Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Bensin Eceran Tembus RP 9.000

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

penjualDampak Antrean Panjang di SPBU

GAMBIRAN – Antrean panjang kendaraan yang akan membeli bahan bakar minyak (BBM) di sejumlah SPBU akibat pembatasan BBM bersubsidi dari pemerintah ternyata mulai berdampak terhadap harga di tingkat pengecer. Para pengecer BBM jenis premium mulai menaikkan harga. Mereka berdalih, saat ini pengecer tidak mudah mendapatkan bensin. “Beli bensin susah. Di SPBU antre cukup panjang,” cetus salah satu pengecer bensin, Saprowi, 40, asal Desa/Kecamatan Tegalsari.

Pantauan Jawa Pos Radar Banyuwangi, sejumlah pengecer telah menaikkan harga bensin. Bila sebelumnya hanya Rp 7 ribu per botol, akibat antrean di SPBU itu, harga bensin dinaikkan menjadi Rp 8 ribu per botol. “Cari bensin susah. Jadi kita naikkan Rp 8 ribu per botol,” terang Setiawan, salah satu pengecer bensin di Desa Kandangan, Kecamatan Pesanggaran. Namun demikian, ada sebagian pengecer bensin di daerah terpencil yang urung menjual bensinnya. Mereka terpaksa menutup kios sambil menunggu perkembangan. “Beli di SPBU juga sulit,” dalihnya. 

Selain di Pesanggaran, pengecer yang telah menaikkan harga bensin itu juga terlihat di salah satu kios Desa Yosomulyo, Kecamatan Gambiran. Kios yang berlokasi tidak jauh dari SPBU Yosomulyo itu malah menaikkan harga menjadi Rp 9 ribu per botol. “Beli bensin di SPBU susah, harus antre lama,” kata pengecer yang menolak menyebut identitasnya itu. Pengecer yang telah menaikkan harga bensin itu juga ada di Desa/Kecamatan Gambiran.  Hanya saja, di kios itu bensin eceran dijual Rp 8 ribu per liter.

“Kalau beli di SPBU sudah normal, kita turunkan lagi,” terang Riris, 37, salah satu pengecer bensin di Desa Gambiran. Keresahan akibat susahnya mendapat BBM juga disampaikan para pemilik penyewaan sound system. Kelangkaan BBM membuat mereka harus berpikir tujuh kali. “Pesannya sudah lama saat BBM mudah didapat, sekarang kok kayak gini,” cetus Hery Darbos, pemilik sound system asal Purwoharjo. Menurut Hery, saat ini sedang ramai penyewaan sound. Selain banyak warga yang menggelar hajatan, juga banyak yang menggelar kegiatan Agustusan. “Cari solar sulit. Kalau tidak ada solar, diesel mau dihidupkan pakai apa,” katanya sambil gelenggeleng kepala. (radar)