Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Daging Ayam Mulai Diobral

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

dagingBANYUWANGI – Para pedagang daging ayam broiler di Pasar Banyuwangi, kini dihadapkan pada situasi dilematis. Di satu sisi, harga beli ayam hidup dari tangan pengepul naik. Sedangkan di sisi lain, pembelian konsumen langsung merosot tajam saat harga jual daging ayam ras itu dinaikkan. Ujung-ujungnya, para penjual daging ayam terpaksa “mengobral” dagangannya dengan harga jauh lebih murah pada sore hari.

Susi, 33, seorang pedagang yang mangkal di pasar induk pusat Kota Banyuwangi, ini mengatakan, sejak beberapa hari terakhir, harga beli ayam hidup dari tangan peternak naik cukup signifi kan. Jika sebelumnya harga ayam hidup sebesar Rp 19.500 per Kilogram (Kg), kini harganya mencapai Rp 21.000 per Kg. Kenaikan harga ayam hidup sebesar Rp 1.500 per Kg, itu menurut Susi berdampak cukup besar terhadap harga jual daging ayam. Sebab, sepuluh Kg ayam hidup, setelah dibersihkan “hanya” akan menghasilkan daging seberat 7,5 Kg.

Nah, karena biaya produksi yang harus mereka keluarkan naik, Susi terpaksa menaikkan harga jual daging ayam broiler. Sekitar tiga hari yang lalu, perempuan yang satu ini menjual satu Kg daging ayam broiler seharga Rp 30 ribu per Kg. Namun kemarin (21/9), dia mematok daging ayam ras dengan harga Rp 32 ribu per Kg. “Harga ayam terpaksa kami naikkan sejak tiga hari yang lalu. Sebab, harga beli ayam hidup naik,” ujarnya. Namun sayang, imbuh Susi, saat harga ayam dinaikkan, pembelian konsumen langsung turun signifi kan.

Karena itu, stok daging ayam yang dia jual masih banyak pada sore hari. “Kalau sore hari stok masih banyak, saya terpaksa mengobral daging ayam dengan harga seperti sebelum kenaikan beberapa hari yang lalu, yakni sebesar Rp 30 ribu,” cetusnya Dikatakan, pilihan mengobral da ging ayam, itu dilakukan untuk menghindari adanya daging yang tidak terjual. Se bab, jika daging ayam siap ma sak tersebut diawetkan de ngan cara dimasukkan le ma ri es, keesokan harinya bo bot daging tersebut akan me nyusut. “Selain itu daging yang disimpan di lemari es cen derung lembek.

Konsumen ti dak suka,” bebernya. Diakui, meski tidak sampai menyebabkankerugian, namun pi lihan mengobral daging ayam, itu mengakibatkan keuntungan yang dia peroleh menipis. Meski begitu, Susi mengaku le bih memilih mengobral da ging ayam ras dagangannya da ripada menyimpan daging tersebut di lemari es untuk di jajakan keesokan harinya. “Se bab, kalau daging ayam yang saya jual tidak segar, bisa-bisa konsumen tidak mau beli. Ujung-ujungnya saya yang rugi,” pungkasnya. (radar)