Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Jaga Kondisi, Naik Timbangan Sehari Dua Kali

REHAT: Dinda Maulidya dan Dita Amalia Ramadani di Taman Tirtawangi.
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
REHAT: Dinda Maulidya dan Dita Amalia Ramadani di Taman Tirtawangi.

Lebaran juga terasa spesial bagi keluarga para atlet di Banyuwangi. Namun, mereka tak bisa sembarangan menyantap menu Lebaran karena akan menghadapi Pekan Olahraga Nasional (PON) XVIII September mendatang. Seperti yang dilakukan Dinda Maulidya dan Dita Amalia Ramadani.

-NIKLAAS ANDRIES, Banyuwangi-

ADA sesuatu yang berbeda saat berkunjung ke rumah Ahmad Mustain pada hari kedua Lebaran lalu. Rumah yang berada di Lingkungan Stendo, Kelurahan Tukangkayu, itu terasa sunyi pagi itu. Sebuah gazebo yang terletak di sisi utara bangunan utama juga senyap. Di bangunan yang biasa menjadi tempat nongkrong dan berkumpul tamu dan anggota keluarga tersebut tidak ada tanda- tanda kehidupan.

Pagi itu benar-benar terasa sangat sepi. Kemudian, kaki melangkah menuju dapur. Nah, ternyata aktivitas terpusat di dapur yang terletak di bagian belakang rumah berkamar tiga tersebut. Bau khas bumbu dapur pun kuat menusuk hidung. Si empunya rumah, Insiani, rupanya tengah memasak sarapan untuk anggota keluarga. Istri Ahmad Mustain tersebut tampak serius berhadapan dengan ragam bumbu dan peralatan dapur.

Tidak ingin mengganggu aktivitas si pemilik rumah itu, kaki kembali melangkah menuju ruang tamu. Lebaran memang sangat terasa di rumah ini. Kue dalam topless masih berjejer rapi di ruang tamu. Di samping kue itu ada air mineral seolah sebagai pendamping. Yang menjadi ganjil, kue-kue dalam topless itu masih penuh semua. Ini bisa dianggap sebagai fenomena yang tidak biasa.

Pasalnya, setiap Lebaran, nyaris kue-kue yang dihidangkan sudah ludes di hari pertama Lebaran. Anak, mantu, dan cucu biasanya yang mem buat aneka kue Lebaran yang disuguhkan itu ludes. Setelah menikmati su asana ruang tengah yang juga sepi itu, kaki kembali melangkah menuju ruang tengah. Di ruang ini ada dua orang yang te ngah asyik bersantai. Mereka adalah Dinda dan Dita. Keduanya asyik berbaring di lantai beralas matras.

Dengan sebuah remote con trol warna hitam di tangan, sesekali mereka memindah channel televisi yang di inginkan. Pagi itu mereka memang agak santai, karena tidak ada latihan berat yang harus dilakoni kedua penghuni Pus latda Pencak Silat Jawa Timur tersebut. Keduanya tengah asyik menyimak sebuah acara reality show di televisi. Di pojok ruangan tampak piring dan mang kuk dalam posisi bertumpuk.

Tampaknya kedua alat makan itu masih baru di gunakan. Di beberapa bagian masih tampak jelas sisa dan noda makanan. “Iya ini ta di habis latihan ringan langsung sarapan ke tupat dan bakso,” ujar Dinda. Hal yang sama juga diakui Dita Amalia. Pen dekar berstatus juara nasional itu juga baru sarapan. Tidak seperti Lebaran se belumnya, kini keduanya mengontrol pe nuh makanan yang disantap. “Makan harus diatur, karena awal September ikut PON di Riau,” beber Dita.

Saking ketatnya menjaga berat badan, Dinda dan Dita tidak grusa-grusu dalam me nyantap menu Lebaran. Semua itu di lakukan agar mereka bisa tampil fight di Riau nanti. Di saat yang sama, mereka juga sa ngat akrab dengan alat timbang badan. Sebab, keduanya tidak hanya dituntut men jaga peak penampilan, tapi juga wajib men jaga berat badan. Dita yang berlaga di kelas A memiliki margin berat badan 45 hing g a 50 Kg.

Dinda yang akan berlaga di kelas B margin berat idealnya idealnya 50 hingga 55 kg. Jadi, berat badan antar kelas hanya terpaut 5 Kg. Jika berat badan mereka melebihi atau kurang dari yang telah ditentukan tersebut, keduanya bisa dianggap tidak layak tanding. Saking besarnya konsentrasi mereka terhadap berat badan, dalam sehari me reka dua kali naik ke alat timbang badan. “Timbang badan terus tiap hari, pagi dan sore,” cetus Dinda.

Menurut Dinda dan Dita godaan menjaga berat badan sangat berat. Sebab, godaan saat Lebaran tidak hanya datang dari diri sen diri, tapi juga dari lingkungan, seperti orang tua, keponakan, dan saudara. Mereka ke rap disuruh menyantap aneka menu Lebaran. Beruntung kini semua anggota keluarga menyadari hakikat diet khusus atlet yang dijalani keduanya.

Tetap makan menu Lebaran sih, tapi da lam porsi yang tidak banyak. Tiap hari Dita dan Dinda tetap mewajibkan keringat keluar dari tubuhnya. Selain menjaga kondisi tubuh, berkeringat adalah salah satu cara menjaga berat badan. “Keringatan menjadi wajib tiap hari. Pokoknya ini semua demi medali emas di Riau nanti,” pungkas Dita. (radar/ /bersambung)