sebagai tukang pijat, maka acara pokok jambore tersebut adalah diskusi tentang pijatmemijat. Itu dilakukan untuk berbagi pengalaman dan keterampilan agar dalam menjalankan pekerjaan, mereka lebih profesional. “Kita ingin lebih professional,” katanya.

Sementara itu, dalam sambutannya, Asisten Sekkab Bidang Pemerintahan (Aspem) Pemkab Banyuwangi, Abdullah memotivasi para penyandang tuna netra tersebut agar tidak mudah menyerah dengan keterbatasan yang dimiliki. Setiap insan pasti memiliki kekurangan. Namun saya berharap, kita terus memupuk optimism bahwa pasti ada berkah dan keistimewaan yang dianugerahkan oleh Sang Mahakuasa kepada kita.

Potensi itulah yang harus terus digali, dipupuk, dan dikembangkan sehingga nantinya bisa menjadi modal untuk mengukir prestasi dan menciptakan karya-karya yang membanggakan negeri ini,” tutur Abdullah yang langsung disambut riuh tepuk tangan seluruh peserta jambore. Usai sambutan-sambutan,  rangkaian upacara dilanjutkan dengan pembacaan doa. Pembacaan doa ini dipimpin oleh seorang remaja. Saat memimpin doa, dia terlihat meraba secarik kertas bertuliskan huruf Braille. (radar)