radarbanyuwangi.jawapos.com – Kabupaten Banyuwangi menegaskan posisinya sebagai salah satu pusat pariwisata unggulan Indonesia. Dengan akses transportasi yang semakin mudah melalui pesawat, kapal laut, kereta api, dan berbagai moda transportasi darat lainnya, plus penguatan destinasi dan festival, Banyuwangi secara resmi menahbiskan diri sebagai kawasan pariwisata strategis.
Hal ini dikatakan oleh Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banyuwangi Taufik Rohman saat menjadi narasumber talk show dalam rangkaian Sekarkijang Creative Festival (SCF) 2025 di Taman Blambangan pada Jumat (11/7). Menurutnya, pembangunan infrastruktur menjadi salah satu kunci majunya sektor pariwisata di kabupaten ujung timur Pulau Jawa ini.
“Bandara Banyuwangi sudah menjadi gerbang utama bagi wisatawan. Dukungan stasiun kereta api dan pelabuhan juga menjadikan mobilitas ke Banyuwangi semakin mudah. Ini bentuk keseriusan kami menjadikan pariwisata sebagai tulang punggung ekonomi daerah,” ujar Taufik.
Taufik menambahkan, akses yang mudah ini pun berdampak langsung pada meningkatnya minat investor untuk menanamkan modal di sektor perhotelan dan kuliner. Kini, sejumlah hotel berbintang telah berdiri. Berbagai restoran nasional dan internasional seperti KFC, McDonald’s, dan J.CO hadir di pusat kota Banyuwangi. Ini menunjukkan bahwa Banyuwangi kini telah menjadi pasar potensial yang tak lagi dipandang sebelah mata.
Baca Juga: Seminar Nasional UMKM Go Export: Digital Drive, Global Thrive Dorong UMKM Naik Kelas Lewat Digitalisasi dan Akselerasi Ekspor
Namun, Pemkab Banyuwangi tetap menjaga keseimbangan agar pertumbuhan pariwisata tidak mematikan usaha lokal. Salah satu kebijakan unik yang diterapkan adalah larangan pembangunan hotel bintang tiga ke bawah. Kebijakan ini ditujukan untuk mendorong pengembangan homestay yang kini mulai naik kelas. “Kami ingin homestay lokal juga merasakan manfaat dari pariwisata. Banyak dari mereka sekarang sudah memiliki aula dan kolam renang, fasilitas yang biasanya hanya dimiliki hotel. Bahkan turis asing lebih suka tinggal di homestay untuk merasakan suasana lokal,” jelas Taufik.
Pariwisata Banyuwangi juga ditopang oleh festival sebagai strategi branding yang konsisten sejak 15 tahun terakhir. Tahun ini, terdapat 80 festival yang digelar sepanjang tahun, mulai dari festival budaya, seni, kuliner, hingga olahraga. Daya tarik ini memperkuat posisi Banyuwangi sebagai destinasi pilihan di Indonesia.
Dengan lebih dari 120 destinasi wisata, Banyuwangi kini bukan hanya menyasar wisatawan domestik, tetapi juga mancanegara. Sebelum pandemi Covid-19, Banyuwangi mencatat 5,3 juta kunjungan wisatawan. Di tahun 2024 mencatatkan 3,4 juta kunjungan, termasuk 122 ribu wisatawan asing. “Pariwisata adalah payung ekonomi Banyuwangi. Semua sektor terdorong, mulai kuliner, pertanian, UMKM, hingga seni budaya. Pendapatan per kapita masyarakat meningkat, angka kemiskinan menurun,” beber Taufik.
Baca Juga: Tak Hanya Spektakuler, BEC 2025 Juga Inklusif! Difabel dan WNA Ikut Parade Budaya Banyuwangi
Sementara itu, kisah inspiratif disampaikan oleh Kepala Desa Ponggok Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah Junaedi Mulyono. Dia mengatakan, Desa Ponggok kini dikenal luas sebagai salah satu desa wisata unggulan di Indonesia. Namun, kesuksesan ini tidak diraih dalam semalam.
Dulu, Ponggok merupakan desa miskin dengan berbagai keterbatasan. Namun kini, Ponggok menjelma menjadi desa mandiri yang mampu meningkatkan kesejahteraan warganya secara menyeluruh.
