Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Jepang Inves Ikan Sidat atau Oleng Rp 50 M

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

BANYUWANGI – Selama sembilan bulan nilai investasi yang masuk data base Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Banyuwangi tercatat sekitar Rp 950 miliar lebih. Angka investasi itu meningkat dibanding periode yang sama tahun lalu yang hanya Rp 916 miliar.

Kepala BPPT Abdul Kadir melalui Kasubbid Kerja Sama Penana man Modal, Khairul Anam, mengungkapkan total izin investasi yang dikeluarkan BPPT sampai September mencapai 1.402 unit atau meningkat diban ding tahun lalu yang hanya 1.209 unit.

Rinciannya, investasi skala besar dengan nilai investasi Rp 10 miliar ke atas mencapai Rp 555 miliar dengan investasi sebanyak delapan unit. Jumlah kegiatan investasi skala besar meningkat dibanding tahun sebelumnya yang hanya tujuh unit dengan nilai investasi Rp 542 miliar.

Usaha yang berinvestasi skala besar rata-rata bergerak di bidang real estate, industri, konstruksi, makanan, dan minuman. Investasi skala menengah dengan nilai investasi Rp 500 juta hingga Rp 10 miliar turun menjadi Rp 161 miliar dari tahun lalu yang tercatat Rp 176 miliar.

Walau nilai investasinya turun, tapi jumlah unit usaha meningkat jadi 144 unit dari 103 unit usaha. Sementara itu, nilai investasi skala kecil meningkat signifikan menjadi Rp 234 miliar dengan jumlah kegiatan 1.280 unit. “Tahun lalu kegiatan investasi skala kecil hanya 1.099 unit dengan nilai Rp 198 miliar,” ungkap Anam.

Dalam waktu yang tidak terlalu, kata Anam, investasi besar dari Jepang dan Korea akan segera masuk Banyuwangi. Kedua calon investor asing itu sudah memiliki izin prinsip dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) RI. Investor asal Jepang cukup agresif dibanding investor Korea untuk segera merealisasikan investasi.

Investor asal Negeri Sakura rencananya akan investasi budi daya ikan sidat alias oleng dengan nilai Rp 50 miliar. Saat ini investor Jepang itu sedang proses pembebasan lahan seluas tiga hektare di Kecamatan Srono. “Mereka mulai konsultasi pengurusan izin lokal.

Mereka juga sudah menggandeng kontraktor lokal untuk membangun konstruksi,” kata Anam. Sementara itu, investor dari Korea rencananya akan berinvestasi di bidang peternakan di Kecamatan Kalibaru. “Mereka juga sudah dapat izin prinsip. Sebenarnya dalam izin yang tertera, mereka berinvestasi di wilayah Malang.

Namun, belakangan dialihkan ke Banyuwangi,” ujarnya. Anam menambahkan, berdasar informasi dari BKPM, Jatim menjadi wilayah yang mendapat perhatian cukup tinggi dari penanam modal asing (PMA).

Bukan tidak mungkin menjelang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) banyak investor asing yang berinvestasi di Banyuwangi karena Banyuwangi akan memiliki Kawasan Industri. “Meski belum sepenuhnya rampung, beberapa perusahaan besar sudah indent lokasi di Kawasan Industri Wongsorejo,” tambah Anam. (radar)