Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Belajar di Makam Pahlawan

RUANG TERBUKA: Para siswa SMAN 1 Banyuwangi belajar di TMP Wisma Raga Satria Banyuwangi kemarin (30/5).
RUANG TERBUKA: Para siswa SMAN 1 Banyuwangi belajar di TMP Wisma Raga Satria Banyuwangi kemarin (30/5).

BANYUWANGI – Ratusan siswa kelas XI SMAN 1 Banyuwangi meninggalkan ruang kelas masing-masing kemarin (30/5). Pagi itu, mereka sengaja pindah lokasi belajar ke Taman Makam Pahlawan (TMP) Wisma Raga Satria Banyuwangi. Hijrah lokasi belajar ke makam pahlawan itu merupakan bagian dari pembelajaran cooperativeadaptif learning di ruang terbuka.

Belajar di ruang terbuka itu dilakukan untuk melatih kepekaan dalam menghubungkan teori yang diperoleh di sekolah dengan kenyataan di lapangan. Nilai historis TMP dimanfaatkan oleh para siswa untuk menghubungkan masa lalu dan masa kini, dalam konteks nilai luhur perjuangan bangsa. Selain itu, hal tersebut sebagai upaya untuk melanjutkan cita-cita luhur para pejuang.

Kegiatan pagi kemarin juga merupakan aplikasi tiga mata pelajaran terpadu yang meliputi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), pelajaran Sejarah, dan ilmu Sosiologi. Dalam berkesempatan itu, mereka juga sempat melakukan audiensi dengan Bupati Abdullah Azwar Anas yang berkantor persis di depan TMP Wisma Raga Satria. Beberapa siswa lantas mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang cukup kritis.

Misalnya, mereka menanyakan bentuk pelaksanaan program Banyuwangi cerdas, hingga masalah terkini seperti dana sharing hasil tambang emas di Gunung Tumpang Pitu. Bupati Anas menjelaskan, program Banyuwangi Cerdas diwujudkan dengan menyediakan perpustakaan keliling di masing-masing kecamatan. Selain itu, ada pula beasiswa bagi siswa miskin berprestasi, dan penyediaan perpustakaan di ruang terbuka hijau.

Anas pun tak sungkan menjawab pertanyaan dari siswa seputar tambang emas. Menurutnya, pemkab sangat intens memperjuangkan golden share minimal sepuluh persen, tujuannya adalah untuk masa depan masyarakat Banyuwangi. Sebagai contoh, dari cadangan USD 450 juta yang terdapat di permukaan gunung Tumpang Pitu, pemkab akan mendapat bagian sebesar USD 45 juta atau setara dengan Rp 5 triliun.

“Jika hal itu terjadi, insyaallah ke depan tidak ada anak usia sekolah yang tidak bersekolah, jalan-jalan di Banyuwangi juga akan mulus, tidak ada yang berlubang seperti saat ini,” jelas bupati disambut tepuk tangan para siswa. Sementara itu, kepala SMAN 1 Banyuwangi, Istu Handono mengatakan, manfaat model cooperative and adaptif learning adalah, siswa mendapat pengalaman belajar secara langsung sehingga dapat membedakan hasil antara belajar di kelas dengan di ruang terbuka.

Siswa juga dapat mengaktualisasikan pemahaman makna perjuangan para pejuang dan tugas siswa di masa kini untuk mengisi dan melanjutkan pembangunan. Tidak hanya itu, model pembelajaran tersebut juga dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam mengomunikasikan gagasan melalui interaksi dua arah secara langsung dengan narasumber. “Pengalaman yang diperoleh siswa dapat dijadikan bekal untuk mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilannya di tengah masyarakat di waktu-waktu yang akan datang,” papar Kasek Istu. (radar)