Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Festival Sastra Panen Apresiasi

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Jawara Festival Sastra berfoto bersama bupati Anas, dua sastrawan nasional, Zamawi Imron dan Hasan Aspahani.

Kadir: Tahun Depan Digelar Lebih Meriah

BANYUWANGI – Festival Sastra Banyuwangi yang digeber Pemkab Banyuwangi bekerja sama dengan Jawa Pos Radar Banyuwangi (JP-RABA) menuai apresiasi dari dua pegiat sastra papan atas tanah air, yakni Zawawi Imron dan Hasan Aspahani.

Ajang tersebut dinilai sangat penting untuk mendorong lahirnya sastrawan tingkat dunia. Bukan itu saja, melalui Festival Sastra tersebut dan JP-RABA dinilai telah berkontribusi meningkatkan kerukunan dan rasa persaudaraan antar warga.

Karena itu, dua tokoh sastra tingkat nasional tersebut berharap festival serupa digeber secara berkelanjutan di Bumi Blambangan. Hal itu terungkap pada malam puncak Festival Sastra Banyuwangi yang dihelat di pendapa Sabha Swagata Blambangan Sabtu malam (29/4).

Bupati Abdullah Azwar Anas; Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan, Abdul Kadir, serta sejumlah kepala satuan kerja perangkat daerah (SKPD) hadir pada acara tersebut. Selain itu, hadir pula sejumlah kepala sekolah serta jajaran Dinas Pendidikan (Dispendik) Banyuwangi dan Cabang Dispendik Jatim wilayah Banyuwangi.

Sejumlah kegiatan mewarnai malam puncak Festival Sastra tersebut. Diantaranya penampilan sepuluh besar peserta lomba baca puisi, penyerahan piala kepada para pemenang masing-masing kategori lomba, hingga peluncuran dan bedah buku “Jejak Rasa The Sunrise Of Java”. Buku ini berisi kumpulan cerpen dan puisi karya peserta Festival Sastra Banyuwangi.

Bupati Anas dalarn sambutannya mengatakan Banyuwangi giat membangun. Namun, geliat pembangunan itu tidak diimbangi dengan perkembangan sastra, maka kabupaten berjuluk The Sunrise of Java ini akan “kering”.

Menurut Anas, Festival Satra digelar agar generasi muda semakin mencintai sastra, dan pada gilirannya dapat membentuk karakter yang baik. “Dengan Festival yang mengandung unsur kegembiraan, anak-anak muda tidak lagi menganggap sastra sebagai sesuatu yang jauh dari jangkauannya, aneh, atau bahkan absurd. Festival mendekatkan sastra kepada anak muda, ” cetusnya.

Anas menambahkan, Festival Satra juga berperan meningkatkan budaya membaca yang pada akhirnya mendorong anak muda untuk menulis. Menurut Anas, keterampilan menulis tidak bisa dipisahkan dari kebiasaan membaca.

“Saya percaya segala hal bermula dari membaca. Penulis yang baik pada dasarnya adalah pembaca yang baik. Karena itulah, pemerintah daerah memfasilitasi penyelenggaraan Festival Sastra di Banyuwangi,” kata dia.

Sementara itu, Zawawi Imron mengatakan Festival Sastra Banyuwangi merupakan terobosan baru di Indonesia. Even ini akan menumbuhkan budaya baca dan cinta sastra ke kalangan anak muda,” tuturnya.

Pengembangan sastra, imbuh Zawawi, memiliki arti penting dalam membentuk karakter masyarakat yang lembut dan penuh kedamaian. Sebab, sastra tidak sekadar berbahasa yang baik dan benar, tapi juga indah.

“Sedangkan manusia adalah makhluk yang indah. Jadi, bahasa yang indah itu akan sangat menarik dan menenteramkan. Kerukunan dan persaudaraan tidak mungkin diucapkan dengan bahasa yang kasar, tetapi jika diucapkan dengan bahasa yang lembut dan indah, maka persaudaraan itu akan semakin kental,” paparnya.

Senada dengan Zawawi, Hasan Aspahani menyatakan apresiasinya terhadap penyelenggaraan Festival Sastra kali ini. “Ini tahun pertama. Kalau bisa berlanjut, sepuluh tahun lagi akan lahir penulis-penulis hebat asal Banyuwangi,” ujarnya.

Festival Sastra, kata Hasan, bisa menjadi forum sekaligus media bagi bibit-bibit sastrawan muda untuk mengaktualisasikan diri. Selain itu, even ini sekaligus memberikan pengahargaan kepada mereka.

Menurut Hasan, media memiliki peran yang sangat penting terhadap pengembangan sastra. Dia lantas menyampaikan perumpamaan di Idonesia layaknya negara-negara di Benua Eropa. “Jerman tidak seluas Jabar, Prancis tidak seluas Jatim. Tetapi di negara-negara Eropa tersebut lahir sastrawan hebat. Jerman punya Rilke (Rainer Maria Rilke, Red), Prancis punya Charles Baudelaire. Maka, kalau ada Forum seperti Festival Sastra ini, akan lahir bibit-bibit sastrawan hebat,” cetusnya.

Ketua Dewan Kesenian Blambangan (DKB), Samsudin Adlawi, menambahkan Festival Sastra merupakan media penting untuk pengembangan sastra. “Kecintaan kepada sastra harus dihidupkan lagi di kalangan anak muda Banyuwangi. Apalagi daerah ini memang kaya cerita rakyat. Dengan kolaborasi banyak pihak, saya yakin anak-anak muda kita akan kembali melirik satra sebagai sarana yang tepat untuk mengembangkan potensi diri,” kata pria yang juga Direktur JP-RABA tersebut.

Sementara itu, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan, Abdul Kadir, mengatakan setelah penyelenggaraan Festival Satra jilid I kali ini, pihaknya bertekad menyelengrakan even serupa namun dengan kualitas yang lebih baik tahun depan.

“Insya-Allah tahun depan akan kembali digelar dan lebih meriah,” kata dia. Kadir menambahkan, penyelenggaraan Festival Sastra dilandasi semangat untuk meningkatkan minat baca anak, terutama kalangan pelajar.

“Supaya minat baca anak-anak kita semakin tinggi. Selain itu, Sastra juga bisa menjadi media pembentukan karakter anak,” pungkasnya. (radar)