RadarBanyuwangi.id-Kokoh, satu kata ini memang cocok menggambarkan Jembatan Kudung yang ada di daerah PT Perkebunan Nusantara I, Regional 5, Kebun Kalirejo Kendenglembu, wilayah Afdeling Besaran, Dusun Kendenglembu, Desa Karangharjo, Kecamatan Glenmore.
Jembatan yang sudah ada sejak 110 tahun lalu itu, hingga kini masih kokoh dan tetap dioperasionalkan. Padahal, material dalam kontruksi jembatan itu mayoritas menggunakan kayu. “Dilihat dari serat-serat kayunya, ini adalah kayu jati,” kata Manajer Kebun Kendenglembu, Hastudy Yunarko.
Tak tanggung-tanggung, kayu jati yang digunakan untuk menahan jembatan itu memiliki ukuran yang super besar. Bahkan, kayu untuk struktur bagian atas memiliki kelebaran 40 centimeter dengan ketebalan hampir 30 centimeter. “Ini menunjukkan bagaimana hebatnya sistem kontruksi era saat itu (Belanda),” ujarnya.
Dari pantauan Jawa Pos Radar Genteng, bilah-bilah besi hanya ada di struktur bawah jembatan yang ditujukan untuk memperkuat rangka. Panjangnya sekitar delapan meter saja. “Baut-bautnya tentu menggunakan besi, kalau dilihat sudah menyatu dengan murnya, mungkin sudah tidak bisa diputar karena saking lamanya,” katanya.
Baca Juga: Berusia 110 Tahun, Jembatan Kudung Glenmore Banyuwangi Masih Kokoh
Jembatan Kudung yang lokasinya hanya berjarak sekitar 100 meter dari kantornya itu, terang dia, baru beberapa kali mengalami renovasi. Terakhir, renovasi besar dilakukan pada awal tahun 2000, penggantian atap seng. “Kalau pengecatan sering dilakukan. Pada 2021 lalu, jembatan ini sempat dicat ulang, dari warna biru putih menjadi merah seperti saat ini,” sebutnya.
Selain itu, lanjut dia, jembatan yang alasnya juga kayu itu pada medio 1990-an diaspal, meski aspalnya kini sudah terkelupas di beberapa bagian. “Dulunya tidak diaspal seperti ini, diaspal agar ketika dilalui kendaraan tidak bergelombang,” cetusnya.
Selain karena kontruksinya yang memang kokoh, Yunarko menyebut, awetnya jembatan itu juga lantaran pembatasan kendaraan yang melintasi jembatan itu. “Kendaraan seperti truk, mobil bok, dan pikap bermuatan tidak boleh lewat, ini agar awet juga,” terangnya.
Sebagai ganti, jelas dia, kendaraan itu melewati sungai yang ada di samping jembatan. Hanya saja, posisinya memotong Sungai Kendenglembu, sehingga ketika banjir juga tidak bisa dilalui. “Air sungainya kebetulan kecil, jadi untuk kendaraan besar bisa melintasi situ,” pungkasnya.(sas/abi)








