Radarbanyuwangi.id – Penderitaan yang dialami Budi, 30, mengundang iba banyak pihak. Begitu mendengar kabar ada warga Kandangan yang hidup tanpa anus selama 30 tahun, sebagian warga ikut trenyuh.
Mereka langsung menyisihkan sebagian rezekinya demi kesembuhan pria yang sehari-harinya bekerja sebagai penderes karet tersebut.
Seperti diketahui, sejak lahir Budi mengalami kelainan tidak punya lubang anus (atresia ani post colostomy). Saat berusia 6 tahun, ayah Budi meninggal dunia.
Dia pun hidup sebagai anak yatim bersama adik dan ibunya di daerah terpencil Dusun Sumbejambe, Desa Kandangan, Kecamatan Pesanggaran.
Yang bikin iba, saat duduk di bangku kelas 2 SD, Budi memilih drop out.
Pria kelahiran 16 Juni 1994 itu merasa minder diolok-olok teman sebayanya karena tidak memiliki lubang anus.
Hingga kini Budi dan keluarganya tidak punya tempat tinggal. Dia bersama keluarganya numpang di rumah kosong milik perkebunan Sumberjambe. Kondisi rumah sangat tidak layak, dindingnya banyak yang jebol.
”Begitu dewasa, Budi menjadi tulang punggung keluarga. Dalam kondisi kurang sehat, dia harus bekerja sebagai penderes karet dan mencari daun pakis untuk dijual,” kata Sopyan, mandor perkebunan Sumberjambe.
Melihat penderitaan Budi, Sopyan langsung menghubungi Abdul Kadir, tokoh masyarakat di Desa Sarongan dan Kandangan.
Tanpa menunggu waktu, Kadir langsung menghubungi koleganya. Tidak sampai empat jam, para donatur langsung memberikan respons baik.
Ada yang menyumbang 500 ribu hingga Rp 15 juta. Tak disangka, hanya dalam empat jam terkumpul uang Rp 62,5 juta.
”Uang tersebut akan digunakan untuk keperluan hidup Budi dan ibunya selama tiga tinggal di Surabaya. Kata dokter, Budi harus berada di RSUD dr Soetomo selama tiga bulan.
Kelebihan uang tersebut nantinya bisa dipakai untuk memperbaiki rumah dan modal ternak kambing,” kata Sopyan.
Hingga pukul 12.00 kemarin (7/2) total donasi mencapai Rp 62,5 juta.
Page 2
Page 3
Radarbanyuwangi.id – Penderitaan yang dialami Budi, 30, mengundang iba banyak pihak. Begitu mendengar kabar ada warga Kandangan yang hidup tanpa anus selama 30 tahun, sebagian warga ikut trenyuh.
Mereka langsung menyisihkan sebagian rezekinya demi kesembuhan pria yang sehari-harinya bekerja sebagai penderes karet tersebut.
Seperti diketahui, sejak lahir Budi mengalami kelainan tidak punya lubang anus (atresia ani post colostomy). Saat berusia 6 tahun, ayah Budi meninggal dunia.
Dia pun hidup sebagai anak yatim bersama adik dan ibunya di daerah terpencil Dusun Sumbejambe, Desa Kandangan, Kecamatan Pesanggaran.
Yang bikin iba, saat duduk di bangku kelas 2 SD, Budi memilih drop out.
Pria kelahiran 16 Juni 1994 itu merasa minder diolok-olok teman sebayanya karena tidak memiliki lubang anus.
Hingga kini Budi dan keluarganya tidak punya tempat tinggal. Dia bersama keluarganya numpang di rumah kosong milik perkebunan Sumberjambe. Kondisi rumah sangat tidak layak, dindingnya banyak yang jebol.
”Begitu dewasa, Budi menjadi tulang punggung keluarga. Dalam kondisi kurang sehat, dia harus bekerja sebagai penderes karet dan mencari daun pakis untuk dijual,” kata Sopyan, mandor perkebunan Sumberjambe.
Melihat penderitaan Budi, Sopyan langsung menghubungi Abdul Kadir, tokoh masyarakat di Desa Sarongan dan Kandangan.
Tanpa menunggu waktu, Kadir langsung menghubungi koleganya. Tidak sampai empat jam, para donatur langsung memberikan respons baik.
Ada yang menyumbang 500 ribu hingga Rp 15 juta. Tak disangka, hanya dalam empat jam terkumpul uang Rp 62,5 juta.
”Uang tersebut akan digunakan untuk keperluan hidup Budi dan ibunya selama tiga tinggal di Surabaya. Kata dokter, Budi harus berada di RSUD dr Soetomo selama tiga bulan.
Kelebihan uang tersebut nantinya bisa dipakai untuk memperbaiki rumah dan modal ternak kambing,” kata Sopyan.
Hingga pukul 12.00 kemarin (7/2) total donasi mencapai Rp 62,5 juta.