Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Dua Hari Sebelum Meninggal Rajin Silaturahmi

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

dua-hari-sebelum-meninggalBAGI warga yang tinggal di wilayah Desa Olehsari, Kecamatan Glagah dan sekitaran Perempatan Cungking. Banyuwangi pasti mengenal dengan sosok Mbah juni. Mbah juni dikenal juga sebagai penjual semanggi rebus yang keliling kampung.

Ya, pedagang semanggi yang dulunya penah menjadi Seblang ternama itu, pada Selasa (17/2) lalu tutup usia di rumahya. ‘Tak banyak orang yang tahu tentang meninggalnya tetua kesenian Seblang Olehsari ini. Sebelumnya Mbah juni tidak pernah sama sekali menderita penyakit.

Hanya, dua hari sebelum meninggal, Mbah juni tidak berjualan seperti biasa. Dia lebih melakukan untuk silaturahmi ke rumah sanak familinya, seolah ingin berpamitan kepada semua orang. Haryono, 31, salah seorang cucu Mbah juni yang selama ini tinggal bersama neneknya itu menceritakan. selama dua hari itu neneknya seolah sudah merasakan jika dirinya akan dipanggil Sang Khaliq.

Sehingga, beberapa saudara yang selama ini belum sempat mengunjungi. selama dua hari itu satu per satu didatangi dan dimintai maaf. Haryono dan keluarga yang lain mempunyai firasat bahwa nenek penjual Semanggi tersebut akan segera pergi. Karena Firasat itu, Haryono rela mengantarkan kemana pun yang diinginkan Mbah juni.

Kemudian pada Selasa dini hari selasa pukul 09.30, Mbah juni mulai merasa pusing. Haryono bersama adik kandungnya, Suidah,19, yang juga mantan Seblang menemani neneknya tersebut Selanjutnya pada pukul 05.30, Mbah Juni menghembuskan napas terakhirya setelah sebelumnya selama lima menit merasakan sesak napas.

‘Tak butuh waktu lama, Seblang yang pernah menari selama 14 tahun itu dimakamkan di tempat pemakaman umum (TPU) Olehsari bersama sesepuh seblang lainnya “Mbah tidak sampai sakit. Hanya mengeluh pusing kemudian meninggal dengan tenang. Seperti yang mbah inginkan dari dulu, tidak mau menyusahkan orang, bahkan sampai meninggal,” terang Haryono.

Di mata keluarganya, Mbah juni adalah tipe orang yang tidak pernah mau merepotkan orang lain. Meski usianya sudah lanjut, Mbah juni hampir tidak pernah sehari pun libur bekerja. Sejak pukul 05.00, nenek yang memiliki sembilan cucu tersebut sudah berangkat ke sawah. Di sana mbah juni memetik semanggi yang sudah dibelinya dari pemilik sawah satu hari sebelumnya.

Selanjutnya pukul 10.00, dirinya kembali ke rumah untuk merebus semanggi dan membuat bumbu. Baru setelah semanggi matang. biasanya sekitar pukul 13.00 Mbah Juni mulai berjualan dengan membawa semanggi rebus di atas kepalanya. ‘Tak tanggung-tanggung, jarak yang ditempuh nenek ini sekitar lima kilometer lebih, yaitu dari Desa Olehsari hingga perempatan Cungking.

“Kalau saya sama sampeyan belum tentu kuat membawa Semanggi yang disanggi Mbah juni. Beratnya ada 50 kilogram, Mbah juga nggak pemah pakai sandal waktu berjualan. Untuk ukuran nenek 70 tahun mbah termasuk sangat kuat.” kenang Haryono kepada Jawa Pos Radar Banyuwangi. Pernah beberapa kali cucu dan anak dari Mbah juni melarang agar tidak berjualan lagi, namun jawabannya tetap sama.

Mbah Juni tidak mau dirinya yang sudah tua membebani kehidupan keluarganya. “sudah sering disuruh berhenti, tapi tetap tidak mau. Ngomongrrva begini marine paran beng kang kesung didyang,(Kalau tidak bekerja besok mau masak apa, Red)? kata Suidah, adik Haryono. Selain pekerja keras, sosok Mbah Juni bagi keluarganya adalah orang yang blak-blakan dan tidak ingin mencampuri urusan orang lain.

Sepulang bekerja yang biasanya menjelang waktu isya, Mbah Juni pun lebih memilih duduk-duduk saja di dalam rumahnya. Kadang dirinya meminta untuk dibuatkan kopi agar selalu terjaga. Tidurnya pun hanya sebentar sekitar dua jam saja dalam semalam. Jika ada permasalahan, dia lebih memilih untuk langsung berbicara dengan orangnya daripada diam dan berbicara di belakang.

“Mbah juga sering memberi uang ke keluarga maupun tetangga, kalau sudah diberi jangan sampai di tolak,” cerita Suidah. Sebelum meninggal, Mbah juni sempat mengatakan, kepada kedua cucu yang dari kecil sudah dirawatnya, yaitu Haryono dan Suidah jika dirinya akan segera pergi jika kedua cucunya sudah menikah.

Kedua cucunya itu pun paham dengan maksud dan neneknya tersebut hingga sangat berhati-hati saat mengambil keputusan untuk menikah. “Saya sampai menunda nikah, karena khawatir sama omongannya si mbah. Sampai didahului adik ipar saya. Benar saja belum ada setahun Si Mbah sudah pergi,” kenang Haryono. (radar)