KALIPURO – Sejak muncul protes warga, Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPSA) Bulusan, Kecamatan Kalipuro, masih tutup hingga kemarin (24/4/2018). Belum ada aktivitas pembuangan sampah oleh truk pengangkut sampah di tempat tersebut.
Gerbang TPSA Bulusan masih terlihat tertutup rapat. Beberapa poster berisi tulisan penolakan aktivitas pembuangan sampah masih terbentang dari jalan dekat rel kereta di sebelah timur TPSA.
Suparmi,51, warga sekitar TPSA mengatakan, aktivitas pembuangan sampah sudah berhenti sejak muncul protes warga Rabu lalu. Dia mengaku senang dengan hal tersebut. Karena sejak sampah di TPSA semakin menggunung, warga sekitar tempat tersebut semakin terganggu.
Jika malam hari, Suparmi mengakui bahwa bau sampah menyeruak hingga ke rumah warga sekitar. Belum lagi jika hujan turun. Baunya sampah saat hujan, kata dia, mirip dengan bau pinang busuk.
Bahkan di beberapa rumah yang menggunakan sumur bor di sisi utara TPSA mengaku, air yang keluar berwarna kuning dan bau. “Dampak itu sebenarnya sudah lama. Cuma kita diam saja. Tetapi semakin lama, sampah semakin banyak. Saya malu kalau ada tamu ke rumah, baunya parah,” tuturnya.
Sementara itu, Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Banyuwangi, Muhammad Solehudin mengatakan, sampai saat ini belum ada kesepakatan lagi dengan warga Bulusan terkait aktivitas TPSA tersebut. jika melihat tuntutan warga, Solehudin mengatakan jika penutupan TPSA sudah harga mati bagi mereka.
“Protes ini sebenarnya dua kali. Pertama pada tanggal 29 Maret silam. Waktu itu, tokoh warga di sana protes. Mereka meminta ada loader untuk meratakan tanah, setelah dipenuhi ada lagi protes tanggal 18 April,” ujar Solehuddin.
Daripada terus bergesekan dengan warga, DLH memilih menghentikan aktivitas pembuangan sampah di TPSA Bulusan. Untuk sampah yang mencapai 600 Ton per hari yang biasanya dibuang di TPSA Bulusan, menurut Solehudin, sementara ini dialihkan di Desa Tambang, Kecamatan Kabat. Ada beberapa lokasi eks galian C yang bersedia dijadikan tempat pembuangan sampah sementara.
“Tapi kita lihat daya tampungnya maksimal hanya sampai empat bulan ke depan. Itu pun dengan sistem penataan yang sudah kita akali. Sampai sekarang kita masih menunggu petunjuk dari atas terkait masalah ini,” pungkasnya.