Salah satu langkah awal adalah mengubah pola pikir (mindset) masyarakat. Menyadari pentingnya sikap ramah dalam membangun destinasi wisata, kepala desa mengajarkan warga untuk belajar tersenyum, bahkan melalui cara sederhana seperti menggigit pensil atau pulpen guna melatih otot wajah agar terbiasa tersenyum dan terlihat lebih ramah kepada wisatawan.
Perubahan paradigma ini, kata Junaedi, dibarengi dengan berbagai program unggulan desa. Di antaranya adalah program “Satu Rumah Satu Sarjana” yang bertujuan memberikan beasiswa pendidikan tinggi bagi minimal satu orang dari setiap rumah tangga. “Program ini diharapkan mampu memutus rantai kemiskinan melalui pendidikan,” katanya.
Selain itu, Desa Ponggok juga fokus pada peningkatan kualitas hunian warga melalui program rehabilitasi rumah. Fokus utamanya meliputi perbaikan sanitasi, akses air bersih, penataan lingkungan, serta penataan permukiman yang layak huni.
Sumber: Jawa Pos Radar Banyuwangi
Page 2
Tidak hanya itu, perhatian terhadap kelompok rentan juga menjadi prioritas. Pemerintah Desa Ponggok menyediakan perlindungan sosial bagi lansia serta menjamin akses layanan kesehatan masyarakat melalui pembiayaan iuran BPJS oleh pemerintah desa (pemdes).
Dalam acara itu, Bank Indonesia Jember juga menggelar sosialisasi Cinta, Bangga, dan Paham (CBP) Rupiah, implementasi QRIS, serta pelaksanaan Pasar Murah sebagai bagian dari Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).
Dalam kegiatan tersebut, Adhytya Bagus Rizkianto dan Arfian Siswo Bintoro dari Perwakilan BI Jember memimpin sosialisasi CBP Rupiah kepada masyarakat. Mereka menyampaikan pentingnya mengenali dan merawat uang rupiah serta menggunakannya secara bijak.
Sementara itu, Mochammad Hadi Sarosa dari perwakilan BI Jember menjelaskan implementasi Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) sebagai langkah nyata dalam mendorong transformasi sistem pembayaran digital yang efisien, cepat, dan aman. “QRIS adalah solusi pembayaran digital yang inklusif bagi seluruh lapisan masyarakat, termasuk pelaku UMKM. Ini bagian dari digitalisasi ekonomi yang terus kami dorong di wilayah kerja BI Jember,” tuturnya.
Selain edukasi dan sosialisasi, acara ini juga diramaikan oleh booth-booth UMKM binaan BI dan mitra strategis yang menampilkan produk lokal unggulan seperti makanan olahan, dan produk fesyen.
Tak hanya itu, pasar murah (operasi pasar) turut digelar dalam rangka Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP). Kegiatan ini menyediakan kebutuhan pokok seperti beras, minyak goreng, dan gula pasir dengan harga terjangkau untuk membantu meringankan beban masyarakat dan menjaga daya beli. (sgt)
Sumber: Jawa Pos Radar Banyuwangi
Page 3
radarbanyuwangi.jawapos.com – Kabupaten Banyuwangi menegaskan posisinya sebagai salah satu pusat pariwisata unggulan Indonesia. Dengan akses transportasi yang semakin mudah melalui pesawat, kapal laut, kereta api, dan berbagai moda transportasi darat lainnya, plus penguatan destinasi dan festival, Banyuwangi secara resmi menahbiskan diri sebagai kawasan pariwisata strategis.
Hal ini dikatakan oleh Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banyuwangi Taufik Rohman saat menjadi narasumber talk show dalam rangkaian Sekarkijang Creative Festival (SCF) 2025 di Taman Blambangan pada Jumat (11/7). Menurutnya, pembangunan infrastruktur menjadi salah satu kunci majunya sektor pariwisata di kabupaten ujung timur Pulau Jawa ini.
“Bandara Banyuwangi sudah menjadi gerbang utama bagi wisatawan. Dukungan stasiun kereta api dan pelabuhan juga menjadikan mobilitas ke Banyuwangi semakin mudah. Ini bentuk keseriusan kami menjadikan pariwisata sebagai tulang punggung ekonomi daerah,” ujar Taufik.
