BALI – Sebanyak 22 kepala desa (kades) di Banyuwangi mulai kemarin (28/11) me lakukan studi banding tentang desa wisata di Bali. Puluhan kades itu mengunjungi dua desa wisata di Bali, yakni Desa Batubulan, Kabupaten Gianyar dan Desa Adat Penglipuran, Kabupaten Bangli Studi banding ke desa wisata itu dipimpin langsung Bupati Abdullah Azwar Anas, beberapa pimpinan SKPD, dan camat. Selama kunjungan, para kades belajar cara mengelola lingkungan desa dan cara mengembangkannya menjadi desa adat dan wisata.
Para kades yang ikut studi banding adalah kades peserta yang wilayahnya terdapat destinasi wisata unggulan, seperti Desa Sumberagung, Pesanggaran; Desa Rejosari dan Kemiren, Kecamatan Glagah; Desa Sumber buluh, Kecamatan Songgon; dan Desa Tegalsari, Kecamatan Tegalsari. Tiba di Bali, para kades itu diterima Perbekel (Kepala Desa) Batu Bulan, Dewa Gedhe Sumertha. Dewa menjelaskan, Batubulan bisa berkembang menjadi sebuah desa wisata lantaran kesadaran masyarakat se tempat atas pentingnya peran pariwisata dalam kehidupan mereka.
Warga setempat diberi pe mahaman bahwa setiap tamu wisata harus dilayani de ngan baik. “Di Batubulan ini kami menekankan setiap tamu harus dilayani dengan baik. Kami juga menjamin ke amanan lingkungan di sini. Di sini tidak ada yang malak. Bah kan, siapa pun yang lewat tengah malam dipastikan tidak ada gangguan,” beber Gede. Cara lain dalam me ngembangkan desa wisata, kata Dewa, adalah menggandeng pihak swasta. Swasta turut berperan da lam pengembangan desa wi sata.
Selain dikelola pihak banjar, beberapa panggung seni tari dikelola pribadi. Sementara itu, di desa adat Pengli puran, para kades belajar ten tang cara mengelola desa menjadi cantik dan menarik. Rumah warga Desa Penglipuran tertata rapi dan sanitasi rumah warga juga mempertahankan aspek lingkungan. Adat yang dianut warga Desa Panglipuran adalah Trihita Kirana. Warga Desa Panglipuran memegang teguh hubungan yang baik antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam.
“Desa kita dari dulu seperti ini. Pelestarian budaya dan adat di sini awalnya bukan untuk menjadi desa wisata,” jelas Ketua Adat Desa Penglipuran, I Wayan Supat. Desa Penglipuran ditetapkan sebagai desa adat wisata sejak 1993. Desa yang terletak di areal sekitar sembilan hektare itu dihuni tidak kurang dari 900 jiwa. Desa Penglipuran pernah meraih juara nasional lomba desa adat. Selain mengunjungi dua desa adat tersebut, para kades juga diajak melihat Taman Geo Park, sebuah dataran tinggi yang berlatar belakang Gunung Batur dan persawahan Ceking, Ubud.
Diharapkan, beberapa dataran tinggi di Banyuwangi bisa menjadi wisata alam yang menarik. Bupati Anas mengatakan, studi banding bersama para kades tersebut dilakukan secara sungguh-sungguh demi mengembangkan destinasi wisata di Banyuwangi. Karena itu, daerah yang menjadi tujuan studi banding tersebut adalah daerah yang memiliki destinasi wisata yang memungkinkan dikembangkan di Banyuwangi. ”Melalui kunjungan ini, kades memiliki bekal yang memadai untuk mengembangkan desanya sebagai destinasi wisata yang menarik dikunjungi,” kata Anas. (radar)