Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Festival Gandrung Sewu 2025, Harmoni Ribuan Penari di Tepi Selat Bali

festival-gandrung-sewu-2025,-harmoni-ribuan-penari-di-tepi-selat-bali
Festival Gandrung Sewu 2025, Harmoni Ribuan Penari di Tepi Selat Bali

detik.com

Banyuwan

Ribuan penari Gandrung kembali akan memerahkan tepi Pantai Marina Boom Banyuwangi. Dengan latar Selat Bali yang memesona, Festival Gandrung Sewu 2025 siap menampilkan kemegahan budaya yang telah menjadi ikon Banyuwangi dan kebanggaan warga Osing sejak pertama kali digelar pada 2012.

Perpaduan antara keanggunan tari, irama gamelan khas Osing, serta pemandangan alam yang menakjubkan menjadikan festival ini tak hanya pertunjukan seni, tetapi juga perayaan identitas daerah yang kuat.

Festival Gandrung Sewu 2025

Gandrung Sewu, yang berarti seribu gandrung, melambangkan ribuan penari yang bergerak serempak dalam harmoni di atas pasir Pantai Boom. Setiap tahun, pertunjukan kolosal ini selalu memikat ribuan penonton lokal maupun mancanegara untuk menyaksikan keindahan tarian khas Banyuwangi di tepi Selat Bali.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Festival Gandrung SewuPoster Festival Gandrung Sewu Foto: Diskominfo Banyuwangi

Tak hanya menampilkan keindahan gerak tari, Festival Gandrung Sewu juga menjadi wadah untuk memperkenalkan nilai-nilai budaya lokal, mulai dari semangat gotong royong, keanggunan busana tradisional, hingga kekayaan musikal khas Bumi Blambangan.

Tak heran, acara ini menjelma menjadi ikon wisata budaya Banyuwangi yang sejajar dengan festival-festival besar di Indonesia. Tahun 2025 menandai babak baru bagi Gandrung Sewu.

Pemerintah Kabupaten Banyuwangi membuka ruang lebih luas bagi seniman dari luar daerah untuk ikut berpartisipasi. Langkah ini memperkuat posisi Banyuwangi sebagai pusat kolaborasi budaya nasional, tempat di mana kesenian tradisional tak sekadar dilestarikan, tetapi menjadi jembatan persaudaraan antardaerah.

Dengan melibatkan ribuan penari dari berbagai wilayah, Gandrung Sewu menjadi simbol harmoni dalam keberagaman, yang selaras dengan semangat Indonesia yang kaya budaya dan tradisi.

Rangkaian Acara Festival Gandrung Sewu 2025

Tahun ini, Festival Gandrung Sewu 2025 akan digelar selama tiga hari, mulai 23-25 Oktober 2025. Setiap harinya akan diisi dengan kegiatan budaya dan pertunjukan seni yang menampilkan kekayaan tradisi Banyuwangi. Berikut rangkaian acaranya.

23 Oktober 2025

Festival akan dibuka dengan malam musik penuh nuansa khas Bumi Blambangan. Pengunjung dapat menikmati lantunan lagu daerah dan pertunjukan musik etnik mulai pukul 19.00 WIB, di area utama Pantai Boom.

Festival Gandrung SewuPenampilan Penari di Festival Gandrung Sewu Foto: Diskominfo Banyuwangi

24 Oktober 2025

Hari kedua akan diwarnai dengan gladi bersih yang terbuka untuk umum mulai pukul 14.00 WIB. Tak kalah menarik, akan ada ritual budaya Meras Gandrung, prosesi sakral yang menandai penyucian para penari sebelum tampil di acara puncak.

Pada malam harinya, pukul 19.00 WIB, digelar acara Srawung Seni, yaitu malam keakraban antara para seniman, pelatih tari, dan penikmat seni dari berbagai daerah.

25 Oktober 2025

Inilah puncak acara yang paling ditunggu-tunggu! Sekitar 2.000 penari Gandrung akan menari secara serempak di Pantai Marina Boom Banyuwangi mulai pukul 13.00 WIB.

Tari Gandrung, Ikon Bumi Blambangan

Menurut Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemdikbud), tari Gandrung merupakan tari tradisional khas Banyuwangi yang lahir sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat setelah panen.

Tarian ini dibawakan seorang penari wanita profesional (dikenal sebagai “penari gandrung”) dengan iringan musik gamelan Osing, perpaduan indah antara budaya Jawa dan Bali.

Dalam literatur “Pendidikan Seni Budaya” terbitan Yudhistira Ghalia Indonesia dijelaskan, dalam bahasa Jawa, kata gandrung berarti “tergila-gila” atau “cinta yang mendalam”. Makna ini menggambarkan rasa cinta masyarakat Banyuwangi terhadap seni dan budaya mereka sendiri.

Tari Gandrung termasuk dalam rumpun tari sosial seperti ketuk tilu (Jawa Barat), tayub (Jawa Tengah), lengger (Banyumas), dan joged bumbung (Bali), di mana penari berinteraksi dengan penonton melalui gerakan yang gemulai dan ritmis.

Festival Gandrung SewuPenari di Festival Gandrung Sewu Foto: Diskominfo Banyuwangi

Setiap penari Gandrung tampil anggun dengan kebaya khas Banyuwangi, selendang warna-warni, dan omprok (mahkota penari) yang menjulang. Busana ini bukan sekadar pelengkap, melainkan simbol keanggunan, keberanian, dan penghormatan terhadap tradisi leluhur.

Gerakan tari yang dinamis menggambarkan semangat masyarakat Banyuwangi yang terbuka terhadap perubahan tanpa kehilangan akar budayanya. Itulah sebabnya, setiap kali Festival Gandrung Sewu digelar, masyarakat setempat turut berbangga dan merasa memiliki warisan budaya ini.

Selain menyuguhkan pertunjukan seni spektakuler, Festival Gandrung Sewu juga berdampak besar terhadap pariwisata lokal. Ribuan wisatawan datang untuk menyaksikan penampilan penari di tepi laut, sekaligus menikmati keindahan Pantai Boom Marina.

Bagi wisatawan, acara ini adalah pengalaman budaya yang tak terlupakan yang memadukan pesona alam, seni tari, dan semangat masyarakat dalam satu panggung megah. Tak heran jika setiap tahunnya, Gandrung Sewu selalu menjadi sorotan media nasional dan internasional.

Festival Gandrung Sewu 2025 bukan sekadar pertunjukan tari, tetapi simbol cinta dan kebanggaan masyarakat Banyuwangi terhadap budayanya. Dengan ribuan penari, latar alam yang menakjubkan, serta kolaborasi lintas daerah, festival ini menjadi perayaan besar yang menggugah hati setiap penontonnya.

20D

(ihc/irb)