sumber : radarbanyuwangi.jawapos.com – Suasana haru menyelimuti Stasiun Jakarta Kota pada Selasa, 11 November 2025.
Ratusan penggemar kereta api berkumpul dalam acara bertajuk “Last Run Arigato KRL”, sebagai bentuk penghormatan terakhir bagi tiga seri kereta rel listrik (KRL) legendaris yang resmi purna tugas.
Ketiga armada yang telah melayani warga Jabodetabek selama puluhan tahun itu adalah KRL Seri 8500 (eks Tokyu 8500), KRL Seri 7000 (eks Tokyo Metro 7000), dan KRL Seri 203 (eks JR 203).
Baca Juga: Persiapan Angkutan Natal dan Tahun Baru, KAI Lakukan Pemeriksaan Menyeluruh Armada Kereta Api
Selama bertahun-tahun, rangkaian tersebut menjadi saksi perjalanan jutaan warga dalam keseharian mereka, dari berangkat kerja hingga pulang sekolah.
Direktur Utama PT Kereta Commuter Indonesia (KCI), Asdo Artriviyanto, menyebut bahwa kontribusi armada KRL layak disandingkan dengan jasa seorang pahlawan.
“Kalau kita bicara Hari Pahlawan, tidak hanya tentang sosok manusia. KRL juga pahlawan. Pahlawan transportasi urban bagi Indonesia,” ujar Asdo.
Baca Juga: KAI Dukung Perekonomian Nasional, 413 Juta Orang Gunakan Layanan Kereta Api Sepanjang 2025
Pernyataan tersebut menggambarkan betapa pentingnya peran KRL dalam mendukung mobilitas dan pertumbuhan wilayah perkotaan, terutama di kawasan megapolitan Jabodetabek.
KRL Seri 8500, yang dikenal dengan julukan Jalita (Jalan-jalan Lintas Jakarta), merupakan armada bersejarah yang mulai beroperasi di Indonesia sejak 2006.
Diproduksi oleh Tokyu Car Corporation (kini Japan Transport Engineering Company), seri ini telah mencapai usia 50 tahun, menjadikannya KRL tertua yang pernah beroperasi di Jabodetabek.
Baca Juga: Dugaan Korupsi Kereta Cepat Whoosh Mengemuka, KPK Pastikan Pengadaan Lahan Tak Wajar Diselidiki
Sementara itu, KRL Seri 7000 produksi Kawasaki Heavy Industry telah menempuh usia 51 tahun, dan KRL Seri 203 yang juga buatan Kawasaki berusia 43 tahun.
Ketiganya menjadi saksi transformasi besar layanan KRL, dari kereta tanpa AC hingga layanan modern yang nyaman seperti saat ini.
Page 2
Ketua Indonesian Railway Preservation Society (IRPS), Ricky Dwi Agusti, menjelaskan bahwa tradisi Last Run merupakan budaya apresiasi yang berasal dari Jepang.
“Tujuannya untuk menghormati kereta yang telah berjasa. Mereka telah menjadi pahlawan transportasi massal yang menemani kehidupan banyak orang,” katanya.
Acara tersebut diwarnai dengan bunyi klakson terakhir dari KRL Seri Tokyu 8500 yang ditekan langsung oleh Direktur Utama KCI.
Baca Juga: Dugaan Korupsi Proyek Kereta Cepat Whoosh, KPK Dalami Pengadaan Lahan dan Potensi Kerugian Negara
Sorak “Arigato KRL” menggema dari para penggemar, menandai berakhirnya masa dinas armada legendaris tersebut.
Bagi banyak warga, kehadiran KRL eks Jepang membawa kenangan tersendiri.
Ahmad, warga Bogor yang telah menjadi pengguna setia sejak 2004, mengingat betapa nyaman naik KRL Jalita dibandingkan kereta non-AC pada masa itu.
