Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Zoya Amirin: Orang Tua Harus Terbuka Soal Seks

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Zoya-Amirin

BANYUWANGI – Psikolog seksual kenamaan, Zoya Amirin, M,Psi, bicara blak-blakan seputar seks pranikah yang belakangan merebak di masyarakat. Wanita kelahiran Jakarta itu menjelaskan seks pranikah harus dijelaskan dengan cara berbeda kepada kalangan muda.

Saat seks pranikah dijadikan sesuatu yang menakutkan, hal tersebut justru membuat anak muda semakin penasaran. Sehingga, angka aborsi dan hamil di luar nikah tetap tinggi. Pernyataan Zoya itu disampaikan dalam pertemuan ilmiah dua tahunan IV tentang seksualitas di Indonesia yang diselenggarakan Asosiasi Seksologi Indonesia (ASI) di Hotel Santika kemarin (18/8).

“Kita harus memberikan pemahaman bahwa seks adalah sesuatu yang menyenangkan. Namun, harus dilakukan dengan cara-cara yang tidak melanggar norma dan hukum. Kita harus bisa menjelaskan, terutama bagi orang tua dan dokter. Bagaimana sebuah seks positif,” terang Zoya yang juga ketua Komunitas Studi Perilaku Seksual itu.

Poinnya, menurut salah satu saksi ahli dalam kasus video porno Ariel Noah dan Luna Maya itu, orang tua harus terbuka kepada anak. Seperti mengungkapkan kekhawatiran orang tua jika anaknya hamil atau melakukan seks bebas. Dengan  seperti itu, si anak akan merasa diberi tanggungjawab lebih dan kepercayaan.

“Sehingga mereka bisa lebih hati-hati dalam bersikap,” ujarnya. Orang tua juga harus bisa memotivasi anaknya menjaga harga diri mereka. Tujuannya, agar anak bisa menjaga tanpa harus diawasi. “Sekarang ini kadang anak hanya berpikir asal tidak masuk melalui vagina itu tetap aman. Padahal, mereka sudah melakukan blow  job, handjob, oral seks, bahkan anal seks. Jadi rasa malu dan harga diri mereka harus ditumbuhkan. Percuma kan perawan tapi mulut, tangan, dan pantat mereka sudah tidak perawan,” beber psikolog seksual bersertifikasi dengan pendidikan seksual berlatar belakang psikologi tersebut.

Pertemuan ilmiah dua tahunan IV tentang seksualitas di Indonesia di Hotel Santika kemarin berlangsung menarik. Bahkan, Bupati Banyuwangi Abdullah Azsvar Anas yang membuka acara tampak antusias setelah melihat beberapa nama narasumber yang mengisi Simposium yang diselenggarakan dalam waktu tiga hari tersebut.

Kegiatan yang membedah tuntas masalah seksualitas dari pandangan ilmiah tersebut diikuti sekitar 100 orang dokter dari berbagai wilayah di Indonesia, termasuk Banyuwangi. Ada delapan narasumber yang terdiri atas dokter spesialis di bidang Seksologi dan psikologi di bidang yang sama.

Secara bergantian para narasumber memberikan materi mulai yang bersifat ringan hingga berat kepada para dokter. Ketua ASI, Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And, mengatakan dalam Simposium seksualitas itu dibahas masalah seks berdasar sudut pandang ilmiah.

Tujuannya, untuk menyelesaikan beberapa permasalahan yang sering muncul karena pemahaman yang salah. Dalam Simposium itu juga akan dibahas pro-kontra terkait permasalahan yang muncul tentang seksualitas di Indonesia.

Seperti hukuman kebiri kimia yang akan dibebankan kepada para dokter sebagai eksekutor. Permasalahan tersebut harus dibahas dari sudut pandang berbeda, termasuk mengetahui bagaimana asal mula seseorang memiliki kecenderungan perilaku seksual tertentu dan bagaimana penyelesaiannya.

Dia menambahkan, seksualitas bukan lagi hal yang hanya enak dijadikan bahan tertawaan atau dianggap sebagai sebuah konten pornografi. Dengan memahami seksualitas lebih luas, juga akan mempermudah mencegah dan menyelesaikan berbagai permasalahan yang muncul.

