Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Islam Toleran ala Ponpes Warnai Tour de Ijen 2017

Tour de Ijen 2017
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Tour de Ijen 2017

BANYUWANGI – Balap sepeda international Tour de Banyuwangi Ijen (lTdBl) 2017 dipastikan bakal lebih menarik dibandingkan ajang serupa di tahun-tahun sebelumnya. Tidak hanya melintasi keindahan alam Bumi Blambangan, start event balap sepeda yang mendapat penilaian exellence dari Federasi Balap Sepeda internasional (UCl) tersebut bakal dilangsungkan di sejumlah lokasi ikonik di kabupaten berjuluk The Sunrise of Java ini. Salah satunya di Pondok Pesantren (Ponpes) Darussalam Blok Agung.

Bupati Abdullah Azwar Anas mengungkapkan, Ponpes Darussalam dipilih sebagai salah satu titik start lTdBl untuk memperkenalkan tradisi pesantren ke tingkat dunia. “Kita akan memperkenalkan budaya pesantren ke publik global. Pesantren adalah salah satu lembaga pendidikan tertua di Indonesia. Pesantren menyebarkan nilai- nilai islam toleran,” ungkapnya saat memimpin rapat koordinasi (rakor) pemantapan kesiapan lTdBl bersama seluruh kepala satuan kerja perangkat daerah (SKPD) di kantor Pemkab Banyuwangi kemarin (23/9).

Untuk itu, Anas meminta panitia memberikan briefing khusus kepada petugas penghubung alias liaison officer (LO) agar menjelaskan peran dan kunçi pesantren dalam menyemai nilai-nilai islam toleran kepada para pembalap yang berasal dari 29 negara.

“Para LO wajib menjelaskan hal ini, biar dunia internasional tahu bagaimana toleransi ditegakkan di Indonesia,” cetusnya. Anas menambahkan, saat sigh in di lokasi start di Ponpes Blok Agung, peserta bakal diajak mencoba tradisi mengenakan sarung dan kopiah.

“Para santri nanti telah siap menyambut hangat para pembalap. Ratusan pembalap dari berbagai negara dan wisatawan yang datang kami ajak mencoba tradisi berpakaian sarung dan berkopiah ala Indonesia. Kami jelaskan pula makna sarung dan apa itu kopiah yang fungsinya berbeda dengan topi. Pasti ini pengalaman baru bagi mereka,” imbuh Anas.

Anas menjelaskan kompetisi sepeda ini dirancang dari awal mengusung konsep sport tourism, yakni ajang even balap sepeda dibalut dengan pariwisata. Untuk itu, selain persiapan teknis terus dimatangkan, pihaknya juga telah menyiapkan sejumlah atraksi seni-budaya.

“Karena ITdBl menjadi balap sepeda terbaik di Indonesia, tentunya ini menjad perhaitian banyak pihak. Dan ini kami manfaatkan sebagai sarana promosi internasional bagi lndonesia, khususnya Banyuwangi,” jelas Anas.

Sekadar diketahui, ITdBI tahun ini terdiri dari empat etape dengan total panjang lintasan balap 533 kilometer (km). Balap sepeda ini akan diikuti 20 tim dari 29 negara. Balapan ini pun telah mendapat nilai excellence dari UCI. Ini menjadikan lTdBl sebagai ajang balap sepeda terbaik di Indonesia.

Selain budaya pesantren, para pembalap dan wisatawan juga disuguhi sejumlah destinasi seperti Pantai Watudodol, Bangsring Underwater, Dusun Kakao di Kecamatan Glenmore Banyuwangi, dan tentu saja kaki Gunung Ijen yang kawahnya dikenal memancarkan fenomena api biru.

Di lokasi start dan finis tiap etape juga akan disuguhkan beragam atraksi seni yang berbeda setiap harinya. Anas menegaskan, Pemkab Banyuwangi siap menggelar kompetisi yang tidak hanya bergengsi, tapi juga menantang dan memberikan pengalaman yang berbeda bagi para pembalap tersebut. (radar)