Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Air Terjun Kedung Pakudo, Tempat Nongkrong Penikmat Durian

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Air-Terjun-Kedung-Pakudo-di-Desa-Segobang-Kecamatan-Licin-Banyuwangi

JIKA mulai bosan dengan air terjun yang ramai karena sudah dijadikan objek wisata, sepertinya air terjun Pakudo di Dusun Krajan, Desa Segobang, Kecamatan Licin bisa dijadikan alternatif untuk tempat relaksasi. Air terjun yang dikepung kawasan persawahan ini memiliki bentuk yang tak kalah indah dengan Kedung Angin atau air terjun Lider .

Hanya saja, lokasinya yang masih jarang dikunjungi orang membuat air terjun yang satu ini tampak memancarkan aura angker. Apalagi, dengan rimbunnya pepohonan yang seakan ingin menyembunyikan keberadaan air terjun setinggi 15 meter tersebut.

Untuk menuju Pakudo, hanya ada satu tanda pengenal, yaitu papan kayu yang ditulis dengan cat atau spidol hitam. Lokasi penunjuk jalan itu tak jauh dari arah jalan menuju rumah warga bemama Tuhan di Desa Kluncing Kecamatan Licin.

Agar tidak letih, pengunjung disarankan menggunakan kendaraan roda dua. Karena jalan yang ada sejauh hampir dua kilometer setelah itu adalah jalan setapak yang lebarnya hanya sekitar 1.5 meter. Setelah memulai jalan tanah yang berkelok-kelok melewati persawahan.Selanjutnya ada sebuah pondok kayu yang berdiri di kanan jalan.

Pondok tersebut biasanya digunakan orang yang ingin berkunjung ke air terjun Pakudo untuk menitipkan kendaraan roda duanya. Setelah itu barulah perjalanan dilanjutkan sekitar 500 meter lagi ke bawah melewati pematang sawah.

Jika kondisi sedang tidak hujan, pematang sawah cukup mudah dilewati. Sebaliknya, jika sedang hujan di sarankan untuk menggunakan sepatu boots atau telanjang kaki sekalian supaya tidak terpeleset pematang sawah yang licin.

Usai berjalan melewati pematang sawah dan jalan setapak di bawah rerimbunan pohon kelapa, barulah kemudian tampak air terjun yang tersembunyi di antara lebatnya tumbuhan menjalar dan tanaman bambu. Tidak ada akses jalan yang mudah jika ingin menyentuh air yang ada di bawah air terjun. Yang ada hanya jalan setapak kecil yang hanya bisa dilalui satu orang atau sebuah jalur besar tetapi dipenuhi bebatuan di bawahnya.

Air yang dimiliki air terjun ini berwarna tergantung dengan cuaca. Menurut salah seorang warga, Ahmad Yani, 47, terkadang warna air terjun hijau muda, hijau tua, bahkan cokelat seperti air banjir. Jika kondisi cerah seperti sekarang warnanya lebih cenderung hijau muda. Karena mungkin terpantul dari warna pepohonan yang ada di sekelilingnya.

“Jarang memang ada orang yang ke sini. Kadang ada anak muda yang main ke sini. Mungkin karena tempatnya sulit jadi kurang banyak yang berkunjung ke sini,” kata Yani.  Yani menunjukkan ada beberapa kursi-kursi dari bambu yang dibuat di dekat air terjun.

Dari sana orang bisa melihat bentuk air terjun dengan jelas termasuk air yang mengenang di bawahnya. Ada juga aliran sungai kecil yang masih bersih dari sampah yang mengalirkan air dari Pakudo. Tempat itu, menurut Yani, sesekali waktu ramai dengan orang-orang dari luar wilayah licin. Bahkan, ada beberapa dari wilayah luar kota.

Mereka sengaja datang kesana sambil menikmati durian yang di beli dari beberapa petani lokal. Sambil menikmati buah beraroma khas itu biasanya para pengunjung duduk di atas sana. “Kalau musim durian baru ramai di sini, kadang yang jual juga ke sini. Tapi kalau tidak ya sepi seperti ini, ”kata Yani.

Sari, 42, seorang petani menambahkan, jika sudah lama warga sekitar mengetahui air terjun itu. Namun, baru mulai banyak orang yang tahu setelah ada jalan setapak yang d ibuka dari jalan besar menuju ke area persawahan.

Pria tiga anak itu berharap, jika jalan semakin baik akan ada banyak orang yang berkunjung ke sana. Kedatangan pengunjung itu dapat menambah penghasilan warga sekitar selain menanti musim durian tiba

“Paling ada satu dua orang yang minta diantar ke air terjun. Nanti kita diberi uang terima kasih, makannya kadang ada saja orang yang duduk di pondok sana sambil menunggu ada pengunjung datang,” ujar Sarif. (radar)