BANYUWANGI – Mensyukuri nikmat yang diberikan Tuhan selama setahun dan berdoa untuk keselamatan di tahun berikutnya, dilakukan masyarakat Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kamis (24/8/2017). Mereka menggelar bersih desa dengan ‘Mepe Kasur’ (menjemur kasur) dan ritual selametan Tumpang Sewu.
Ritual Mepe Kasur dilakukan sejak pagi hingga sore hari. Ribuan kasur berwarna hitam dan merah ini dijemur berjejer di depan rumah warga. Warna kasur di desa ini sama, yakni merah dan hitam. Warna ini melambangkan keberanian dan keabadian.
“Merah itu berani. Sementara warna hitam itu kelanggengan atau keabadian,” ujar Haidi Bing Slamet, salah satu warga Kemiren, kepada detikcom, Kamis (24/8/2017).
Kasur-kasur khas Kemiren ini, kata Haidi, dikeluarkan dan menunjukkan bahwa dalam ritual bersih desa, warga Kemiren ingin membersihkan rumah dan lingkungan dari berbagai penyakit dan mara bahaya.
“Dari hal terkecil dan paling dasar yakni kamar dan ranjang juga dibersihkan. Karena terkadang penyakit itu munculnya dari kasur. Harus dibersihkan. Dan jarang juga warga menjemur kasur. Tidak mesti setahun sekali. Kalau (warga) Kemiren pasti menggelar ini,” ujarnya.
Kasur-kasur berwarna merah dan hitam ini memang sama. Yang berbeda adalah ukuran dari kasur tersebut. Jika semakin tebal, menunjukkan jika sang pemilik adalah orang berada di desa tersebut. Setiap rumah atau keluarga dipastikan memiliki kasur yang serupa. Ini dikarenakan, setiap keluarga yang menikah pasti dibuatkan kasur oleh orangtuanya.
“Tradisi ini masih kita pegang teguh. Dan kami terus lestarikan hingga saat ini,” ujar Suwarni, yang juga warga Kemiren, saat membersihkan kasur yang dijemput di pinggir jalan.
Selain Mepe Kasur, masyarakat desa Kemiren juga menggelar acara selametan Tumpeng Sewu. Acara ini akan digelar nanti malam, setelah matahari terbenam. Masyarakat akan menikmati tumpeng pecel pitik di sepanjang jalan Desa Kemiren. Warga yang datang dipersilahkan menikmati kuliner khas Banyuwangi itu. (detik.com)