Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Air Terjun Bersaudara di Kampung Anyar, Glagah

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

airUdaranya Sejuk, Diapit Jurang, Bersumber Tiga Mata Air Konsep ekowisata yang diterapkan Pemkab Banyuwangi seolah disambut baik. Kini banyak bermunculan objek wisata berbasis alam yang cukup potensial. Salah satunya air terjun yang terletak di Desa Kampung Anyar, Kecamatan Glagah. Kampung Anyar, nama salah satu desa di Kecamatan Glagah ini mungkin masih sedikit asing di telingan kita.

Padahal banyak di antara kita yang barangkali satu dua kali me lewati kawasan yang tidak jauh dari Perkebunan Kalibendo tersebut. Letaknya tidak jauh dari pusat Kota Banyuwangi. Untuk bisa sampai di Kampung Anyar hanya butuh waktu sekitar 15 menit dengan perjalanan meng gunakan kendaraan bermotor. Tak banyak yang mengetahui jika ka wasan Desa Kampung Anyar Keca matan Glagah ini menyimpan po tensi wisata alam yang tidak kalah ba gus dengan objek wisata lainnya.

Selain kondisi jalan yang bagus, lokasinya yang berada di tepi jalan memudahkan untuk dijangkau. Salah satu lokasi di Desa Kampung Anyar yang menyimpan potensi wisata terdapat di jurang sisi kanan jalan. Itu apabila kita berangkat dari arah Kota Banyuwangi. Begitu memasuki desa ini, pandangan kita akan dihadapkan dengan pepohonan dan sawah di sebelah kanan jalan. Dibatasi oleh jurang yang di bawahnya mengalir sungai dengan air cukup jernih.

Di antara tebing itulah terdapat tiga air terjun yang langsung bersumber dari mata air. Masing-masing mata air itu berbeda. Ketiga mata air yang muncul dari tebing itu adalah Sumber Jagir, Sumber Pawon dan Sumber Buyut Ijah. Jarak ketiganya hanya beberapa meter. Seolah-olah tempat ini merupakan air terjun bersaudara. Tingginya sumber dan terjalnya cadas tebing membuat suara air menggerojog keras. Udara di sekitarnya pun terasa dingin oleh buih yang bertebangan terba wa angin.

Selain itu, masih ada satu lagi air terjun yang tidak kalah eksotik dengan tiga air terjun tersebut. Air terjun yang satu ini agak terpisah. Untuk menuju lokasi air terjun yang oleh masyarakt sekitar disebut Ketegan bisa dilakukan dengan cara menyusuri aliran sungai menuju hulu sungai. Menuju lokasi ini cukup menguras keringat, namun jernihnya air dan rimbun dedaunan yang teduh akan melupakan setiap orang yang ke sana terhadap rasa capek.

Oleh masyarakat sekitar, secara gotong royong tempat itu kini rutin dibersihkan dan dirapikan setiap akhir pekan. Untuk pengunjung umum sebenarnya tem pat ini belum resmi dibuka. Untuk sementara, pengunjung yang ingin menikmati air terjun bisa menitipkan kendaraannya di rumah warga. Jalan masuk menuju tempat ini pun masih menggunakan jalan setapak. Namun bukan berarti keindahan tempat ini berkurang. Jalan setapak yang berkelok-kelok juga cukup menghibur siapa saja yang melangkahkan kaki ke sana.

Sucipto, salah seorang warga di sekitar lokasi air terjun menuturkan, sebenarnya tempat ini sudah ada sejak dulu. Sebelumnya, masyarakat sekitar ha nya memanfaatkan sumber air di sini un tuk keperluan sehari-hari. ”Upaya pengembangan lokasi air terjun tersebut sebenarnya sudah pernah dilakukan sejak tahun 1981,’’ ujar pria berusia 66 tahun itu. Saat itu, melalui Kelompencapir yang berasal dari masyarakat setempat, pernah di lakukan upaya membendung aliran su ngai yang ada di situ.

Pembendungan itu dimaksudkan untuk membuat kolam pe mandian. Kurang lebih 500 sak pasir digunakan untuk membuat kolam tersebut. Gotong royong masyarakat itu pun mengha silkan kolam sesuai rencana. Kondisi ini tidak berlangsung lama. Banjir ban dang melenyapkan bendungan yang menjadi kebanggaan masyarakat setempat. “Rusak diterjang banjir bandang,” kenang Sucipto.

Kini, masyarakat sekitar mulai tergerak lagi untuk mengambil manfaat dari potensi yang tersimpan di ngarai tersebut. Salah satu langkah awal yang dilakukan adalah membersihkan semak-belukar dan akar-akar yang menutupi tebing batu. Sucipto menambahkan, siapa pun bisa datang dan menikmati pemandangan air terjun Kampung Anyar. Namun, dia berpesan agar pengunjung bertanggung jawab dan menghormati norma setempat. Masyarakat sekitar sangat mewanti-wanti pengunjung untuk tidak mem buang sampah sembarangan.

Selain itu, pengunjung dilarang mengelurkan kata-kata kotor di tempat tersebut. “Selama ini menikmati tempat ini jangan sekali-kali buang sampah dan berkata kotor,” pesannya. Selain keindahan air terjun, potensi yang ma sih bisa dinikmati di sana adalah tebing batu. Tebing dengan kemiringan 90 derajat itu memiliki bentuk yang unik. Tonjolantonjolan batu prisma menyerupai serpihan intan. Tebing ini cukup menarik bagi para penggila olahraga ekstrim.

Ketinggiannya cukup menantang untuk dijadikan tempat melakukan kegiatan rappeling. Slamet, salah seorang warga yang juga penggerak wisata di desa setempat mengatakan, kondisi tebing itu tertutup akar-akaran yang besarnya mencapai lengan orang dewasa. Nyaris tidak ada orang yang percaya jika di balik belukar dedaunan itu ada bebatuan yang cukup indah. Untuk membuktikannya, Slamet bersama warga nelad membersihkan tebing itu dari semak belukar.

Untuk membersihkann dibutuhkan kerja ekstra. Sebab, kemiringan tebing menca pai 90 derajat.“Saya memakai tali untuk membersihkannya,” ujarnya. Kini, setelah dibersihkan, gradasi pemandanganpun semakin terlihat bagus dan elok. Jika dilihat dari jalan desa, tekstur tebing berupa batu menyerupai serpihan patahan berlian itu tampak mengkilap. Meski telah melakukan upaya pengembangan secara mandiri, masyarakat berharap kepada pihak berwenang agar membantu menguatkan potensi yang ada tersebut.

Baik sumber daya manusia maupun sarana prasarana untuk pengembangan lokasi wisata tersebut. Kedepan, pengembangan ekowisata yang berlaku di sana juga berbasis masyarakat, sehingga kekuatan dan pemberdayaan masyarakat setempat bisa berjalan dan hasil yang didapat bisa kembali kepada masyarakat secara langsung. “Kedepan ekowisata ini harapannya berbasis masyarakat lokal,” harap Slamet. (radar)

Kata kunci yang digunakan :