Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Tampilan Perdana Menghipnotis

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Penampilan Tingantatu dari ISI Jogjakarta berkolaborasi dengan KPMBY mengawali pertunjukan serawung seni di Gedung Wanita Banyuwangi.

BANYUWANGI-Tampil perdana di hadapan ratusan pegiat seni dan budaya, Serawung Seni langsung menghipnotis para undangan yang memenuhi Gedung Wanita Paramita Kencana Banyuwangi, jumat malam (19/5).

Kolaborasi ilmu seni musik seni rupa, seni musik, seni tari, seni teater dan seni sastra terasa sangat menyatu. Penonton pun dibuat terkagum-kagum dengan suguhan yang dimainkan para komunitas seni senior dan junior itu.

Acara diawali dengan penampilan musik etnik dari Tingantatu persembahan institut Seni Indonesia (ISI) Jogjakarta berkolaborasi dengan Keluarga Pelajar Mahasiswa Banyuwangi di Yogyakarta (KPMBY).

Dengan alat musik jenis perkusi, penampilan apik mampu memecah keheningan venue yang sengaja didesain gelap. Perpaduan tarik suara asal Kalimantan Selatan dan Banyuwangi ini memberikan aplaus untuk para pemainnya.

“Kalau acaranya seperti ini, saya betah sekali. Sangat menghibur. Saya tidak menyangka akan sebaik ini penampilan mereka,” kata Plt Kepala Dinas Pariwisata Muhammad Yanuar Bramudya, yang datang langsung menyaksikan acara ini.

Suguhan lain yang tidak kalah menarik adalah pantomim. Pertunjukan teater yang menggunakan isyarat, dalam bentuk mimik wajah atau gerak tubuh sebagai dialog ini membuat suasana gedung penuh galak tawa.

“Jenis pertunjukan ini telah dikenal sejak zaman Romawi kuno, sangat nyaman untuk dinikmati,” kata Marifatul Kamila, anggota DPRD Banyuwangi yang turut hadir.  Yang tidak kalah memukau adalah penunjukan teater tari dengan judul Kursi-kursi Jilid 2, teater karya Punjul ismunawardoyo.

“Teater ini sarat pesan untuk yang sedang merebut dan mempertahankan kekuasaan. Perebutan kursi kekuasaan ini merupakan representasi dari situasi dan kondisi Indonesia saat ini. Mulai dari penulihan anggota DPR, bupati, gubernur hingga pemilihan presiden yang tidak pernah selesai.

“Pesan dalam teater ini salah satunya adalah perebutan kekuasaan yang diiringi dengan arogansi sering berujung pada masalah hukum. Oleh sebab itu, kesimpulan dalam teater Kursi-kursi jilid 2 ini adalah para pemimpin pemegang kekuasaan harus lebih amanah. Sebab kekuasaan yang saat ini dipegang adalah titipan,” kata Punjul, yang juga ketua pelaksana kegiatan ini.

Punjul mengatakan, kegiatan ini digelar oleh Padepokan Seni Alang-alang Kumitir. Sejumlah pegiat seni nasional dihadirkan. Ada nama Didik Ninik Thowok, Kresmantono, Fernando, Iwan Gardiawan, serta Retno desainer busa seni pertunjukkan.

Dikatakan Punjul, tujuan kegiatan ini adalah untuk mempertemukan dan menjalin silaturahmi pelaku seni dan budaya Banyuwangi.

“Sudah diketahui oleh umum, jika Banyuwangi memiliki segudang pelaku seni dan budaya. Namun kecenderungan untuk bertemu dan saling silaturahmi masih menjadi hal yang sulit dilakukan.”

“Oleh sebab itu, Serawung Seni ini adalah langkah awal untuk menjalin keakraban dengan pelaku seni dan budaya Banyuwangi. Materi kegiatan ini adalah tradisi kontemporer,” kata pria yang juga anggota DPRD Banyuwangi ini.

Agenda lanjutannya adalah workshop tentang seni dan pertunjukan yang digelar oleh Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) pada Sabtu (20/5) di Hotel Mahkota Plengkung Banyuwangi. Sejumlah narasumber hadir. Yaitu Didik Ninik Thowok, aktor film Iwan Gardiawan, serta Retno Ratih desainer busana seni pertunjukan, Fajar Damayanto creative director, serta Panjulismu Wardoyo.

Sebagai acara puncak, panitia menggelar seni kontemporer pada Mingu (21/5 )di gedung Paramita Kencana Banyuwangi. Pengunjung bisa melihatnya pada pukul 19.00. Di acara puncak ini, panitia menggelar dialog dengan keynote speaker Didik Ninik Thowok dengan narasumber Punjul.

Acara dilanjutkan dengan dramatisasi puisi judul Santet serta pementasan seni penunjukan hasil workshop dengan suguhan tari kontemporer dengan judul Ref (Using) karya Bathara Saverigadi Dewandoro koreografer muda kelas dunia.

“Intinya kegiatan ini sebagai wujud apresiasi kepada komunitas seni dan budaya Banyuwangi. Acara ini terselenggara berkat dukungan Bekraf, Dinas Pariwisata, DPRD dan MGMP Seni Budaya,”  pungkas Panjul. (radar)