Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Budaya  

Situs yang Masih Terawat Kendeng lembu

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

situsGLENMORE – Situs permukiman neolitik Ken denglembu di Kecamatan Glenmore, Ba nyuwangi, masih terjaga de ngan baik hingga kini. Situs permukiman neolitik itu ter tulis di Kantor Perkebunan Ken denglembu, Kecamatan Glen more, dan pertama kali di laporkan W. Van Wijland dan J. Bruumun pada tahun 1936. Situs tersebut terletak di tengah perkebunan karet di Desa Ka rangharjo, bagian selatan Ke camatan Glenmore.

Itu berada di perbatasan wilayah Ka bupaten Jember dan Banyuwangi. H.R. Van Heekeren memulai eks kavasi secara sistematis pada tahun 1941, tapi dia meng – hen tikan penelitiannya ka rena saat itu Pemerintah Je pang memulai Perang Du nia II di Pasifi k. Kemudian, ar tefak dan catatan harian yang dihasilkan dari penelitian ter sebut di hancurkan pada saat Je pang mendu duki Pulau Jawa. Menurut Heekeren, stratigrafi si tus tersebut masih dapat diamati dengan jelas.

Pada la pisan atas setebal setengah me ter menghasilkan artefak dari masa prasejarah dan uang kepeng, sedangkan lapisan bawah setebal 30 cm me rupakan deposit hunian neo litik dengan temuan berupa be liung persegi yang diupam dan sejumlah besar fragmen tembikar. Artefak lain yang dihasilkan dari lapisan tersebut, antara lain batu giling silindris dengan delapan sisi, pemotong batu, calon beliung, dan fl a kes berukuran besar yang di klasifikasikan sebagai pisau.

(Heekeren, 1972: 173). Untuk melindungi berbagai je nis situs itu, pihak PTPN XII Kendenglembu menempatkan benda bersejarah tersebut dalam tempat khusus, lengkap uru tan sejarah penemuannya. Se mua diletakkan di areal Kantor Perkebunan Ken denglembu, Kecamatan Gle n mo re, dan terawat secara baik  Tak lupa untuk menjelaskan si tus tersebut, pihak per kebunan mencantumkan tulisan yang menjelaskannya.

“Se mua masih terawat baik dan rapi. Saya berharap situs ini menjadi destinasi wisata baru di Banyuwangi, dan mengapresiasi apa yang dilakukan pihak per ke bu nan dalam menjaga dan me rawat situs ini,” ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas saat mengunjungi Perkebunan Kendenglembu beberapa waktu lalu.

Dalam upaya melindungi ben da-benda bersejarah dan merawatnya, pemkab akan membangun museum berka pasitas besar yang tentu di lengkapi koleksi benda berse jarah di Banyuwangi. “Saat ini masih dalam tahap ruislag lahan. Di tahun 2015, saya targetkan sudah rampung,” ujar Bu pati Anas.

DIKENAL BANYAK BANTENGNYA

SELAIN dikenal sebagai destinasi penemuan benda bersejarah, Perkebunan Ken denglembu, Perkebunan Trebasala, Perkebunan Kalirejo, dan sejumlah perkebunan lain di Ke camatan Glenmore, juga dike nal sebagai lokasi yang sering dilalui banteng liar. Banteng liar tersebut kadang tu run ke areal perkebunan ka kao dan kadang pula ke permukiman penduduk, terutama ke tika musim kemarau.

Sebab, me reka kehabisan air dan harus tu run ke sungai untuk minum. Ke tika banteng turun gunung, ter kadang warga menjadi resah. Se bab, selain kerap merusak ka kao, warga juga takut jika sewaktu- waktu banteng tersebut ma rah dan nyeruduk warga. Seperti yang terjadi beberapa bu lan lalu. Warga yang bi asa bekerja di Perkebunan Ken denglembu dan Trebasala di ke jutkan dengan munculnya se ekor banteng liar.

Banteng liar tersebut sering mengamuk saat melihat manusia. Ketika mun cul di perkebunan kakao Af deling Re josari, perbatasan Per kebunan Kendenglembu dan Perkebunan Trebasala, ban teng liar itu me ngamuk setiap melihat orang Karena khawatir satwa bernama latin Bos javanicus tersebut terus mengamuk, war ga mulai bereaksi. Mereka berhasil menjerat tanduk hewan ter sebut.

Mereka juga berhasil menjerat keempat kaki banteng tersebut. “Begitu dijerat akhir nya banteng itu jatuh,” ujar Samsul, anggota Polsek Glenmore yang saat itu berada di lokasi kejadian. Ternyata, kaki belakang se be lah kanan banteng tersebut pa tah sampai lutut. Diduga, ban teng itu pernah dijerat pem buru yang tak bertanggung jawab.

Kondisi itu yang di du ga menyebabkan banteng ter sebut mengamuk. “Patahnya ka yaknya sudah cukup lama. Bila banteng pernah disakiti, dia akan marah setiap melihat ma nusia,” kata Luki Dwi Su santo, Kepala Resort Pacet Ba lai Taman Nasional Meru Be tiri, yang berkantor di Desa Karangharjo kala itu.

DIPILIH JADI LOKASI SYUTING

BANYAK hal menarik yang la yak dikunjungi dan dinikmati di kawasan perkebunan di Kecamatan Glenmore. Kawasan per kebunan tersebut cukup menarik sebagai lokasi wisata, foto pre-wedding, dan syuting fi lm. Selama ini, salah satu tem pat yang sering dijadikan tem pat foto adalah lokomotif peninggalan Belanda yang terletak di Perkebunan Glenmore, masuk Desa Margomulyo, Kecamatan Glenmore.

Benda an tik berupa lokomotif mesin pada masa Belanda tersebut kini diletakkan di halaman kan tor Manajer Perkebunan Glenmore. Lokomotif itu sering dikunjungi masyarakat. Selain dimanfaatkan untuk foto pre-weeding, lokomotif ter sebut ternyata juga sering di manfaatkan untuk syuting video klip album musik ken dang kempul oleh sejumlah ar tis lokal Banyuwangi.

Mereka memanfaatkan lokomotif dan perumahan Manajer Perke bunan Glenmore sebagai background video klip. Selain lokomotif peninggalan Be landa, hal yang tak kalah menarik adalah keaslian dan keasrian rumah dinas dan kantor Manajer PTPN XII Perkebunan Kalisepanjang, Kecamatan Glenmore, Yayik Harianto Pekan lalu, rumah dinas dan kantor manajer tersebut menarik minat sutradara Film Television (FTV) berjudul Sunrise of Love, Dwi Ilalang.

Sutradara be rambut gondrong memilih lokasi itu sebagai lokasi syuting. Selama seharian penuh, Dwi Ilalang dan kru berikut aktris dan aktor FTV melakukan syuting di Glenmore. Mereka hanya berhenti saat azan salat Jum at. Mulai adegan pulang dari Rumah Sakit Al-Huda, Ke camatan Gambiran, hingga hi dup di rumah tersebut, dan me nikmati sejuknya kebun kopi dan cokelat.

Dwi Ilalang menuturkan, pihaknya sengaja melakukan syu ting FTV di lokasi ter sebut karena tertarik mempromosikan rumah dinas manajer Per kebunan Kalisepanjang, peninggalan Belanda yang masih asli itu. Menurutnya, keaslian ru mah dinas peninggalan Belanda tersebut membuatnya semangat mempromosikan Banyuwangi. “Rumahnya masih terlihat asli. Begitu juga dengan kantornya,” tutur pria kelahiran Lumajang itu. (RADAR)