sumber : radarbanyuwangi.jawapos.com – Keluarga Atiqoh Zahrotul Huda, 29, guru asal Lingkungan Krajan, Kelurahan Kalipuro, Banyuwangi, yang hilang kontak saat berada di Aceh Tamiyang, Provinsi Aceh akhirnya bisa bernapas lega.
Putri kedua dari tujuh bersaudara itu dikabarkan selamat setelah hampir sepuluh hari tak bisa dikontak.
Keberadaan Atiqoh benar-benar membuat keluarganya di Banyuwangi cemas. Tidur tidak nyenyak, makan pun tidak enak.
Bahkan, keluarga nyaris mengikhlaskan keberadaan Atiqoh yang sempat dikabarkan hilang di Aceh.
Hampir semua upaya sudah dilakukan. Mulai menghubungi kenalan di sekitar Aceh sampai meminta bantuan beberapa orang agar bisa mencari keberadaan Atiqoh.
Sampai akhirnya pada Kamis malam (4/12) pukul 23.00, Miftahul Huda, ayah Atiqoh, mendapat kabar yang menggembirakan.
Miftah melihat akun Facebook Atiqoh online. Dia pun langsung berusaha menelepon putrinya tersebut.
Awalnya tidak tersambung karena menggunakan telepon internet, tapi setelah itu Miftah mencoba menelepon menggunakan jaringan seluler. Dan rupanya teleponya diangkat oleh putrinya.
”Alhamdulillah, anak saya selamat. Dia selama ini mengungsi di masjid lantai dua. Di masjid Kampung Dalam,’’ ujar Miftah yang juga kepala SDIT Al Uswah Kalipuro pertama.
Miftah juga mengucapkan terima kasih kepada Radar Banyuwangi yang telah memberitakan anaknya.
”Alhamdulillah setelah diberitakan oleh Radar Banyuwangi, anak saya selamat dari bencana,’’ kata Miftah ditemui bersama pengurus Al Uswah, kemarin (5/12).
Pria yang saat ini sebagai Ustadz di Madrasah Aliyah Al Uswah Banyuwangi itu menceritakan, dari keterangan putrinya, banjir datang di wilayah Karang Baru, Aceh Tamiyang pada Rabu malam (26/11).
Putrinya dibangunkan oleh beberapa temanya karena air banjir cukup tinggi. Mereka kemudian mencari tempat yang lebih aman, yaitu di masjid yang berada tak jauh dari tempat tinggal putrinya.
Awalnya banjir dikira akan surut keesokan harinya. Bukanya surut, air malah membesar dan membuat Atiqoh harus berlindung ke lantai 2 masjid.
Page 2
“Banjir mulai surut pada Jumat pagi, saat itu listrik dan sinyal sudah terputus, makanya tidak bisa dihubungi,” terangnya.
Selama empat hari, Atiqoh dan beberapa warga setempat bertahan di atas masjid. Tanpa akses listrik dan air bersih.
Mereka baru berani turun setelah banjir benar-benar surut. Itu pun hampir seluruh bangunan di bawah masjid dan rumah-rumah di sekitarnya sudah rusak karena dampak banjir.
“Biasanya daerah itu aman kalau ada banjir, tapi kata anak saya kali ini banjirnya luar biasa,” imbuhnya.
Ponsel Atiqoh baru aktif setelah ada bantuan listrik dari genset yang dibawa oleh para relawan.
Sehingga Miftah bisa kembali berkomunikasi dengan putrinya tersebut. Berulang kali Miftah mengucapkan rasa syukurnya karena putrinya bisa selamat dari musibah yang sudah menelan ratusan nyawa tersebut.
“InsyaAllah putri saya kembali sesuai jadwal pada 25 Desember,’’ pungkas Miftah.
Atiqoh adalah seorang tenaga pendidik. Dia berangkat ke Aceh pada bulan September lalu dan berencana kembali ke Banyuwangi setelah empat bulan. P
ada Senin (24/11) keluarga sempat berkomunikasi dengan Atiqoh. Namun, dua hari kemudian ponselnya sudah tidak aktif.
Selama di Aceh, Atiqoh bertugas membantu kegiatan pendidikan di SDIT Darul Mukhlisin yang berlokasi di Jalan Insinyur Haji Juanda, Karang Baru, Aceh Tamiang.
Dia mengajar halaqah Al-Qur’an serta membantu kegiatan keagamaan di sekolah tersebut.
Pihak keluarga mengaku terakhir kali berusaha menghubungi Atiqoh pada Rabu (26/11) sekitar pukul 14.40. Namun, tak ada respon dan ponsel yang digunakan Atiqoh tidak aktif lagi. (aif)
Page 3
sumber : radarbanyuwangi.jawapos.com – Keluarga Atiqoh Zahrotul Huda, 29, guru asal Lingkungan Krajan, Kelurahan Kalipuro, Banyuwangi, yang hilang kontak saat berada di Aceh Tamiyang, Provinsi Aceh akhirnya bisa bernapas lega.
Putri kedua dari tujuh bersaudara itu dikabarkan selamat setelah hampir sepuluh hari tak bisa dikontak.
Keberadaan Atiqoh benar-benar membuat keluarganya di Banyuwangi cemas. Tidur tidak nyenyak, makan pun tidak enak.
Bahkan, keluarga nyaris mengikhlaskan keberadaan Atiqoh yang sempat dikabarkan hilang di Aceh.
Hampir semua upaya sudah dilakukan. Mulai menghubungi kenalan di sekitar Aceh sampai meminta bantuan beberapa orang agar bisa mencari keberadaan Atiqoh.
Sampai akhirnya pada Kamis malam (4/12) pukul 23.00, Miftahul Huda, ayah Atiqoh, mendapat kabar yang menggembirakan.
Miftah melihat akun Facebook Atiqoh online. Dia pun langsung berusaha menelepon putrinya tersebut.
Awalnya tidak tersambung karena menggunakan telepon internet, tapi setelah itu Miftah mencoba menelepon menggunakan jaringan seluler. Dan rupanya teleponya diangkat oleh putrinya.
”Alhamdulillah, anak saya selamat. Dia selama ini mengungsi di masjid lantai dua. Di masjid Kampung Dalam,’’ ujar Miftah yang juga kepala SDIT Al Uswah Kalipuro pertama.
Miftah juga mengucapkan terima kasih kepada Radar Banyuwangi yang telah memberitakan anaknya.
”Alhamdulillah setelah diberitakan oleh Radar Banyuwangi, anak saya selamat dari bencana,’’ kata Miftah ditemui bersama pengurus Al Uswah, kemarin (5/12).
Pria yang saat ini sebagai Ustadz di Madrasah Aliyah Al Uswah Banyuwangi itu menceritakan, dari keterangan putrinya, banjir datang di wilayah Karang Baru, Aceh Tamiyang pada Rabu malam (26/11).
Putrinya dibangunkan oleh beberapa temanya karena air banjir cukup tinggi. Mereka kemudian mencari tempat yang lebih aman, yaitu di masjid yang berada tak jauh dari tempat tinggal putrinya.
Awalnya banjir dikira akan surut keesokan harinya. Bukanya surut, air malah membesar dan membuat Atiqoh harus berlindung ke lantai 2 masjid.








