Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Gunakan Lampu Salon sebagai Hiasan di Malam Hari

Sunarto dan Susanto menunjukkan layangan miliknya bersama tetangga dirumahnya.
Sunarto dan Susanto menunjukkan layangan miliknya bersama tetangga dirumahnya.

Layang-layang bukan lagi domain dan mainan anak kecil lagi. Mainan ini mampu bertahan hampir sepanjang zaman. Bahkan, layangan bukan lagi monoton untuk sekadar terbang di angkasa. Lebih dari itu, benda terbang ini juga bisa menjadi pemanis dan hiasaan indah saat malam tiba dengan tambahan ornamen lampu di dalamnya.

NIKLAAS ANDRIES, Muncar

Jagal sapi merupakan profesi keseharian yang dijalani Sunarto, 53, dan Susanto, 36. Dua warga yang bermukim di Dusun Kampung Jagalan, Desa Kedungringin, Kecamatan Muncar, Banyuwangi itu kini mempunyai kesibukan baru. Selepas menunaikan tugasnya memotong sapi, keduanya punya job tambahan saat musim layangan tiba. Keduanya menjadi tukang pembuat layang-layang sebagai sambilan.

Tidak heran, saat proses produksi layangan, rumah kedua orang ini yang kebetulan berdekatan, selalu menyita perhatian banyak orang. Selain anak-anak, tetangga juga kerap datang untuk menemani dan melihat langsung proses benda terbang tradisional ini dibuat.

Hamparan bekas serutan bambu menjadi pemandangan lazim saat keduanya sedang bekerja. Selain bambu, beberapa peralatan pendukung pembuat layangan seperti pisau, lem, benang, hingga lembaran plastik tersedia di sana.

Berbeda dari umumnya, layangan yang dibuat Sunarto dan Susanto ini memiliki ciri khas berbeda dari layangan umumnya. Layangan yang biasanya beralaskan kertas, justru diganti dengan plastik. Keunggulan yang diperoleh jelas; layangan tidak khawatir jebol dan bisa tetap terbang meski sedang hujan. Bukan itu saja, layangan buatannya ternyata juga bisa diterbangkan malam hari.

“Ada alat tambahan berupa lampu warna warni yang dipasang agar bisa terbang malam. Lagian juga enak dipandang pas malam hari,” ujar Sunarto.

Lampu yang digunakan dan dipasang di layangan ini berjenis lampu lip atau kedip. Lampu ini mirip seperti yang digunakan dibagian speaker aktif. Sebagai sumber tenaga, digunakan dinamo sebagai sumber energi penggerak. Tiupan angin diharapkan bisa menggerapkan baling balik kecil yang tersambung ke bagian dinamo tersebut.

Baling baling pada dinamo ini dibuat dari bahan plat yang tipis tetapi kuat. Fungsinya adalah sebagai penggerak dinamo dan mudah bergerak saat terkena angin.  Dari gerakan itu dinamo akan merubah tenaga gerak menjadi listrik. Listrik yang dihasilkan inilah yang kemudian mengalir melalui kabel sebagai sumber energi lampu tadi.

Perangkat lampu dipasang pada bagian pinggir layangan. Persisnya dipasang pada bagian kerangka layangan.  Untuk mendapatkan layangan dengan nuansa lampu tersebut. Langkah pertama yang diambil dengan membuat layangan lebih dulu sesuai model dan jenis yang diinginkan.

Beberapa jenis layangan seperti gapangan, orang orangan, hingga suwangan bisa diberikan tambahan aksesoris lampu. Yang terpenting layangan itu berukuran besar atau minimal lebih kurang minimal 1,5 meter. Sebab layangan berukuran kecil sulit untuk dipasangi perangkat ini.

Pembuatan layangan berlampu ini pun cukup murah. Untuk layangan dengan ukuran 1,5 meter saja membutuhkan biaya Rp 70 ribu saja. Selain untuk pembuatan layangan itu sendiri. Harga pembuatan layangan berlampu ini juga sudah termasuk bekal belanja perlengkapan pendukungnya seperti kabel, lampu dan lainnya

Kabel yang dibutuhkan lebih kurang dua meter.  Banyaknya lampu disesuaikan dengan selera. Dinamo sebagai penggerak dan sumber listriknya pun tidak perlu terlalu besar dan disesuaikan dengan banyak sedikitnya lampu. “Semakin besar layangan yang ada lampunya ya biayanya semakin besar biayanya,” ujar Susanto.

Murahnya biaya pembuatan layangan berlampu ini membuat Susanto dan Sunarto ketiban orderan. Meski bukan yang pertama, pesanan layanan pun mengalir. Dalam sehari dia bisa membuat satu hingga dua layangan. Semua tergantung ukuran dan jenis yang dipesan. Semakin rumit rupa yang diminta dan ukurannya besar, butuh waktu pengerjaan agak lama.

Dan hal inilah yang membuat layangan berlampu ini banjir peminat. Tidak hanya datang dari Muncar saja. Pemesan juga datang dari luar kota penghasil ikan ini seperti Srono, Tegaldlimo, hingga luar kota Banyuwangi seperti Bali dan kota lainnya. “Kalau malam enak bisa santai sambil lihat kelap kelip lampu dari layangan di langit. Lagian disini juga tanahnya lapang, dekat laut dan jauh dari kabel PLN,” seru Susanto.(radar)