Saat Acara Pergelaran Pesta Api Unggun
GENTENG – Perkemahan Sabtu dan Minggu (Persami) yang digelar gugus depan (Gudep) Pramuka SDN 3 Kedungwungu, Kecamatan Tegaldlimo berujung petaka, Sabtu malam (17/9). Dalam acara itu, dua siswa terbakar saat mengikuti api unggun.
Karena luka bakar yang cukup serius, kedua siswa yang menjadi petugas api Pancasila, Agista Yulia Rahma, 12, dan Marta Dita Amalia, 12, terpaksa harus dilarikan ke RS Al Huda, Genteng untuk menjalani perawatan. Hingga kemarin sore (18/9), kedua anggota Pramuka yang terlihat gosong di bagian wajah itu masih menjalani perawatan.
Kepala SDN 3 Kedungwungu bersama para guru, terlihat menjaga kedua siswanya itu. Kepala SDN 3 Kedungwungu, Khatijah, 54, mengatakan petaka yang menimpa kedua siswanya itu terjadi tanpa diduga. Saat itu, dia sedang memimpin upacara api unggun.
Dua siswanya yang terbakar itu, pembawa api Pancasila bersama tiga orang lainnya, dan satu pembawa api utama. Usai mengambil api dari api pusat, keenam anak itu mengambil formasi melingkar. Berdasarkan urutan, Marta Dita Amalia membawa api untuk sila pertama dan Agista Yulia Rahma membawa api sila kedua.
Tanpa diduga, tiba-tiba dari arah anggota Pramuka yang melingkar ada yang melempar bungkusan plastik yang diduga berisi bensin. Saat itu juga, terang dia, api langsung membesar dan kedua siswanya itu tersambar api di bagian wajahnya.
“Ada yang melempar, yang terkena api itu sebenarnya ada empat anak, tapi yang dua tidak apa-apa, dan dua ini agak parah,” ungkapnya sambil menyebut saat itu posisinya sangat dekat dengan api unggun. Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan Tegaldlimo, Bambang Hariyono, mengatakan pihaknya sejak awal sudah mengimbau untuk lebih berhati-hati dalam mengadakan api unggun, termasuk penggunaan bahan bakar.
“Sekarang minyak tanah tidak ada, biasanya yang dipakai bensin,” ucapnya. Terkait insiden itu, Bambang mengaku itu di luar dugaan dan perkiraan. Biasanya, setiap kegiatan api unggun juga menggunakan bensin sebagai bahan bakar dan berjalan baik. Tapi kali ini, ada lemparan dari luar arena sehingga memicu api.
“Tapi andai tidak ada yang melempar ,ya tidak ada apa-apa,” ungkapnya. Orang tua korban terlihat juga tegar dengan kondisi yang dialami anaknya. Meski anaknya harus dirawat di rumah sakit, tidak akan melarang anaknya ikut Pramuka.
“Ini kan musibah, gak apa apa, kok,” cetus Tianti, 33, orang tua Marta Dita Amalia. Sementara itu, menurut keterangan Hospital Liaison Oicer (HLO) RS Al Huda, Genteng, dr. Soegeng Hery Priyanto, mengatakan luka bakar yang dialami dua pasien itu masih dalam kategori tidak terlalu berbahaya.
Dari level satu sampai empat, luka yang dialami masuk kategori dua. “Lukanya tingkat dua, paling parah itu tingkat empat,” jelasnya. (radar)