Taufik menambahkan, akses yang mudah ini pun berdampak langsung pada meningkatnya minat investor untuk menanamkan modal di sektor perhotelan dan kuliner. Kini, sejumlah hotel berbintang telah berdiri. Berbagai restoran nasional dan internasional seperti KFC, McDonald’s, dan J.CO hadir di pusat kota Banyuwangi. Ini menunjukkan bahwa Banyuwangi kini telah menjadi pasar potensial yang tak lagi dipandang sebelah mata.
Baca Juga: Seminar Nasional UMKM Go Export: Digital Drive, Global Thrive Dorong UMKM Naik Kelas Lewat Digitalisasi dan Akselerasi Ekspor
Namun, Pemkab Banyuwangi tetap menjaga keseimbangan agar pertumbuhan pariwisata tidak mematikan usaha lokal. Salah satu kebijakan unik yang diterapkan adalah larangan pembangunan hotel bintang tiga ke bawah. Kebijakan ini ditujukan untuk mendorong pengembangan homestay yang kini mulai naik kelas. “Kami ingin homestay lokal juga merasakan manfaat dari pariwisata. Banyak dari mereka sekarang sudah memiliki aula dan kolam renang, fasilitas yang biasanya hanya dimiliki hotel. Bahkan turis asing lebih suka tinggal di homestay untuk merasakan suasana lokal,” jelas Taufik.
Pariwisata Banyuwangi juga ditopang oleh festival sebagai strategi branding yang konsisten sejak 15 tahun terakhir. Tahun ini, terdapat 80 festival yang digelar sepanjang tahun, mulai dari festival budaya, seni, kuliner, hingga olahraga. Daya tarik ini memperkuat posisi Banyuwangi sebagai destinasi pilihan di Indonesia.
Dengan lebih dari 120 destinasi wisata, Banyuwangi kini bukan hanya menyasar wisatawan domestik, tetapi juga mancanegara. Sebelum pandemi Covid-19, Banyuwangi mencatat 5,3 juta kunjungan wisatawan. Di tahun 2024 mencatatkan 3,4 juta kunjungan, termasuk 122 ribu wisatawan asing. “Pariwisata adalah payung ekonomi Banyuwangi. Semua sektor terdorong, mulai kuliner, pertanian, UMKM, hingga seni budaya. Pendapatan per kapita masyarakat meningkat, angka kemiskinan menurun,” beber Taufik.
Baca Juga: Tak Hanya Spektakuler, BEC 2025 Juga Inklusif! Difabel dan WNA Ikut Parade Budaya Banyuwangi
Sementara itu, kisah inspiratif disampaikan oleh Kepala Desa Ponggok Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah Junaedi Mulyono. Dia mengatakan, Desa Ponggok kini dikenal luas sebagai salah satu desa wisata unggulan di Indonesia. Namun, kesuksesan ini tidak diraih dalam semalam.
Dulu, Ponggok merupakan desa miskin dengan berbagai keterbatasan. Namun kini, Ponggok menjelma menjadi desa mandiri yang mampu meningkatkan kesejahteraan warganya secara menyeluruh.
Salah satu langkah awal adalah mengubah pola pikir (mindset) masyarakat. Menyadari pentingnya sikap ramah dalam membangun destinasi wisata, kepala desa mengajarkan warga untuk belajar tersenyum, bahkan melalui cara sederhana seperti menggigit pensil atau pulpen guna melatih otot wajah agar terbiasa tersenyum dan terlihat lebih ramah kepada wisatawan.
Perubahan paradigma ini, kata Junaedi, dibarengi dengan berbagai program unggulan desa. Di antaranya adalah program “Satu Rumah Satu Sarjana” yang bertujuan memberikan beasiswa pendidikan tinggi bagi minimal satu orang dari setiap rumah tangga. “Program ini diharapkan mampu memutus rantai kemiskinan melalui pendidikan,” katanya.
Selain itu, Desa Ponggok juga fokus pada peningkatan kualitas hunian warga melalui program rehabilitasi rumah. Fokus utamanya meliputi perbaikan sanitasi, akses air bersih, penataan lingkungan, serta penataan permukiman yang layak huni.
Sumber: Jawa Pos Radar Banyuwangi