Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Hasil Kerajinan Warga Binaan Lapas Banyuwangi Tembus Pasar Mancanegara

Warga binaan Lapas Banyuwangi merangkai limbah kertas koran menjadi replika kapal.
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Warga binaan Lapas Banyuwangi merangkai limbah kertas koran menjadi replika kapal.

Kondisi di balik jeruji besi tidak menghentikan kreativitas warga binaan yang mendekam di Lapas II B Banyuwangi. Sentuhan tangan dingin para Warga binaan pemasyarakatan (WBP) mampu menciptakan hasil karya yang menembus pasar internasional.

DEDY JUMHARDIYANTO, Giri

Jarum jam menunjukkan pukul 08.30. Pagi itu halaman depan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) kelas II Banyuwangi masih tampak sepi. Maklum, sepagi itu masih belum ada aktivitas besuk tahanan. Namun, di balik jeruji tahanan Lapas, sepagi itu hampir sebagian warga binaan pemasyarakatan (WBP) sudah mulai disibukkan dengan sejumlah kegiatan rutinitas mereka.

Salah satu kegiatan yang rutin dilakukan WBP di dalam Lapas adalah membuat keterampilan dan kerajinan. Kreativitas para WBP memang tak terbatas, meski ruang lingkup mereka sangat terbatas.

Ratusan WBP di bawah koordinator tim kreatif yang juga sesama WBP, sejak pagi sudah melakukan berbagai aktivitas harian. Mulai dari senam, olahraga, dan kegiatan pokok harian.

Kepala Lembaga Pemasyarakatan kelas II B Banyuwangi Ketut Akbar Herry Achyar mengatakan, seluruh kegiatan yang ada di Lapas telah diatur dan dijadwal oleh tim kreatif. Mulai dari urusan kepribadian dan kemandirian WBP.

Kegiatan kemandirian itu meliputi kerajinan dan keterampilan. Sejumlah kegiatan keterampilan antara lain membuat keset dari kain bekas, kerajinan membuat kursi kayu, dan kerajinan ukiran dari kayu. Termasuk kerajinan piring, mangkuk, tempat nasi dan baki yang sudah dikirim ke pasar Korea Selatan.

“Sementara ini, produksinya masih berhenti lantaran akhir tahun dan menunggu pesanan,” ungkap Akbar.

Seluruh peralatan untuk pembuatan berbagai kerajinan tersebut sudah dipenuhi. Mulai dari alat gergaji, alat pahat, mesin grenda, mesin jahit, gunting dan berbagai peralatan lainnya. Para WBP tersebut bekerja juga tidak selama seharian penuh. Mereka hanya bekerja selama paruh waktu saja, yakni mulai pukul 08.00 sampai pukul 11.00.

Meski ruang lingkup dan jam kerjanya terbatas, warga binaan tersebut mampu membuktikan jika mereka memiliki kualitas dan kemampuan positif sesuai keahlian dan bakatnya.

Dengan kegiatan tersebut, dia berharap akan timbul kemandirian dan optimisme WBP untuk terus mengasah kemampuannya di dalam Lapas. “Harapan kami, jika mereka bebas dan kembali ke masyarakat, para WBP ini sudah mandiri, bisa kembali mengembangkannya. Lebih dari itu, para WBP ini juga mampu memberikan kontribusi pada perekonomian daerah,” jelasnya.

Selama ini, kata Akbar, persepsi tentang penjara atau lembaga pemasyarakatan kerap negatif dan tidak produktif. Padahal, dari dalam jeruji besi justru banyak hal baru yang bisa dikembangkan warga binaan. Salah satu buktinya kini WBP mampu mengerjakan kerajinan berkualitas ekspor dan ikut mengangkat nama Banyuwangi di pasar internasional.

Untuk bisa mengirim barang ke pasar internasional tersebut, pihaknya menjalin kerja sama antara lapas dengan pihak ketiga. Kegiatan ekspor tersebut bukan kali ini saja. Sebelumnya juga pernah ekspor sejumlah hasil kerajinan ke Korea Selatan, Jepang, dan Belanda.

Sejumlah barang yang berkualitas ekpor itu seperti kerajinan piring, mangkuk, tempat nasi dan baki. “Semua barang dikirim menggunakan kontainer. Sebelumnya, juga pernah kirim dan dilepas langsung oleh Wakil Bupati Banyuwangi,” terang Akbar.

Lantas bagaimana dengan kerajinan yang tidak berkualitas ekspor? Kerajinan yang dibuat dengan bahan bekas, seperti limbah koran yang dibuat menjadi kerajinan replika kapal pinisi dan bungkus rokok yang dibuat menjadi pot bunga, kap lampu tetap dijual dengan cara dipamerkan kepada pengunjung yang membesuk ke dalam lapas.

“Oleh tim kreatif, kerajinan hasil kreativitas ini diletakkan di atas meja dan dipamerkan kepada keluarga WBP yang sedang membesuk ke dalam lapas,” katanya.

Harga kerajinan buah tangan yang memanfaatkan limbah bahan bekas itu juga terjangkau. Dijual mulai harga Rp 50 ribu hingga Rp 2 juta. Hasil penjualan barang-barang tersebut juga telah dikoordinir tim kreatif. Sehingga, setiap warga binaan mendapat upah sesuai yang dikerjakan.

“Para WBP ini memiliki penghasilan sendiri yang cukup lumayan untuk melatih para warga binaan agar lebih mandiri dan tidak tergantung dari orang lain,” jelas Akbar.

Salah satu warga binaan yang merasakan adanya tim kreatif adalah Kasiyanto, 40. Warga Desa Wongsorejo ini awalnya ddak bisa mengukir dengan alat pahat. Namun, berkat kerja kerasnya dengan dibimbing salah seorang temannya, dia mampu mengukir kayu. “Saya butuh waktu satu bulan untuk belajar memahat, kini sudah mulai lancar,” cetus narapidana kasus penggelapan itu.

Hal senada juga diungkapkan Ervin Setiawan. Lelaki berusia 30 tahun ini merupakan koordinator pembuat kerajinan limbah kertas koran. Awalnya memang cukup sulit untuk mengembangkan kerajinan bahan bekas tersebut. Karena bahan kertas harus dilinting satu-persatu.

Setelah dilinting, kertas dibentuk sesuai dengan pola kerajinan yang diinginkan. Agar menyatu, bagian lintingan kertas tersebut disatukan menggunakan lem kayu. Selama melinting tersebut, kerap para WBP tidak sabar. Sehingga awal-awalnya juga hasilnya kurang baik.

Namun, seiring berjalannya Waktu, para WBP sudah mulai terlatih kesabarannya dalam mengerjakan kerajinan tersebut. “Memang kerajinan bahan limbah kertas koran dan bunglms rokok ini salah satunya juga untuk melatih fokus, kesabaran dan ketelitian,” katanya.

Dia tidak menyangka, ternyata hasil kerajinan para WBP sangat ditunggu dan diminati oleh pengunjung yang besuk ke dalam Lapas. Bahkan, barang-barang hasil kerajinan WBP juga laku keras saat dibawa dalam pameran di Iember belum lama ini. “Kami terus berkreasi membentuk pola lain. Sehingga hasil kerajinan yang kami ciptakan tidak monoton dan lebih variatif,” tandasnya.(radar)