Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Berkeluarga Tetap Serumah, Suami Sulit Membedakan

Umrah dan Umnah dalam acara Festival Kembar di Gesibu Blambangan Banyuwangi, Jumat lalu (25-8).
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Umrah dan Umnah dalam acara Festival Kembar di Gesibu Blambangan Banyuwangi, Jumat lalu (25-8).

KOMPAK walaupun sudah tidak muda. Umrah dan Umnah sudah alami suka duka kehidupan sejak tahun 1933. Sejak lahir, kedua perempuan tersebut kembar identik Mereka juga dilahirkan secara normal.

Selama ini, keduanya tinggal bersama di Dusun Krajan, Desa Kaotan, Kecamatan Blimbingsari, Banyuwangi. Sejak kecil, kedua perempuan tersebut tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain.

Mereka selalu berdua mulai kecil. Saat sekolah pun, keduanya juga harus bersama-sama. Jika dipisahkan, salah satu dari mereka pasti akan mengalami sakit. Terkadang, mereka merasakan hal yang sama saat salah satu mereka mengalami hal yang buruk atau mengalami kegembiraan.

Bahkan, jika salah satu dari mereka alami kesakitan, saudara kembarnya pasti juga alami kesakitan yang sama. Selama mereka berkeluarga dan memiliki suami, mereka tetap bersama dengan satu rumah.

Pernah suami-suami itu tidak bisa membedakan yang mana istrinya sendiri. Kembar identik yang membuat mereka tidak bisa dibedakan. Tetapi, mereka tetap rukun hingga memiliki cucu bahkan cicit hingga saat ini.

Kegembiraan tersebut dialami oleh Umnah yang memiliki empat orang anak, 18 orang cucu, dan 20 orang cicit. “Sudah punya empat orang anak dan 18 orang cucu dan 20 orang cicit,” ujar Umrah.

Suaminya juga sudah lama meninggal dunia. Sudah sejak lama, dia hidup hanya berdua dengan saudara kembarnya. Saudaranya yang lain juga sudah lama meninggal. “Tidak ada saudara lain, semua sudah meninggal dunia. Hanya tinggal kita berdua jalani hidup bersama,” beber Umrah.

Hari-hari mereka selalu dijalani bersama. Terkadang mereka juga sering jalan ke persawahan untuk menghilangkan kejenuhannya. Dulu, mereka menjadi buruh petani padi dan pemanen padi di sawah.

“Saat ini, pekerjaan sepele saja saya sudah tidak mampu melakukannya,” cetus Umrah. Dia sekarang hanya menggantungkan hidupnya dari penghasilan anak dan cucunya. Tidak bisa bekerja. untuk jalan jauh pun sekarang tidak kuat.

“Kadang diberi uang sama anak dan cucunya,” kata Umrah. Walaupun tidak banyak keperluan yang dibutuhkan mereka, tetapi cucu dan anaknya yang merasa ingin membalas budi orang tuanya. Padahal, mereka tidak pernah meminta apa pun dari anak atau pun cucu.

“Saya kalau minta uang ke anak itu malu, bahkan ingin rasanya saya yang memberi uang buat mereka,” harap Umrah. Sedangkan hal yang berbeda dialami oleh Umnah. Dia tidak memiliki anak bahkan cucu. Hidupnya sekarang hanya sebatang kara karena suaminya sudah meninggal sejak lama.

“Lupa sudah tahun berapa suami saya meninggal, yang jelas sudah ke satu tahun yang lalu selamatan meninggalnya,” ujar Umnah. Kehidupan mereka hanya berdua memang berbeda. Tetapi kegembiraan yang sama mereka rasakan. Karena, mereka saling membantu satu sama lain. Terkadang cucu dari Umrah memberikan uang umuk Umnah.

“Kadang saya juga sering diberi oleh cucu saudara kembar saya,” katanya. Mereka tidak ingin merepotkan anak dan cucunya, sehingga mereka hidup berdua di sebuah rumah yang berada di Dusun Krajan, Desa Kaotan, Kecamatan Blimbingsari.

“Rumah peninggalan almarhum suami, berdekatan memang dengan saudara kembar saya,” bebernya. Umnah hanya menghibur diri dengan selalu bersama dengan saudara kembamya. Walaupun berbeda nasib, tidak membuat mereka iri hati. Bahkan mereka selalu tambah kompak dan sering bersama.

“Terkadang jalan- jalan bareng walaupun hanya di depan rumah, untuk menghibur diri sendiri,” cetusnya. Walaupun nasib berbeda, persaudaraan tetap masih berjalan dengan baik. Hanya saja sempat ada rasa iri hati yang dialami oleh Umnah. Dia iri karena bisa memiliki anak dan cucu. Sedangkan Umnah tidak bisa memiliki anak.

“Perasaan tersebut sering berpikir merasa tidak adil saat masih muda dulu, tetapi saya tidak terus berpikir jelek seperti itu,” katanya. Saudara kembar identik ini terus saling melengkapi satu sama lain selama 84 tahun yang dijalaninya.

Mereka saling memotivasi dan memberikan semangat untuk saudaranya. Mereka sangat kompak dan tidak ada perselisihan selama menjalani hidup bersama. “Saya harus kompak dan baik dengan saudara, karena hanya saudara kembar saya ini satu-satunya teman hidup saya saat ini,” pungkasnya. (radar)