RADABANYUWANGI.ID – Kabar duka menyelimuti Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
Raja Keraton Solo, Sampeyandalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pakubuwono XIII, wafat pada Minggu Pon (2 November 2025) dini hari di RS Indrayanti, Surakarta setelah berjuang melawan sakit komplikasi.
Jenazah Sinuhun PB XIII akan dimakamkan di Astana Pajimatan Imogiri, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada Rabu, 5 November 2025.
Baca Juga: Cedera Marc Marquez, Ducati Tunjuk Nicolo Bulega Sebagai Pengganti di MotoGP 2025
“Pemakaman sudah kita sepakati hari Rabu tanggal 5, upacara dimulai pukul 08.00 WIB,” ujar adik almarhum, GKR Wandasari atau Gusti Moeng, Minggu (2/11).
Sebelum menuju Imogiri, akan digelar prosesi adat lengkap di Keraton Surakarta.
Jenazah akan dibawa dengan kereta jenazah raja, melewati Ndalem Keraton Surakarta, Bangsal Magangan, Alun-Alun Selatan, Gading, Tipes, hingga Loji Gandrung, rumah dinas Wali Kota Solo.
“Semua tata cara upacara sudah dirapatkan dan disiapkan oleh pihak Keraton. Permintaan transit di Wuryaningratan dibatalkan, kini langsung ke Loji Gandrung,” tambah Gusti Moeng.
Baca Juga: Kisah Inspiratif Veda Ega Pratama, Juara Asia Talent Cup yang Siap Tampil di Moto3 2026
Sejak pagi, suasana Keraton Surakarta tampak berbeda.
Abdi dalem dan prajurit berdatangan dengan busana adat lengkap, sementara masyarakat memadati kawasan Alun-Alun Utara untuk memberi penghormatan terakhir.
Raja yang Hidup Sederhana
Lahir pada 28 Juni 1948, PB XIII memiliki nama kecil Gusti Raden Mas Suryadi. Masa kecilnya jauh dari kemewahan bangsawan.
Dalam buku Mas Behi, Angger-angger dan Perubahan Zaman karya KP Eddy Wirabhumi, disebutkan, “Putra-putri PB XII harus bersekolah dengan sandal karena tak mampu membeli sepatu.”
Page 2
Baca Juga: Berada Satu Grup dengan Brasil! Ini Peluang Timnas Indonesia U-17 di Piala Dunia 2025 Qatar
Dewasa, ia hidup mandiri, bahkan pernah bekerja sebagai sopir pribadi dan ajudan ayahandanya sendiri, PB XII.
Ia juga aktif dalam radio amatir ORARI Surakarta dan kegiatan sosial membantu warga Solo.
Penyelamat Pusaka Keraton
PB XIII juga dikenal berani dan cekatan. Saat kebakaran besar melanda Keraton tahun 1985, ia turun langsung memadamkan api di Bangsal Prabasuyasa dan menyelamatkan pusaka penting.
Atas jasanya, ia dianugerahi Bintang Sri Kabadya Tingkat I, penghargaan tertinggi di lingkungan Keraton.
Baca Juga: BRI Dukung Ekonomi Hijau Lewat FLOII Expo 2025: QRIS, UMKM, hingga Pembiayaan Ramah Lingkungan!
Naik Tahta di Tengah Dualisme
Pada 10 September 2004, ia dinobatkan menjadi Paku Buwono XIII.
Namun masa pemerintahannya diwarnai dualisme kepemimpinan karena saudaranya juga menobatkan diri sebagai raja.
Konflik panjang ini akhirnya mereda setelah putusan Mahkamah Agung Nomor 1950/2020 membuka jalan rekonsiliasi keluarga besar PB XII.
Warisan Seorang Raja
Meski hidup sederhana, PB XIII dikenal teguh menjaga tradisi dan martabat Keraton Surakarta.
Kepergiannya menjadi kehilangan besar bagi masyarakat Jawa dan bangsa Indonesia.
“Beliau adalah simbol keteguhan dan pelestarian budaya Jawa,” ujar KP Eddy Wirabhumi, Ketua Bidang Hukum Lembaga Dewan Adat Keraton Surakarta. (*)
Page 3
RADABANYUWANGI.ID – Kabar duka menyelimuti Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
Raja Keraton Solo, Sampeyandalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pakubuwono XIII, wafat pada Minggu Pon (2 November 2025) dini hari di RS Indrayanti, Surakarta setelah berjuang melawan sakit komplikasi.
Jenazah Sinuhun PB XIII akan dimakamkan di Astana Pajimatan Imogiri, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada Rabu, 5 November 2025.
Baca Juga: Cedera Marc Marquez, Ducati Tunjuk Nicolo Bulega Sebagai Pengganti di MotoGP 2025
“Pemakaman sudah kita sepakati hari Rabu tanggal 5, upacara dimulai pukul 08.00 WIB,” ujar adik almarhum, GKR Wandasari atau Gusti Moeng, Minggu (2/11).
Sebelum menuju Imogiri, akan digelar prosesi adat lengkap di Keraton Surakarta.
Jenazah akan dibawa dengan kereta jenazah raja, melewati Ndalem Keraton Surakarta, Bangsal Magangan, Alun-Alun Selatan, Gading, Tipes, hingga Loji Gandrung, rumah dinas Wali Kota Solo.
“Semua tata cara upacara sudah dirapatkan dan disiapkan oleh pihak Keraton. Permintaan transit di Wuryaningratan dibatalkan, kini langsung ke Loji Gandrung,” tambah Gusti Moeng.
Baca Juga: Kisah Inspiratif Veda Ega Pratama, Juara Asia Talent Cup yang Siap Tampil di Moto3 2026
Sejak pagi, suasana Keraton Surakarta tampak berbeda.
Abdi dalem dan prajurit berdatangan dengan busana adat lengkap, sementara masyarakat memadati kawasan Alun-Alun Utara untuk memberi penghormatan terakhir.
Raja yang Hidup Sederhana
Lahir pada 28 Juni 1948, PB XIII memiliki nama kecil Gusti Raden Mas Suryadi. Masa kecilnya jauh dari kemewahan bangsawan.
Dalam buku Mas Behi, Angger-angger dan Perubahan Zaman karya KP Eddy Wirabhumi, disebutkan, “Putra-putri PB XII harus bersekolah dengan sandal karena tak mampu membeli sepatu.”








