Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Investasi Terbaik

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

CERITA dari seorang teman ini, mudah-mudahan, bisa menjadi inspirasi. Terutama bagi siapa pun yang ingin memperbaiki keberlangsungan sejarah keluarganya. Yang inginkan hidup anaknya kelak lebih baik dari yang dialaminya. Dijalaninya saat ini.

Seperti itulah profil orang tua bertanggung jawab. Tidak egois: hanya mementingkan diri sendiri, tak peduli bagaimana atau seperti apa nasib yang akan menimpa anaknya nanti. Setelah ia mati.

Alkisah. Liburan Nyepi kemarin, saya bersama keluarga berkunjung ke sebuah padepokan milik teman di Tanggul, Jember. Di sela-sela bersantai, kami membincangkan banyak hal. Diskusi makin menarik karena juga ada Pak Taufik Ardi Nugroho yang Branch Manajer PT Temprina Media Grafika Jember. Di antara banyak bahan diskusi, tema pendidikan cukup mencuri perhatian saya.

Sebagai pengusaha sukses, teman saya tadi ternyata juga peduli terhadap dunia
pendidikan. Maka, sebagian rezekinya dia donasikan untuk mendirikan sekolah di jantung kawasan pendidikan Jember. Berdirilah sekolah TK dan SD. Pre  chool (playgroup) juga.

Tapi, itu bukan sekolah biasa. Melainkan sekolah unggulan. Kurikulumnya dari Cambridge. Pengantarnya bilingual: Bahasa Indonesia dan Inggris. Bahkan, tak lama lagi dia akan buka sekolah SMP. Sama dengan TK dan SD-nya, guru-guru yang akan mengajar di SMP baru itu juga terdiri dari para guru pilihan. Terbaik di bidang ilmunya. Tentu saja, terbaik juga honornya.

Salah satu motivasinya mendirikan sekolah adalah ingin memberi fasilitas pendidikan unggul. Terutama kepada komunitasnya berasal dan dibesarkan (maaf, tidak perlu saya sebut gerangan komunitas apa). Tapi, di luar dugaannya, mayoritas yang menyekolahkan anaknya di sana justru dari komunitas lain. Dan, tidak semua orang tua yang menyekolahkan anaknya di situ bukan dari keluarga kaya.

Pernah suatu ketika dia sengaja berkunjung ke sekolahnya. Dia keluar pagar sekolah. Berbaur dengan para orang tua yang menunggu anaknya pulang. Matanya terbetot pada sesosok lelaki yangberpakaian sangat sederhana. Pakai celana pendek dan baju lusuh. Rambut gak acak-acakan. Lantas dia tanya pekerjaan si lelaki itu. Jawabannya cukup membuatnya tercengang. Jualan di toko kelontong (pracangan). Lelaki tadi secara terus terang mengatakan bahwa ekonomi keluarganya sebenarnya sudah mencekik leher.

Tapi, kondisi tersebut tidak membuatnya surut tekad. ‘’Yang penting anaknya bisa mengenyam pendidikan terbaik. Masa depannya harus lebih baik daripada orang tuanya,’’ kata teman saya menirukan ucapan lelaki itu. Jawaban tak terduga itu menyadarkan teman saya. Bahwa pendidikan itu bisa menentukan masa depan suatu keluarga.

Keluarga akan datang harus lebih baik dari keluarga yang ada saat ini. Sebagaimana keluarga sekarang lebih baik dari keluarga sebelumnya. Keinginan seperti itu pasti memancar di dalam rumah banyak keluarga. Betapa masih banyak kita temui orang tua yang rela bekerja apa saja demi mendapatkan uang lebih: untuk kebutuhan hidup juga biaya pendidikan anaknya.

Banyak pula yang terpaksa gali lubang tutup lubang untuk menyambung biaya sekolah atau kuliah sang anak generasi yang akan menggantikan keberlangsungan trah keluarganya. Orang tua seperti itu pantas disebut pahlawan. Pantas diidolakan. Setidaknya, itulah yang saya lakukan. Kalau ditanya siapa tokoh dunia yang Anda idolakan? Dengan cepat akan saya jawab: kedua orang tuaku. Tidak ada orang yang sangat bertanggung jawab selain orang tua saya.

Mereka rela ‘tirakat’ bertahun-tahun demi melihat saya sukses. Bahkan, ketika saya diwisuda sebagai tanda lulus kuliah banyak tetangga yang tidak percaya. Bagaimana mungkin keluarga yang untuk biaya hidup saja kesulitan bisa menyekolahkan anak sampai ke perguruan tinggi. Tapi itulah kehidupan. Rodanya terus berputar. Bagi yang tidak mampu menyesuaikan putaran roda kehidupan, pasti akan tergilas.

Sangat beruntung bagi mereka yang besar dalam keluarga kaya. Bergelimang harta. Tapi, banyak kasus orang-orang sukses justru berasal dari keluarga tidak mampu atau tidak kaya-kaya amat tapi bisa memilih investasi yang benar. Investasi terbaik untuk masa depan keluarga adalah pendidikan anak. Derajat dan martabat keluarga di masa akan datang bergantung pada seberapa tinggi pendidikan yang dienyam generasi mudanya. Harta bisa habis dengan cepat.

Tapi, ilmu tidak. Mewariskan ilmu sebanyak-banyaknya kepada anak lewat pendidikan setinggi-tingginya lebih baik daripada mewariskan segunung harta. Akan lebih baik kalau bisa mewariskan ilmu sekaligus harta. Dengan ilmu harta bisa dikembangkan. Dengan harta pendidikan paling tinggi bisa dicapai.

Sayang, masih banyak orang beranggapan bahwa setiap generasi memiliki masa
depannya sendiri. Anggapan seperti itu tidak salah. Yang salah adalah orang yang punya kemampuan mengantarkan anaknya menggapai masa depannya tapi tidak melakukannya. Itu kesalahan terbesar yang akan menjadi penyesalan seumur hidup. Tidak percaya? Silakan coba.