“Banyuwangi kita lihat sebagai tempat yang besar. Dengan bupati yang begitu concern ke masalah ilmu pengetahuan, kita yakin pemahaman ilmiah tentang seksualitas dapat menunjang Banyuwangi lebih maju,” ujarnya.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas dalam sambutannya mengatakan, pembahasan tentang seksualitas menurutnya cukup menarik dalam konteks apa pun. Termasuk konteks ilmiah yang diadakan dalam kegiatan yang diselenggarakan ASI.

Yang menarik, menurut Anas, permasalahan seksual sebenarnya memiliki problem sistemik yang perlu diselesaikan. Di Kabupaten sebesar Banyuwangi, tantangan tentang masalah seperti itu memang lebih besar. Oleh karena itu seksologi menjadi sangat penting dimengerti masyarakat, terutama para dokter yang akan berhadapan langsung dengan ntasyarakat.

“Di pesantren permasalahan terkait seksualitas juga diterangkan dan digabung dalam berbagai disiplin ilmu. Kita tentukan di kitab Fathul Mu’in dan Fathul Qarib, terkait masalah Seksologi. Hal itu menandakan sebenarnya seksualitas dianggap cukup penting, bukan hanya dari pandangan tabu,” ungkap Anas.

Orang nomor satu di Pemkab Banyuwangi itu menyatakan dukungannya untuk pengembangan SDM termasuk dari pertemuan ilmiah semacam itu. Di Banyuwangi, pemerintah daerah telah mengalokasikan hampir separo APBD untuk mengembangkan SDM.

“Saya kebetulan dulu suka membaca buku Prof. Wimpie, jadi sedikit-sedikit cukup tertarik juga dengan Seksologi. Saya targetkan pada tahun 2020 nanti sudah bisa mendirikan fakultas kedokteran di sini. Untuk mendukung perkembangan SDM masyarakat Banyuwangi,” tegasnya.

Usai memberikan sambutan, Bupati Anas didaulat memukul gong di depan 100 dokter yang hadir pagi itu. Prof. Dr. dr. F.X. Arif Adimoelja, M,Sc, Sp,And dan Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, Sp, And selanjutnya menjadi pembuka di awal Simposium tersebut.

Sementara itu, hari ini panitia akan menyelenggarakan sex exercise atau senam seks. Kegiatan yang lebih difokuskan pada olah fisik untuk mengencangkan otot organ-organ genital itu akan didampingi langsung instruktur sex exercise terkemuka, Dorothy Teopilus, dan spesialis andrologi asal Bali, Prof. Dr. dr. Alex Pangkahila, M, Sc., Sp, And.

Senam ini, menurut Alex, dapat menguatkan kembali jepitan otot kewanitaan yang lemah dan tekanan laki-laki yang lemah saat melakukan hubungan seksual. “Dengan senam ini kualitas seksual bisa menjadi lebih baik. Saya juga sudah menerapkan ini. Yang perlu disiapkan tentu jantung dan paru- paru dulu. Baru kemudian otot-otot pinggul dan paha. Kita membicarakan masalah kualitas, bukan sekadar seks,” kata dokter yang tinggal di Sanur itu.  

Senam seks rencananya dilaksanakan mulai pukul 13,00 sampai 16.00 di Hotel Santika. Selain dibekali teori, para peserta juga akan melihat dan diajari gerakan senam yang bisa mereka praktikkan seumur hidup.

“’90 persen wanita tidak mengalami orgasme dalam satu tahun pernikahannya. Dengan senam ini, organ genital akan lebih hidup. Dan pasangan bisa memiliki kualitas seks yang sama baik,” terangnya.  Sementara itu, ketua panitia pertemuan ilmiah itu, dr Taufik Hidayat, M, Kes., Sp. And, menambahkan, Simposium ini dibuka untuk spesialis dan umum.

Diharapkan mereka yang ikut akan memperoleh ilmu pengetahuan dan bisa dibagikan ke masyarakat terutama untuk menjaga kebugaran seksual. “Untuk yang ikut senam seks bisa menggunakan pakaian training supaya lebih leluasa. Jangan menggunakan rok,” kata Taufiq. (radar)