Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Budaya  

Gelar Tiban Berharap Hujan Turun

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

gelartibanPURWOHARJO – Tradisi tiban kembali digelar warga Dusun Curah Pecak, Desa/Kecamatan Purwoharjo. Sebagian warga meyakini tradisi tahunan itu di adakan dalam rangka minta hujan kepada Tuhan setelah dilanda musim kemarau panjang. Para pemain tiban tersebut saling pukul menggunakan pecut atau cambuk yang terbuat dari lidi daun aren. Hebatnya, para petarung tiban itu tidak menggunakan pelindung sama se kali.

Dada mereka dibiarkan ter buka tanpa sehelai kain alias telanjang dada. Meski di cambuk, para petarung hanya mesa-mesem sembari berjoget mengikuti irama khas musik tiban. Meski ada yang terluka, mereka tetap tampak menikmati per mainan tersebut. Sambil terus berjoget, para pemain tiban tersebut berusaha mencari lawan adu ketangkasan mencambuk. Alunan musik khas patrol semakin menyemarakkan tradisi tersebut.

Begitu juga dengan para pengunjung, semakin sore se makin bertambah. Mereka menyemangati para pemain tiban yang terus beradu tangkas.  Ada aturan main yang di tetapkan dalam permainan tersebut. Masing-masing petarung hanya diperbolehkan melayangkan tiga cambukan se cara bergantian. Demi menghindari pemain bermain kotor, ada seorang landang (wasit) yang tugasnya mengatur per tandingan. Konon, budaya tiban tersebut berasal dari Tulungangung.

Di Purwoharjo tradisi leluhur itu dilakukan turuntem urun karena nenek moyang mereka ada yang berasal dari Tulungagung. Sunaryo, warga setempat mengatakan, jumlah peserta dalam ti ban tersebut tidak dibatasi. Panitia juga tidak menentukan siapa pemenangnya. “Karena acara ini bertujuan melestarikan tradisi leluhur setiap musim kemarau,” jelas Sunaryo. Dia dan warga setempat berharap, dengan diselenggarakannya tradisi tiban, hujan segera turun dan musim kemarau berakhir. (radar)