Baca Juga: Mulai 9 November, Tiket Kereta Api Natal dan Tahun Baru 2025/2026 Sudah Bisa Dipesan
“KRL Jalita adalah rangkaian ber-AC pertama. Saat itu terasa seperti kemewahan,” kenangnya.
Perubahan ini turut dirasakan oleh Rafika, pengguna lainnya yang mengapresiasi meningkatnya keamanan dan kenyamanan layanan KRL seiring waktu, termasuk hadirnya gerbong khusus perempuan.
Selain menjadi momen perpisahan, acara “Last Run Arigato KRL” juga menegaskan hubungan erat antara Indonesia dan Jepang dalam pengembangan sistem perkeretaapian.
Baca Juga: Layanan Kereta Api Rajabasa Jadi Pilihan Favorit Warga, Penumpang Tembus 557 Ribu di 2025
Menurut Asdo, ketiga seri KRL tersebut merupakan simbol persahabatan dan wujud dukungan Jepang terhadap pembangunan transportasi publik di Indonesia.
KCI bahkan berencana menetapkan bagian dari rangkaian pensiunan ini sebagai cagar budaya, dengan potongan kabin masinis yang akan dipajang di area Stasiun Jakarta Kota.
Page 3
sumber : radarbanyuwangi.jawapos.com – Suasana haru menyelimuti Stasiun Jakarta Kota pada Selasa, 11 November 2025.
Ratusan penggemar kereta api berkumpul dalam acara bertajuk “Last Run Arigato KRL”, sebagai bentuk penghormatan terakhir bagi tiga seri kereta rel listrik (KRL) legendaris yang resmi purna tugas.
Ketiga armada yang telah melayani warga Jabodetabek selama puluhan tahun itu adalah KRL Seri 8500 (eks Tokyu 8500), KRL Seri 7000 (eks Tokyo Metro 7000), dan KRL Seri 203 (eks JR 203).
Baca Juga: Persiapan Angkutan Natal dan Tahun Baru, KAI Lakukan Pemeriksaan Menyeluruh Armada Kereta Api
Selama bertahun-tahun, rangkaian tersebut menjadi saksi perjalanan jutaan warga dalam keseharian mereka, dari berangkat kerja hingga pulang sekolah.
Direktur Utama PT Kereta Commuter Indonesia (KCI), Asdo Artriviyanto, menyebut bahwa kontribusi armada KRL layak disandingkan dengan jasa seorang pahlawan.
“Kalau kita bicara Hari Pahlawan, tidak hanya tentang sosok manusia. KRL juga pahlawan. Pahlawan transportasi urban bagi Indonesia,” ujar Asdo.
Baca Juga: KAI Dukung Perekonomian Nasional, 413 Juta Orang Gunakan Layanan Kereta Api Sepanjang 2025
Pernyataan tersebut menggambarkan betapa pentingnya peran KRL dalam mendukung mobilitas dan pertumbuhan wilayah perkotaan, terutama di kawasan megapolitan Jabodetabek.
KRL Seri 8500, yang dikenal dengan julukan Jalita (Jalan-jalan Lintas Jakarta), merupakan armada bersejarah yang mulai beroperasi di Indonesia sejak 2006.
Diproduksi oleh Tokyu Car Corporation (kini Japan Transport Engineering Company), seri ini telah mencapai usia 50 tahun, menjadikannya KRL tertua yang pernah beroperasi di Jabodetabek.
Baca Juga: Dugaan Korupsi Kereta Cepat Whoosh Mengemuka, KPK Pastikan Pengadaan Lahan Tak Wajar Diselidiki
Sementara itu, KRL Seri 7000 produksi Kawasaki Heavy Industry telah menempuh usia 51 tahun, dan KRL Seri 203 yang juga buatan Kawasaki berusia 43 tahun.
Ketiganya menjadi saksi transformasi besar layanan KRL, dari kereta tanpa AC hingga layanan modern yang nyaman seperti saat ini.






